Hari ini seperti biasa Ayuna sudah berkutat dengan berbagai bahan makanan di dapur, tidak lupa suami yang sejak pagi tadi rewel masih setia menjaganya dengan konsentrasi penuh.
Meminta Istri tercintanya sehari ini saja tidak masak sarapan agar suaminya punya alasan membawanya ke kantor bersamanya.
Jadwalnya yang padat akan membuat dirinya pulang larut malam dan tidak tenang meninggalkan Ayuna seorang diri meski ada Bodyguard yang menjaganya.
Ayuna menolak, dirinya kelelahan jika mengikuti Malik dari pagi sampai malam walaupun yang dilakukan hanya menghabiskan waktu dengan rebahan dan bermain ponsel. Baginya lebih baik di rumah, menunggu mereka pulang dan melakukan kegiatan lain yang dirinya minati.
Malik pernah mencoba menerima Ayuna sebagai karyawan di perusahaannya, menjadikannya karyawan agar dirinya bisa bebas memantau Ayuna 24 jam. Ide gilanya tidak berhasil, fokusnya berantakan, hanya bertahan sepekan.
Malik tidak tega melihat Ayu kesulitan, dirinya malah jadi tidak bisa bergerak sedikit pun karena isi kepalanya hanya Ayuna nya kesulitan.
Ayu menyerah, apapun yang dia lakukan dapat protes keras dari Suaminya, Putra kesayangannya, dan semua orang yang menjaga dan menyayanginya.
“Apa yang kau tidak bisa miliki, katakan! Aku bisa memberikan semua yang kau mau. Berhentilah, biarkan aku yang bekerja dan kau nikmati saja hasil jerih payahku.” Malik.
“Jangan kelelahan Mom, aku sad lihat Mommy semakin hari semakin kecil saja pergelangan tangannya.” Sambil menciumi tangan Ayuna. Ranu.
“Kau tidak bisa bersantai! Mas mu yang akan kerja kalau suami mu itu tidak bisa memenuhi semua kebutuhan mu. Stop Ayuna!” Jofan.
“Suami sudah kerja, masa istri juga kerja. Urus anak dan suami saja, suami mu bisa di andalkan kok Nak. Percayalah sama Mamih.” Ajeng sang Ibu mertua.
Masih banyak lagi nasehat dan larangan yang Ayu dengar yang meminta dirinya berhenti dari mencari apa yang dia ingin lakukan. Semua benar, dirinya memang di siapkan untuk laki-laki hebat seperti Malik.
Tidak pernah kekurangan apapun selama mereka bersama, hanya terkadang merasa kesepian karena tidak punya pekerjaan lain selain menyibukkan diri ke sana kemari membawa makanan hasil karyanya.
“Abang.....” Panggilnya karena sang Putra belum juga turun dari kamarnya. “Ayo sarapan Nak, Mommy sudah selesai masak.” Terdengar sayup suara Putranya yang tidak begitu jelas.
“Kau yakin tidak apa di rumah sendirian? Aku pulang larut sayang.” Ayu masih fokus dengan piring Malik yang mulai terisi penuh makanan.
“Aku di rumah saja, nanti kalau aku bosan aku mampir ke tempat Kak Rey atau ke cafe Mas Jofan.” Ucapnya enteng yang membuat mata suaminya membulat.
“Kenapa tidak ke kantor suamimu?” Kesalnya.
“Aku bosan, masa setiap hari aku datang ke sana. Aku mau ke tempat lain juga Kak.” Regeknya yang hampir setiap hari mampir ke kantor Malik.
“Bosan!!!! Kenapa bisa bosan? Apa Ayuna bosan melihatku?” Mulai drama tidak jelas.
“Kenapa jadi ke sana. Aku bosan ke kantor Kak Malik, tidak ada Ayu bilang bosan dengan Kak Malik.” Yang ada aku semakin sayang..... teriaknya dalam hati.
“Dad....pagi-pagi sudah ribut saja, nanti Mommy sad lah Dad.” Mencium dan memeluk Ayuna dengan erat. Ayu tersipu malu mendapat pembelaan dari sang anak.
“Daddy mu yang sad, Mommy tidak mau ikut Daddy padahal Daddy pulang larut.” Biasanya Ayu nurut saja dari pada paginya menjadi panjang seperti sekarang ini, tapi hari ini dirinya merasa lelah dan ingin di rumah saja.
Ayu bahkan tidak akan mengungkapkan jika dirinya merasa lelah, mereka pasti akan tetap di rumah menjaganya 24 jam sampai Ayu bilang dirinya baik-baik saja. Semua orang selalu berlebihan dengan keadaan dirinya.
Mungkin karena beberapa kali dirinya dalam bahaya, mereka jadi bersikap berlebihan jika menyangkut keselamatannya.
“Abang akan pulang cepat. Daddy jangan khawatir.” Malik mengacungkan jempolnya. Lega karena Putra nya mau mengalah pulang lebih awal.
“Mommy loh baik-baik saja, kalian ini tidak percaya Mommy bisa jaga diri sendiri?” Kompak menggelengkan kepala.
“Jangan terlalu mandiri sayang, kau harus banyak tidak bisa melakukan semua sendiri. Serahkan semua padaku dan Abang.” Ayuna hanya tersenyum mendengar rayuan Malik.
Selesai sarapan keduanya bersiap, Malik seperti biasa akan menyempatkan diri mengantarkan Putranya. Dirinya tidak mau kehilangan momen berharga yang tidak sempat dirinya rasakan karena kesibukkan Ayahnya dulu.
Menjalin rasa dengan Putranya sangatlah penting, apalagi Putranya tumbuh menjadi laki-laki yang sangat lemah lembut seperti istrinya. Tetap ada sisi cool nya seperti Malik.
“Siang nanti Mommy ke sekolah Abang yah.” Ranu mengangguk, Mommy nya masih di dominasi sang Daddy yang enggan melepaskan pelukkanya.
“Ayo Dad, aku bisa terlambat Dad.” Pintanya yang kesal melihat Mommy nya seakan gelagapan. Padahal Ayu hanya merasa malu Malik memeluknya di depan Ranu.
“Bilang saja kau iri.” Melepaskan pelukkannya. “Jangan lama-lama peluk Mommy nya.” Melotot tidak rela. Ranu malas menanggapi.
“Abang bisa tidak bilang sama Kak Mahesa kalau Mommy akan bawakan bekal siang ini? Mommy kirim pesan juga, jaga-jaga supaya Kak Mahesa tidak jajan sembarangan.” Ranu mengangguk.
“Nanti Abang mampir ke kelas Kak Mahes sampaikan pesan Mommy.” Memeluk Ranu sebagai ungkapan terimakasih.
Setelah kedua kesayangan pergi, Ayu segera menuju dapur mengolah kembali bahan makanan untuk dibawanya siang nanti. Tidak lupa kali ini di jaga oleh Mawar. Ayu yang sudah terbiasa dengan kehadiran mereka di sekelilingnya. Bahkan mereka sering Ayu sebut seperti bayangan, datang perginya tidak nampak.
Selesai menyipakan bekal ke dalam wadah, Ayu kini bersiap segera pergi. Wajahnya sumringah siang ini akan berjumpa dengan Mahesa yang baru saja masuk sekolah kembali setelah pertukaran pelajar ke Jepang. Dia anak yang cerdas dan sering mengikuti perlombaan di berbagai pelajaran.
Mahesa teman sahabat dari Malik yang sudah seperti keluarganya. Dokter Adam dan Dokter sarah. Ayuna gemas dengan pertumbuhan Mahesa yang begitu jauh melesat, metode mendidiknya bahkan Ayu terapkan pada Putranya.
Ranu tidak kalah membanggakan dari Mahesa. Mahesa banyak mengisi hari-harinya penuh cinta kasih karena kedua orang tuanya sibuk bekerja.
Ayu yang baru saja selesai berpakaian keluar dari ruang ganti berjalan sedikit sempoyongan. Merebahkan tubuhnya agar segera hilang rasa sakit yang dirinya rasakan. Perutnya tiba-tiba saja terasa bergejolak. Sepertinya asam lambungnya kumat.
Tok....tok....tok....
“Nona....apa Nona baik-baik saja.” Ayu ingin tertawa. Dirinya baru telat turun 10 menit dan Mawar sudah begitu khawatir.
Ceklek..
“Aku baik-baik saja.” Mawar membuang nafasnya kasar. Lega melihat Ayu baik-baik saja.
Pesan Malik saat mawar diterima menjadi BG Ayuna : Jangan salah memperhatikan kebiasaan istriku. Catat jam biasanya dia berdiam diri di dalam kamarnya, jika menurutmu terlalu lama dari biasanya, cepat ketuk pintnya dan pastikan istriku baik-baik saja.
“Mari Nona.” Meraih tas yang Ayu bawa.
Ayu meraih tangan Mawar memeluknya, berjalan bergandengan seperti saudara. Ayu sering bersikap manis yang membuat Mawar juga betah bekerja menjadi pengawal Ayu. Dia tidak pernah memandang rendah siapapun yang ada di sekitarnya.
“Aku masak untuk Mawar dan juga Biru.” Memberikan kotak bekal pada Mawar. “Jangan telat makan yah, kalian menjaga ku dengan baik selama ini.”
“Terimakasih Nona.” Menerima dengan senang hati, masakan Ayu selalu enak.
Tidak lama Ayuna sudah sampai di kantin, tempatnya menunggu Putranya dan juga Mahesa seperti biasa. Jam makan siang akan segera datang, terlihat anak-anak mulai datang memenuhi kantin.
Tiba-tiba saja perut Ayu kembali terasa sesak. Dirinya memutuskan ke toilet agar tidak ada yang melihatnya kesakitan.
Setelah cukup nyaman dan perutnya tidak lagi bergejolak, Ayu segera berjalan menuju kantin, dari kejauhan Ayu melihat Ranu yang sedang berbincang dengan teman perempuan yang cukup cantik. Karena penasaran Ayu mencoba mendekat tanpa sepengetahuan Ranu.
“Ku bilang berhenti Sa, kau tidak bosan terus bersikap seperti ini.” Ayu sedikit terkejut, Putranya terdengar sedikit kasar. “Jangan buat aku benar-benar marah Sa.”
“Apa sih istimewanya masakan Mommy mu itu. Melihatnya saja aku tidak selera makan.” Kesalnya karena Ranu menolak makanan buatannya.
“Jangan berani-berani bicarakan Mommy ku. Pergi sana.” Ranu menahan emosi. Tidak rela kerja keras Mommy nya di pandang sebelah mata.
“Mommy mu itu apa istimewanya, dia seperti wanita kampungan. Lihat saja cara dia berpakaian.” Tangan Ranu mengepal, matanya benar-benar memancarkan kebencian mendengar wanita kesayangannya di hina.
“Sayang...” Pura-pura datang dari jauh agar Ranu tidak tau dirinya menguping.
Mawar yang memperhatikan dari jauh merasa penasaran tapi tidak mendekat, masih terpantau aman.
“Mom....” Meninggalkan temannya dan segera mendekat ke arah Ayuna. Memeluknya erat, dirinya tidak mau memperlihatkan wajahnya yang penuh amarah. Ranu akan bisa meredam amarahnya jika sudah memeluk sang Mommy.
“Mommy gak telat kan?” Ranu menggeleng. “Maaf ya Bang, sedikit terlambat.” Ranu meraih bekal yang ada di tangan Ayu. “Mana Kak Mahesa?”
“Ranu yang antar, Kak Mahes masih ada kelas tambahan untuk lomba Sains pekan depan.” Kecewa. Dirinya sangat rindu Mahesa.
“Padahal Mommy kangen.” Ranu meraih tangan Ayu dan mengecupnya.
“Kak Mahes bilang, tolong cium tangan Mommy utuknya. Bilang Kak Mahes sangat rindu Mommy.” Ayu kini kembali tersenyum. “Putra mu cemburu Mom.”
Ayu yang sadar segera memeluk putranya, mencium kedua pipinya sebagai rayuan.
Selama perjalanan pulang Ayu memejamkan matanya, perutnya benar-benar bergejolak tidak bisa dirinya tahan, keringat dingin menetes membasahi kerudungnya.
“Nona, maaf Pak Dodo lancang.” Ayu mengerjapkan matanya. “Apa Nona sakit?” Ayu menggeleng, tersenyum. “Syukurlah, Pak Dodo khawatir Non.”
“Aku Cuma ngantuk aja Pak.” Pura-pura menguap. Setelah minum obat pasti akan segera hilang, ucapnya dalam hati memenagkan dirinya sendiri. Ayu tidak mau semua orang khawatir, akhir-akhir ini entah apa yang dia pikirkan sampai asam lambungnya kembali kumat.
Ayu segera pamit pada Mawar untuk istirahat. Ayu beralasan dirinya bergadang semalaman jadi merasa mengantuk. Tentu saja Ayu tidak akan mengunci pintu agar Mawar bisa memantaunya dengan leluasa. Sesuai permintaan Malik yang juga tidak mau Ayu tanpa pengawasan. Dia harus terus di perhatikan agar Malik merasa tenang meski tidak ada di dekatnya.
Ayu sedikit terbawa emosi siang tadi, mendengar seorang gadis menilai dirinya seenaknya padahal tidak saling kenal. Apa salahnya dengan penampilan sederhana, dirinya nyaman. Jika tidak suka jangan dilihat, dia tidak suka Mommy nya tapi berusaha mendekati Putranya. Dasar Gadis nakal, ucapnya bicara sendiri mengungkapkan rasa kesalnya.
Ayu akhirnya tertidur setelah membalas kata-kata kasar orang lain terhadap dirinya, meski kesal Ayu berusaha memaafkannya. Dia bicara sembarangan karena tidak saling kenal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments