"Shen! Apa yang gue lakukan ini juga buat kebaikan lo. So please ... kita pulang." Garda menyimpan gelas minuman diatas meja, lalu menarik tangan Shena dengan cepat.
"Gardaa! Lo biang kerok banget sih," Shena marah, dia menghentakkan tangannya hingga terlepas dari Garda.
"Shen ... Setidaknya cari tempat lain untuk kencan, lo gak mesti pergi ke klub. Bisa lo bayangkan seburuk apa pria yang mengajak seorang wanita berkencan untuk pertama kali dan tempatnya ke klub? Itu bukan hal baik!"
Shena tentu saja marah, dia sudah cukup dewasa untuk berkencan dimana pun termasuk di klub, larangan tidak berarti apa apa untuknya, terlebih hanya dari seorang Garda yang tidaklah membuatnya takut. Pria yang hanya terpaut satu tahun dengannya saja.
"Cukup Gar! Lo gak usah nyeramahin gue, gue udah dewasa, gue bukan anak kecil lagi."
Jonathan keluar untuk menyusulnya, dan dia menghampiri Shena yang tengah ribut.
"Babe ... Apa dia mengganggumu?"
"Ya By ... Sangat! Aku benci sama dia." sahut Shena dengan kedua mata menajam pada Garda.
"Shen!"
Bugh!
Jonathan melayangkan pukulan pada tepat pada rahang Garda, dan tentu saja Garda melawannya dengan memberikannya pukulan juga hingga keduanya sama sama berduel. Shena yang hanya menonton itu berdecak lalu menarik Jonathan.
"Udahlah By ... Kita pergi aja." ujarnya menarik tangan Jonathan dan berjalan menjauh.
"Awas saja kalau masih mengganggu pacarku!" desis Jonathan.
"Gue gak takut!" sahut Garda dengan kembali mendorong bahu Jonathan.
"Gardaa!" teriak Shen padanya, "Sekali lagi lo bertingkah, gue gak bakal maafin lo seumur hidup!" ucapnya dengan kembali menarik pacarnya.
Garda meringis karena bibirnya sedikit perih, namun dia segera menyusul mereka kembali dan menarik Shena yang tengah berjalan.
"Shen ... Kalau lo terus begini, gue juga nanti yang kena marah papa."
"Bodo amat! Emangnya gue fikirin. Jangan ikutin gue!" sentaknya sambil menepiskan tangan Garda, dan melanjutkan langkahnya.
"Tapi Shen!"
"Stop Garda! Jauh jauh ... Mending lo balik ke apart kalau perlu balik ke indo sana. Gue gak butuh lo di sini."
Tanpa mempedulikan Garda, Shena masuk ke dalam mobil yang di kendarai oleh Jonathan pacarnya. Tak lama, mobil melaju dan meninggalkan Garda yang berdiri mematung. Shena hanya menatap Garda dari dalam mobil dengan tajam hingga tidak lagi terlihat.
"Sial! Kalau bukan karena papa El ang maksa, gue gak mau repot repot begini." dengus Garda menendang botol kaleng yang ada di sana.
***
Garda mondar mandir di luar apartemen, menunggu Shena yang tidak kunjung pulang, padahal waktu sudah menunjukkan dini hari. Dan kali ini, adalah kali pertama Shena pulang selarut itu.
Bunyi high hills menghentak lantai, dengan suara tawa renyah yang tidak asing baginya diselingi tawa seorang pria juga. Garda tersentak saat melihat Shena yang pulang dalam keadaan mabuk parah bersama Jonathan.
"Shen ... Astaga!"
"Heh ... Kenapa lo di sini?" Tanyanya dengan menepuk nepuk pipi Garda. "Gue udah bilang kan gue ini udah dewasa, dan inilah yang dilakukan orang dewasa." ujarnya lagi lalu masuk ke dalam, dengan masih saling merangkul dengan Jonathan.
Dalam pengaruh alkohol keduanya terus tertawa, mereka masuk ke dalam kamar Shena dan menutup pintu. Namun Garda yang paham apa yang akan terjadi jika mereka tidak dicegah tentu saja merangsek masuk ke dalam kamar Shena.
Pria bertubuh atletis itu menarik paksa Jonathan yang sudah ambruk di atas ranjang bersama Shena, bahkan mereka sudah saling berciumaan dan membuatnya mual.
"Enyah lo dari sini! Dasar brengsekk!" Garda mendorong tubuh Jonathan ke luar apartemen, tubuh yang lemah tanpa tenaga karena sedang mabuk lebih mudah di intimidasi, dia juga menendangnya dua kali dengan keras.
Shena berteriak memanggil namanya dan juga mengumpatinya di dalam kamar, Garda kemudian mengunci pintu kamarnya dengan cepat.
"Gardaaaaa! Sialan lo. Bukaa."
"Teriak sesuka lo saja lah, gue gak akan buka sampai lo sadar." gumamnya memasukkan kunci kamar ke dalam saku celananya.
"Gardaaaa!"
Bugh!
Bugh!
Shena memukul mukul pintu kamar dengan keras, dan terus meracau kemana mana, tidak lupa juga umpatan umpatan untuk Garda yang sudah berani menguncinya di dalam kamar.
Sementara Garda hanya terkekeh, dengan santai dia bersiul siul dan menuju dapur, memasak mie instan untuknya sendiri.
"Gue sampai lupa makan gara gara dia ...!" gerutunya sambil menunggu mie instan miliknya matang.
Sayup sayup suara Shena semakin lemah, bisa dia duga juga Shena sudah tidur karena efek minuman yang dia minum, atau bahkan tidak sadarkan diri, atau lompat keluar jendela, lebih parah lagi menyayat urat nadi.
Fikiran fikiran buruk dia tepiskan, kembali menuang mie instan ke dalam mangkuk, menggunting bumbu dan menuangkannya.
Tidak, fikiran itu kembali lagi, bagaimana jika Shena melakukan hal hal yang akan berakibat buruk baginya sendiri, sudah pasti dia yang akan kena getahnya juga.
Dia melempar gunting begitu saja dan bergegas menuju kamar Shena, merogoh kunci kamar dan membukanya.
"Shen?" Tidak ada tanda tanda kehadirannya di atas ranjang, "Shena?" panggilnya lagi.
Wanita berambut hitam bergelombang itu tidak ada, dia pun mencarinya di kamar mandi, namun saat tepat melangkah masuk, pintu kamar tertutup sangat keras.
Bruk!
Di akhiri suara lengkingan tawa dari Shena yang kini justru berada di luar, begitu juga bunyi pintu di kunci.
"Shena!"
"Bye agar agar ... Lo fikir gue bego? Rasain lo, emang enak gue kunciin."
"Shen! Buka pintunya ...!" Garda menggedor gedor pintu dengan keras, menendangnya juga.
Shena tertawa girang, dia menghempaskan tubuhnya di atas sofa, "Gak ... Enak aja! Dah lo di situ aja, gue muak sama lo. Papa kenapa sih kirim lo kesini. Ribet tahu gak."
"Itu karena papa sayang sama lo Shen, lo itu harapan keluarga Adhinata!"
"Ahh ... Bodo amat! Bosen gue, semua orang bilang gue harapan mereka, beban tahu gak!' cerocosnya menimpali teriakan Garda dari dalam kamar.
Harum mie instan menyerbu masuk lubang hidungnya, membuat perutnya yang kosong menjadi keroncongan.
"Lo bikin mie Instan ya! Gue udah bilang, lo di larang makan mie di sini, lo mau sakit ... Mau lo lambung lo kumat lagi, dan lo ngerepotin gue nanti." Shena bangkit dari sofa, berjalan sempoyongan menuju dapur dan melihat semangkuk mie yang telah siap kumplit dengan sayur dan bakso kesukaannya.
"Huuumm! Wanginya."
"Shena ... Jangan sentuh mie milik gue!"
"Bodo amat!"
"Shen ... Shena! Awas saja lo berani nyentuh mie gue."
Shena mengambil mangkuk mie dan menghirup kepulan asap yang wangi dan menggoda itu, dia juga siap siap menyendoknya.
Brak!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Susi Sidi
lucu.. kaya tom and jery.. mereka.. 🤣🤣
2023-05-23
1
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
cool zee
2023-04-13
2
Titin Setya Ning Tyas
menarik jg kak zee
2023-04-13
1