Waktu pernikahan akhirnya tiba, setelah akad yang dilangsungkan di mesjid kedua mempelai bersanding di pelaminan di sebuah gedung serba guna desa yang disulap sedemikian rupa dengan mewahnya. Jamilah meminta pernikahan sederhana tapi Pak Burhan tetap ingin resepsi yang terbaik untuk anak dan menantunya.
"Alhamdulillah, akhirnya pernikahan ini terlaksana juga ya Pak Endang," ujar Pak Burhan dengan ekspresi bahagia.
"Iya, Pak Burhan. Alhamdulillah," jawab Pak Endang.
"Kita sekarang jadi besan, Pak. Mulai sekarang jangan segan - segan sama saya, ya. Jangan menganggap saya sebagai majikan lagi... Pak," ujar Pak Burhan kembali.
"Baik, Pak."
Esok siangnya Arjun dengan segala rencananya sudah siap membawa pergi Jamilah honeymoon ke luar negeri. Dia tidak ingin keluarganya ikut campur mulai sekarang.
Di dalam pesawat yang baru pertama kalinya Jamilah naiki, jangankan bermesraan dengan suaminya bahkan Arjun duduk terpisah dari kursi VIP yang diduduki Jamilah.
Arjun hanya memainkan ponselnya, duduk di kursi berbeda tapi masih di samping Jamilah. Dia tadinya ingin memesan tiket kelas ekonomi untuk wanita kampung yang baru saja satu hari sudah sah menjadi istrinya itu, tapi Ayahnya memeriksa tiket yang ia pesan bahkan barang bawaan yang mereka bawa dan akhirnya memesan tiket VIP bersamanya.
"Jamilah, paspor sama visa-mu berikan padaku," dari samping Arjun menengadahkan tangannya.
"Kenapa?"
"Aku harus mengurus check-in di hotel dan sebagainya biar tidak ribet, berikan saja. Kamu baru sehari jadi istriku, tapi sudah menanyakan permintaanku sebagai suami," kesal Arjun.
"Maaf, sebentar." Jamilah merogoh tas kecil yang selalu dibawanya, lalu mengeluarkan paspor dan visa-nya.
"Ini," Jamilah menyodorkan pada suaminya.
"Hm," Arjun menariknya dari genggaman Jamilah lalu memasukkan ke dalam tas-nya.
Alhirnya hanya dengan sekali transit, mereka berdua sampai di London setelah menempuh sekitar 17 jam dalam perjalanan.
Arjun menaiki taxi membawa Jamilah ke sebuah motel kecil dipinggiran kota London, sengaja tidak membawa wanita itu ke hotel yang sudah dipesan untuk berbulan madu.
Arjun memasukkan kunci ke lubang pintu kamar motel, pintu kamar terbuka. "Masuk!"
Jamilah mengekor di belakang suaminya, menelisik kamar hotel yang dibilang Ayah mertuanya bakalan mewah untuk bulan madunya. Namun, ia melihat seprai putih agak kotor menutupi kasur di ranjang yang berukuran kecil yang hanya muat untuk satu orang.
"In-ini hotel nya, A?" cicit Jamilah takut salah omong.
"Kenapa? Kamu sudah bermimpi akan menginap di hotel super mewah yang dijanjikan Ayahku? Hei, non... sadar diri lah! Kamu hanya perempuan miskin dari kampung, tempat seperti ini lah yang pas buat kamu tinggali!"
Jamilah meremas tali tas yang sejak tadi ia pegang, bertahan agar mulutnya tidak membalas perkataan suaminya.
"Aku nggak keberatan tinggal disini, tapi apa A Arjun juga nggak keberatan?" tanya Jamilah yang masih belum mengerti situasinya.
"Kamu budeg! Aku bilang, kamu sendiri pantas tinggal disini. Aku nggak mengatakan kita tinggal disini," jawab Arjun cuek.
"Lah, gimana Aa teh. Atuh pan kita lagi bulan madu, maksudnya eneng tinggal disini sendiri teh gimana?" tanya Jamilah heran.
"Sudahlah, mandi sana. Aku mau istirahat, capek," Arjun duduk di sofa jelek usang yang berada di kamar motel murah itu.
"Ya, udah atuh. Eneng mandi dulu, ya."
Jamilah masuk ke kamar mandi dengan membawa handuk dan gaun tidur terbuka pemberian dari Bunda nya, ia juga mengambil persiapan mandi lainnya yang sengaja ia bawa dari rumah.
Setelah selesai Jamilah yang sudah memberanikan diri memakai gaun terbuka tapi masih sopan karena tidak transparan tetapi tetap saja terkesan sexy karena tubuh montoknya. "Aduh, malu ih. Tapi, kalau nggak pake ini 'kan malam pertama eneng sama A Arjun. Udahlah, pakai aja."
Dengan langkah ragu, Jamilah mengeluarkan tubuh molek sexy-nya dari dalam kamar mandi.
Arjun melihat kaki putih mulus keluar dari kamar mandi, tatapannya semakin naik ke atas melihat betis putih bersih yang sexy. Arjun meneguk ludahnya dengan susah payah, bahkan si ujang di bawah sedikit demi sedikit membesar. Tatapannya semakin ke atas, melewati perut Jamilah yang tertutup lalu berhenti di bagian da da wanita itu. Setengah da da kenyal montok Jamilah tumpah keluar memperlihatkan da da yang terlihat sangat lembut dan seputih su su.
Glek!
Sial! Tiba - tiba tubuhku panas! Ahhh, gerah!
Arjun mengibas - ngibaskan baju yang dipakainya, dia ingin menghindar tapi tatapannya terus tertuju pada si kenyal montok yang terus meledeknya untuk segera dilahap.
Apa aku hajar aja sebelum aku tinggalkan dia?! Toh dia sudah sah menjadi istriku! Pikir Arjun kotor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Erna Wati
klu ga suka jangan tergoda dong. mangkah nya jangan hina klu udah lihat yg bening dn seksi ngiler kan . egois
2024-11-26
0
panty sari
arjun emang yah pikiran kotor sempet mau buka segel terus di ceraikan istrinya
2024-07-25
0
Nay
Oooaahhhh buat arjun menyesal sampe sembelit thor,. Mencampakkan berlian demi batu krikil 😁😁😁
2024-06-14
0