🍁Selamat membaca...
Saat berita Jamilah dilamar, setiap para pemuda bahkan para suami orang tak terkecuali Pak kades merasa patah hati. Banyak yang mengirim bunga - bunga mengucapkan bertuliskan.
'ENENG JAMILAH, SELAMAT KAMU SUDAH MEMATAHKAN HATI ABANG.'
Ada juga tulisan.
'ENENG GEULIS, SELAMAT BERUMAH TANGGA. AA DOAIN RUMAH TANGGA NYA ENGGAK LANGGENG DAN HATI JAMILAH INGET TERUS KE AA JAMAL.'
Bahkan di grup RW, rame - rame se-RW ngerumpi. Apalagi lelaki yang melamar Jamilah adalah putra dari Pak Burhan yang mempunyai kebun hektaran di desa mereka dan terkenal seorang Pengusaha sukses di Jakarta.
...Rumpian di Grup WA khusus emak - emak tukang Bank emok -- Bank keliling....
📳 Ceu Odah :( Duh ceu mimin, itu Pak Endang sama Bu Entin menang lotre ya. Mendapatkan calon menantu kaya, mana tampan luar biasa.)
📳Ceu Mimin: (Iya, aduh. Saya juga yang sudah tua apalagi punya suami tergoda lihat itu si tampan.)
📳Neng Astri : (Emak! Kalau Eneng kapan nikah ya! Keduluan terus.)
📳Ceu Odah : ( Berisik kamu, Astri... itu badan bikin bohai kayak si Jamilah. Badan kayak sapu lidi gitu, siapa yang mau lelaki sama kamu!)
📳Ceu Dedeh : (Duh Bu Entin sepertinya kaya ya, bisa kayaknya dipinjam uang nya sebentar lagi. Mau berhutang gampang sekarang mah ya.)
📳Ceu Mimin : ( Bu Dedeh, kalau ngomong suka bener. Hahaha...)
...............
Sedangkan setelah lamaran selesai Keluarga Pak Burhan langsung pulang ke Jakarta kecuali Arjun yang disuruh Pak Burhan tinggal di rumah Jamilah biar lebih saling mengenal.
"Aa, diminum kopinya. Maaf, hanya ada kopi warung bukan kopi seperti di cafe - cafe," ujar Jamilah malam itu, Arjun sedang duduk melamun di kursi teras.
"Hmm, makasih."
"Aa, mau ngemil enggak? Ada ubi jalar rebus, ada singkong goreng ada bakwan. Eneng yang bikin bakwan nya tadi, mau cicipi?" tawar Jamilah.
"Enggak usah, aku nggak suka makanan gitu."
Jamilah hanya tersenyum sabar mendengar penolakan dari calon suaminya, ia ingin menikah pertama karena Allah dan hal lainnya karena kasihan pada Pak Burhan dan ingin berbakti menuruti keinginan Ayahnya.
Di pojokan luar pagar terhalang tanaman - tanaman para pemuda yang menyukai Jamilah berkumpul, mereka sengaja janjian untuk mengintip calon suami wanita kembang desa mereka.
"Ah, ganteng saya atuh. Jauh kemana - mana, saya mah keturunan jaka tingkir jago maen golok," ujar Asep.
"Heeh nya, teu kasep - kasep teuing ah. Emak - emak tukang gosip mah barohong! Ckkk..." ujar Dadan.
Sopian dan Amat hanya bisa terdiam, mereka sudah berharap banyak pada Jamilah karena setiap hari sering bertemu karena berpapasan. Seringnya bertemu semakin menumbuhkan perasaan suka.
"Kehela, saha nu lewèh ieu?" ( Sebentar, siapa yang nangis ini?)
"Mana?"
"Cing rengeukeun gera." ( Coba dengerin )
"Moal kunti mah?" ( Mungkin Kunti )
"Ah lain, suara na deket." ( Ah bukan, suaranya dekat )
"Hiks... Hiks..." ternyata si Sopian yang menangis sesegukan.
"Sopian, ari maneh meuni kudu dicengceurikan kitu! Eling atuh eling!" ( Sopian, kenapa kamu harus menangis gitu?! Sadar woi sadar! )
"Kumaha teu leweh, awewe kanyaah arek kawin jeung batur!" ( Gimana nggak nangis, wanita kesayangan mau menikah sama orang lain! )
Jamilah merasa tak enak hati mendengar keributan di pojok depan rumahnya, untung saja para pemuda itu mengobrol dengan bahasa sunda jadi aman karena calon suaminya tidak mengerti.
"A Arjun merasa berisik nggak? Mau pindah ke dalam?" tawar Jamilah.
"Enak disini, dingin. Di dalam panas enggak ada AC. Besok beli AC, biar nanti kita menikah nggak panas."
"Kita menikah di gedung serba guna di desa, A. Bukan di rumah. Akad dulu di mesjid baru resepsinya di gedung."
"Ohhh... Aku nggak ngerti hal semacam gedung - gedung itu, atur saja."
"Iya, A."
"Aa, eneng boleh tanya?"
"Apa?"
"Aa Arjun nikah sama eneng karena permintaan Pak Burhan 'kan?"
"Itu kamu tau, jadi nantinya jangan berharap terlalu lebih padaku. Jujur saja, aku sudah mempunyai kekasih dan ingin menikah dengannya tapi Papa nggak setuju. Aku menikah denganmu juga karena terpaksa, jadi jangan terlalu berangan - angan menjadi istriku dan menginginkan aku jadi suami yang mencintaimu. Karena sampai kapanpun, itu nggak akan pernah terjadi," jawab Arjun dingin.
Jamilah terdiam, menghela nafasnya pelan. Ia berpikir apakah keputusan nya menerima lamaran Pak Burhan untuk menikah dengan Arjun sudah benar?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Erna Wati
sabar orang sabar pasti menang
2024-11-25
0
Hilmiya Kasinji
ijin baca
2024-09-27
0
Yuli Yanti
ya ampun thor ngakak aq bca nya sampai klr air mta,bnr2 bgs cerita nya nysel euy bru bca
2024-05-31
1