Seluruh murid SMA Bhakti 17 berhamburan keluar sekolah, pertanda bahwa jam sekolah telah usai. Banyak dari murid sedang menunggu jemputan, ada yang menunggu ditepi jalan ada juga yang menunggu di kantin sambil ngobrol. Dan disinilah Melodi sekarang berada didepan gerbang sekolah sambil memakan pentol bakar yang baru saja di belinya.
"Gue udah dijembut jadi gue pergi dulu ya?" kata Helen berpamitan dengan para sahabatnya.
"Hati-hati," jawab Andin,Faya, dan Melodi bebarengan.
"Kenapa Helen harus dijemput lebih dulu, sih!" kata Andin menggerutu.
"Kenapa? Lo ada janji sama Andin?" tanya Faya yang tengah fokus pada handphone yang ada ditangannya.
"Ya enggak," jawab Andin cengengesan.
"Gak jelas lo!" kata Melodi kesal dengan ketidak jelasan Andin.
"Oh ya, Mel! "panggil Faya tiba-tiba, "hari ini lo langsung pulang kerumah, kan?" tanya Faya sambil bersiap -siap menghubungi supirnya. Faya dan sahabat Melodi yang lainnya tau kalau Melodi memilik masalah dalam keluarganya. Begitupun dengan mereka semua, sahabatnya Melodi semua juga bermasalah.
"I...iya," jawab Melodi sedikit ragu-ragu.
"Mau mampir ke rumah gue sebentar gak?" ajak Faya dengan tulus, sudah biasa baginya Menampung Melodi setiap hari.
Bagi Faya sahabatnya adalah segalanya. Faya sudah menganggap sahabatnya ini seperti keluarganya sendiri, Faya nyaman dengan pertemanan ini walaupun pertemanan ini agak sedikit mengarah ke negatif. Tidak, tidak ada yang namanya negatif di dalam sebuah persahabatan. Hanya saja tergantung kita bisa mengontrol ke negatif an atau tidak, jika tidak bisa maka kita akan ikut juga ke jurang itu.
"Hari ini gak dulu karena gue ada urusan," jawab Melodi berbohong sambil tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa. Seperti inilah Melodi selalu menyembunyikan perasaannya, dia hanya ingin memperlihatkan ke dunia bahwa dia sedang baik-baik saja. Melodi selalu menyakinkan diri sendiri agar tidak selalu kuat.
"Yakin nih?" ucap Faya kala membaca raut wajah Melodi tersirat kebohongan.
Melodi memukul lengan Faya dengan pelan untuk meyakinkan sahabatnya ini, "yakin, lagian lo bawel banget, deh!"
"Gue itu perduli bukan bawel, astaga!" ucap Faya yang jengkel dengan kelakuan Melodi.
Melodi terkekeh melihat wajah Faya yang memerah karena kesal, "Fay, santai aja kenapa, sih!"
"Eh, tunggu deh! Itu bukannya si Andra, ya?" tiba-tiba mata Faya mengarah pada seseorang cowok berjaket hitam menaiki motor.
"Mana?" tanya Melodi celingukan penasaran siapa sih sebenernya si Andra itu.
"Lumayan juga ya si Andra," ucap Faya mengeluarkan senyum simpulnya.
"Lo mau ngembat cowoknya Andin juga?" tanya Helen memincing matanya menatap Faya curiga.
"Ck, pikiran lo negatif mulu sama gue!" kata Faya menaikkan nada suaranya.
Terkadang Melodi heran melihat tingkah para sahabatnya, kelakuan mereka sangat diluar nalar sama sekali. Apapun itu Melodi sungguh tidak keberatan karena dengan keberadaan mereka Melodi bisa menjadi diri sendiri tanpa takut dihujat oleh seseorang.
"Lo playgirl sih!" kata Helen terang-terangan.
"Siapa suruh Andra lumayan juga tampangnya," kata Faya asal yang sebentar lagi pasti kena jitakan Andin.
"Ya ampun sakit! Segitunya banget lo sama gue!" omel Faya mengelus kepalanya pelan menahan sakit karena kena jitak Andin.
"Lagian lo mau ngincer si Andra juga?" tanya Melodi tersenyum heran dengan sahabatnya yang satu ini.
"Gye udah bilang gue gak akan mau sama cowok sahabat sendiri, kalian semua gak percaya?" kata Faya yang terlihat kesal karena ketidak percayaan para sahabatnya.
"Iya percaya, lagian lo rese' banget orangnya," jawab Andin yang sudah mengerti kelakuan si Faya.
Sebenarnya mereka tidak mempermasalahkan tentang itu semua. Bagi mereka persahabatan adalah persahabatan tidak bisa di hancurkan oleh cinta dan sebagainya. Mereka semua menolak untuk mencintai cowok yang sama.
"Gue bilang lumayan bukan berarti gue tertarik sama orangnya," kata Faya memutar bola matanya jengah.
"Iya Faya, mana mungkin gue punya pikiran kayak gitu? Persahabatan kita gak boleh rusak hanya karena cowok, kan?" kata Andin memeluk Faya erat.
Melodi yang melihat eratnya persahabatan ini tersenyum bersyukur. Setidaknya Melodi masih memiliki orang-orang yang bisa menerima Melodi dengan baik. Melodi bersyukur telah dipertemukan dengan para sahabatnya.
"Samperin sana gue mau cabut dulu dan sampai ketemu besok," Melodi berjalan meninggalkan sahabatnya, tidak lupa melambaikan tangan tanda perpisahan.
"Hati-hati," kata Andin dan Faya barengan.
Entah kenapa hari ini Melodi merasa angin berhembus kencang. Dia merasa heran biasanya cuaca akan panas tapi ini begitu sejuk. Mungkin cuaca sedang pengertian dengan dia seakan cuaca tau bahwa hatinya butuh suasana yang sejuk untuk melepas rasa panas yang sebentar lagi akan dia rasakan.
***
Rumah, harusnya tempat ini adalah tempat untuk melodi pulang mencurahkan keluh kesahnya setelah seharian di luar rumah, tempat untuk bersandar di kala dia ada masalah. Namun sayang kenyataannya adalah di rumahnya ini dia harus melihat apa yang tak seharusnya dia lihat, mendengar apa yang tak seharusnya dia dengar.
"Huft..."helaan nafas Melodi terdengar begitu lirih.
Melodi saat ini berada didepan rumahnya, dia termasuk dalam orang yang berada. Rumah yang terbangun mewah ini bukan miliknya dia hanya numpang hidup disini. Ada seribu rasa sakit yang tersimpan di dalam rumah ini, ada luka yang tidak bisa di katakan.
"Baru pulang sekolah?" sapa pembantu dirumahnya. Hanya seorang pembantu yang memperhatikan Melodi. Setidaknya menyapanya setiap hari tak mengabaikan seperti yang lainnya.
"Sore Bi, mama udah pulang?" tanya Melodi pada Bi Minah pembantu rumah tangganya.
"Sudah, tadi ibu sempat menanyakan keberadaan Non Melodi," jawab Bi minah.
"Tumben," jawab Melodi aneh, "aku kedalam dulu ya, Bi!" kata Melodi pamit undur diri.
"Baik Non, jangan terlalu dimasukin kehati ya nanti perkataan ibu," jawab Bi Minah. Bi minah tentu tau keadaan keluarga ini karena sudah lama beliau bekerja di keluarga Wirawan.
Pelan-pelan Melodi membuka pintu itu. samar samar terdengar suara tawa dua orang yang entah Melodi tidak tau sedang membahas apa. Ada rasa sakit yang tiba tiba menghantamnya tapi dia abaikan. Selalu seperti ini Melodi selalu mengabaikan rasa sakit ini, menganggap itu semua hanyalah angin yang berlalu. Dia harus tetap tenang meskipun nyatanya dia merasa sedih.
Tanpa melihat siapa yang sedang tertawa, Melodi langsung berjalan menuju kamarnya. Dia lelah tidak ingin berdebat dengan siapapun hari ini.
"Jam berapa sekarang baru pulang?" suara mama Wulan menggema dan menghentikan langkah kaki Melodi. Drama akan segera dimulai.
"Mama tau sendiri sekolah Melodi lebih lama dari sekolah Meli," jawab Melodi malas.
"Banyak alasan! kamu tahu, Meli lebih baik dibandingkan dengan kamu," kata Mama Melodi membanding-bandingkan dirinya dengan saudara kembarnya. Selalu seperti itu menganggap Melodi adalah beban di keluarga ini.
"Memang selalu Meli selalu baik dimata Mama," kata Melodi cuek seperti biasanya.
"Seharusnya kamu contoh saudara kembarmu. Meli penurut,pintar, dan lihat dirimu! kelayapan gak jelas mau jadi apa kamu nanti?" tunjuk Mama Wulan didepan muka Melodi.
"Terserah mama mau bilang apa Melodi apa," kata Melodi menuruti pikiran mamanya, "kalau semua itu memang membuat mama lega anggap saja Melodi memang seperti itu."
Walau mama Wulan membencinya, Melodi tetap saja akan menghormati mama Wulan. Dia tidak lupa yang dihadapannya ini adalah orang yang telah melahirkannya. Terbesit rasa ingin tau dimana keberadaan Papanya, namun Melodi tidak berani bertanya kepada Mamanya. Dia takut akan kena marah lagi, dia hanya ingin tau dimana Papanya berada. Kenapa Beliau tidak pernah perduli akan pertumbuhannya. Apa Papa juga sama mengganggap Melodi tidak ada?
"Berani sekali kamu sama Mama! Seharusnya kamu beruntung masih Mama tampung dirumah ini. Makan dan tidur gratis serta biaya sekolah kamu juga," kata Wulan mengungkit biaya hidup Melodi.
Selalu seperti ini, membuat Melodi semakin muak saja. Seakan Melodi hanya sampah, seakan dia bukan anak kandungnya. Sebenarnya apa kesalahan yang pernah dia lakukan hingga membuat mamanya begitu membenci dirinya. Padahal dia dan meli saudara kembar, Kenapa hanya dia yang dibenci.
"Sudahlah, Ma. Melodi pasti capek biarkan dia istirahat," kata Meli menengahi.
Kenapa selalu Meli. Semua orang selalu menyukai Meli dan menganggap Meli selalu baik dan sempurna tak terkecuali Revan. Mengapa dirumah ini Melodi selalu diperlakukan dengan tidak adil begini, Melodi benar-benar tidak bisa mengerti.
"Mama dan satu anak tersayang kalian berdua memang klop," kata Melodi sambil mengacungkan jembolnya.
"MELODI!" teriakan mama Wulan tidak terima dengan kelakuan Melodi yang semakin lama semakin berani.
"Terserah, aku capek mau istirahat."
Melodi meninggalkan ruang tamu begitu saja. Dia sudah tidak tahan dengan tuduhan yang selalu di lontarkan oleh mamanya. Dimata Mama Wulan Melodi selalu salah, apapun yang dilakukan Melodi, dia akan selalu terkena marah oleh semua orang. Tak terasa butiran air mata jatuh. Ya Melodi menangis ketika berjalan menuju kamarnya. Mengapa hari-harinya begitu menyebalkan seperti ini. Melodi sangat membenci kehidupannya dan keadaannya yang sangat berantakan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments