Bab.04

Shena mengerjapkan mata, saat menyadari jika semalam itu bukanlah mimpi tapi benar benar nyata.

"Hari ini lo libur kuliah dan lo juga libur pasang dasi gue!"

"Ah ... Ya, oke baiklah ...!"

Garda mengangguk, berjalan ke arah tempat penyimpanan sepatu dan mengambil sepatu miliknya dan yang dilakukan Shena hanya terus menatap dan mengikuti setiap geraknya.

"Lo nyari sepatu atau nyari jarum?" Shena kikuk sendiri melihat Garda yang terlihat kebingungan sendiri.

Gadis cantik itu beranjak ke dapur dan mencuci tangan lalu menghampirinya.

"Nih sepatu lo! Lo lupa ingatan?" ucapnya dengan menunjuk sepatu Garda.

"Ya ... Gue tahu, gue hanya bingung saja!" cicit Garda, duduk dan langsung memasang kaos kaki miliknya.

"Lo bingung kenapa?"

Mampus ... Kenapa bisa kejadian hal seperti itu, enggak enggak, itu karena gue mabok aja. Tapi dia? Dia kan gak mabok. Dia sadar. Shena membatin, seiring langkah kakinya kembali menghampiri Garda yang duduk di sofa.

Garda bangkit, dan menjadi salah tingkah saat berhadap hadapan dengannya, sampai Shena berdehem.

"Dasi lo mencong!" ucapnya dengan suara sedikit serak.

Tak lama tangannya terulur perlahan guna merapikan dasi Garda. Dan mau tidak mau Garda hanya bisa menatapnya dalam diam, lidahnya yang biasa usil tiba tiba menjadi kelu, begitu juga dengan tenggorokannya yang tercekat. Dia hanya diam menatapnya saja.

Kedua matanya yang bulat dengan bulu mata lentik, hidungnya yang mancung, dua pipi yang mulus dan kenyal dan berakhir pada bibir merah muda yang tipis dan sedikit basah.

Garda tersedak salivanya sendiri saat tatapannya berakhir pada bibir ranuum miliknya, dan terus mengumpat dalam hati.

Sial ... Sial ... Lo gila Gar!

Shena yang merasa Garda berbeda berdehem sekali lalu memberanikan diri menatapnya. Tapi lagi lagi keduanya hanya terdiam saja.

"Garda ...!"

"Shena ...!"

Keduanya serempak memanggil, dan bingung setelahnya.

"Hm ...! Lo duluan," jawab Shena.

"Gak jadi, lo duluan aja!"

Gadis berambut panjang ikal itu menarik nafas panjang dengan kedua tangan yang melambat saat merapikan dasi milik Garda, tak lama ia berbalik dan kembali duduk di meja makan, namun Garda menarik pergelangan tangannya hingga mereka saling berhadapan lagi.

"Maaf ... Buat yang semalam." cicitnya pelan.

Shena terdiam, jadi semalam benar benar nyata, bukan mimpi belaka. Fikirnya. Lalu kembali berbalik dengan kesadaran penuh.

"Lupakan itu Garda ... Itu gak boleh!"

"Ya ... jangan marah, gue benar benar nyesel."

Shena menggigit bibirnya, lalu memgangguk, "Itu hanya kebawa suasana ... Ya ... Suasana aja, dan gue ... Gue lagi mabokk!"

Garda mengangguk, kesalahan yang tidak boleh dilakukannya lagi. Bagaimana bisa logikanya tidak berfungsi saat itu.

"Lupakan Garda!" lirih Shena lagi lalu melepaskan diri darinya. "Ayo berangkat, lo pasti telat."

" Tapi lo harus ikut gue, Papa yang bilang kalau lo harus ikut ke kantor!"

Shena kembali berbalik, lalu menatapnya. "What. Apa gue gak salah denger? Lo pasti bercanda kan, ngapain gue ke kantor?"

"Kalau kuliah lo libur, gue harus pastiin lo ikut ke kantor. Itu yang Papa bilang ke gue! Lo boleh tanya papa kalau lo tidak percaya gue." Garda mengayunkan langkah kakinya dan kembali duduk di sofa, mengambil ponsel miliknya dan menghubungi seseorang.

Shena panik dan merebut ponsel milik Garda, "Lo mau telepon siapa? Papa kan ... Jangan. Jangan telepon papa."

Garda mengulas senyuman getir, "Kalau gitu lo harus ikut gue ke kantor hari ini!"

Shena terdiam, menatap tajam ke arah Garda yang terlihat tidak berani menatap seperti dirinya.

"Sial ...!" gumamnya kembali merutuki dirinya. "Apa apaan, kenapa gue jadi salah tingkah begini gara gara semalam." cicitnya lagi dengan melangkah masuk kedalam kamar.

"Ayo cepat! Lo gak nunggu gue yang mandiin kan?"

"Berisik!" teriak Shena dari dalam kamarnya.

Dengan terpaksa Shena harus ikut ke kantor, menyebalkan memang. Sejak kecil dia sudah dikenalkan tentang bisnis oleh sang papa. Yang katanya walaupun masih muda, tapi harus belajar juga caranya bekerja.

'Shen, papa aja bergabung di perusahaan kakekmu saat papa berumur 17 tahun, ya walaupun menolak. Dan papa berhasil membuat perusahaan F&M ini di usia papa 20 tahun.'

Shena menghela nafas saat ucapan papanya kembali dia ingat, zaman sudah berubah, semua orang sudah tumbuh sesuai pemikirannya, situasi, juga teknologi semakin canggih pula, sudah banyak pekerja yang bekerja di perusahaannya, bahkan sudah memiliki banyak rekanan di mana mana, termasuk di L.A yang sekarang di percayakan pada Garda.

Usia garda memang baru 20 tahun, namun karena kepintaran dan ke ahliannya, dia mendapat akselerasi. Bahkan dari sejak sekolah dasar. Maka dari itu dia jauh di depan dari pada Shena. Dan sifat Garda yang dewasa membuatnya selalu selangkah lebih maju dari pada Shena.

Keduanya terdiam di dalam mobil yang dikendarai oleh Garda sendiri, kejadian semalam memang membuat keduanya sedikit canggung.

Shena mencebikkan bibir dengan punggung yang dia sandarkan pada seat mobil, sementara Garda meliriknya diam diam.

"Ini bukan pemaksaan, kalau lo gak mau, bilang sana sama papa!" tukas Garda tanpa menolehkan pandangannya pada ruas jalan.

"Oh jadi lo pengen papa dan mama ceramah panjang lebar lagi gitu? Dan pasti nyuruh gue buat pulang. Emang lo tuh ya kadang kadang." Emosi Shena tersulut lagi.

"Gak juga! Ya dari pada lihat muka lo sumpek begitu, yang ada semua karyawan di sana males kerja kalau lihat wajah lo kusut gitu." terangnya lagi dengan menunjuk wajah Shena.

"Bodo amat! Kalau gitu gak usah pada lihat gue dong."

"Ya gak lihat gimana, selain anak dari bos mereka, lo itu brand amasador perusahaan, mana ada yang gak bakal lihat lo, semua orang bakal melotot lihat lo ada dikantor!" Garda menggelengkan kepalanya berulang kali. "Karena lo itu ....."

Dengan cepat Shena menutup mulut Garda dengan tangannya, "Gue tahu ... gue ini kebanggaan dan harapan papa dan mama kan! Berapa kali harus gue denger kata kata itu dari lo Gar. Bosen tahu gak, padahal lo juga bisa, kenapa bukan lo aja yang kakek pilih. Kenapa cuma gue ... Lo enggak."

"Ya karena mereka udah tahu kelebihan gue, gak perlu diceramahi gue udah bisa buktikan diri selama ini." gumamnya dibalik tangan Shena. Bahu Garda juga mengerdik, tapi satu hal yang tidak pernah dia mengerti selama ini, hak yang di dapat Shena memang lebih besar dibandingkan dengannya.

"Ah ... Alesan aja lo!"

Garda di buat nya terdiam, bukan apa, tangan Shena kini masih berada di bibirnya, sangat wangi dan membuatnya teringat kejadian semalam tadi.

Shiiittttt ... Malah ingat yang semalam!

Sampai Garda harus menginjak pedal rem karena konsentrasi menyertirnya terbagi oleh sentuhan Shena dan juga acara ciuumannya semalam.

Shena melepaskan tangan setelah sadar, dia juga membenarkan posisi duduknya menjadi tegak, entah Shena merasakan diri Garsa yang gugup atau tidak, yang jelas keduanya sama sama aneh.

"Sorry!"

Shena tidak salah, Gardalah yang tidak bisa menutupi kegugupannya.

"Mau bikin celaka ya! Lain kali jangan lakukan itu, itu bahaya ... Lo tahu gak?"

Terpopuler

Comments

Susi Sidi

Susi Sidi

makin penasaran nih..

2023-05-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!