"Ehm, ehm…!"
Suara deheman itu membuat Jana yang sedang menyiram bunga di halaman menoleh, melihat ibunya berdiri dengan membawa sebuah piring di dekat pintu, membuatnya mau tak mau menghentikan aktivitasnya, dan menghampiri ibunya.
"Apa ini, Bu?" tanya Jana sambil menatap penuh selidik piring di tangan Bu Galuh.
"Ini jasuke, makanan viral yang dari jagung, susu, dan keju, itu lho." Bu Galuh menjawab dengan bangga. Lalu menoleh dan menatap celingukan ke arah halaman rumahnya lagi. "Di mana mantu kesayangan Ibu?" imbuhnya bertanya.
"Joshua lagi lari keliling komplek, Bu," jawab Jana. Tangannya baru saja terulur untuk mencicipi jajanan yang dibuat sang ibu, namun sang ibu sudah menangkisnya dan memukulnya pelan yang membuatnya meringis kesakitan. "Kan aku mau nyobain, Bu."
"Gak boleh, ini khusus buat Joshua," jawab Bu Galuh ketus. "Lagian kamu ini, lho, suaminya lari keliling komplek kok gak ditemenin. Nanti kalau ibu-ibu komplek dan cewek-cewek kegatelan godain suami kamu, gimana?"
Bibir Jana mengerucut, lalu menyandarkan tubuh di dinding dengan tangan bersedekap. "Aku percaya sama Joshua, Bu. Dia pasti bisa jaga mata dan hatinya cuma buat aku."
"Gak boleh gitu, Jana. Meskipun kamu sangat percaya, tapi sebaiknya sedia payung sebelum hujan. Antisisiapi gitu, lho … antisisapi, anti opo, yo? jaga-jaga maksud ibu," kata Bu Galuh menasihati dengan mulut belibet.
"Antisipasi, Bu," ralat Jana.
"Ya itu maksudnya."
Jana mengerucutkan bibir melirik ibunya kesal, lalu masuk ke dalam rumah sambil menyenggol bahu ibunya sedikit kasar. Wanita itu duduk di ruang tamu, mengangkat kedua kakinya di atas meja.
Bu Galuh yang melihat itu mengikuti, menyimpan makanan yang disiapkan untuk sang menantu terlebih dulu, sebelum memusatkan perhatiannya pada sang anak. "Kamu ini kenapa, sih, sebenarnya? Pagi-pagi kok wajahnya sudah ditekuk begitu. Kamu ada masalah?" tanya Bu Galuh curiga, dengan sikap sang anak.
Galuh menoleh, lalu menghela napas panjang-panjang. "Aku lagi kesel, Bu," katanya lirih.
"Kesal kenapa? Ayo coba cerita, kamu nggak berantem sama Joshua, kan?" tanya Bu Galuh, kembali menyelidik.
Bibir Jana kembali mengerucut, namun hanya sesaat sebelum dia berkata, "Kita udah nikah hampir dua minggu, tapi Joshua belum membicarakan tentang bulan madu kita. Aku, kan pengen diajak ke rumahnya di Amerika sana, jalan-jalan."
"Sabar to, Jana." Bu Galuh melembutkan suaranya, lalu menepuk-nepuk paha Jana dengan pelan. "Mungkin Joshua masih menyusun rencana. Lagipula, perjalanan ke Amerika 'kan jauh. Ada banyak hal yang perlu disiapkan, termasuk sangu."
Awalnya Jana tak merespon, tapi mendengar satu kata yang terselip di kalimat sang ibu, dia melebarkan mata dengan cepat. Lalu tergesa duduk dengan tegak, memiringkan posisinya agar menghadap sang ibu. "Omong-omong soal sangu, aku, kok jadi heran ya, Bu. Selama ini Joshua belum pernah ngasih aku uang buat keperluan rumah dan lain-lain," ungkapnya berbicara pelan penuh keraguan.
"Hus, kamu ini! Jangan berpikiran buruk. Mungkin saja Joshua masih menyimpannya di ATM. Gimana kalau dia belum sempat mengambil karena sibuk terus." Bu Galuh menepuk paha Jana sedikit keras.
Lagi-lagi, Jana mengerucutkan bibir kesal. "Uangku sudah menipis, Bu. Sumbangan nikahan kemarin udah Jana serahkan separuhnya buat Ibu bayar dekor pengantin. Sisanya buat keperluan hari-hari belanja. Dan sekarang sudah tinggal sedikit. Gaji Jana juga baru keluar akhir bulan nanti," tuturnya panjang lebar penuh keluhan.
"Sabar to, Jana. Nanti Ibu sama bapak bakal bantuin kalau soal urusan rumah." Bu Galuh meyakinkan. "Untuk urusan Joshua, jangan membebaninya dengan urusan sepele seperti ini. Dia mungkin saja tidak tahu, karena semua urusan rumah pasti diserahkan sama kepala pelayan di rumahnya sana. Joshua masih beradaptasi dengan lingkungan kita."
Jana mendebarkan dengan seksama, dalam hatinya membenarkan kata sang ibu. Mungkin saja Joshua tak tahu urusan rumah yang sepele, karena semua urusannya pasti sudah dikerjakan oleh anak buahnya.
Membayangkan hal ini, entah kenapa membuat senyum Jana merekah tipis tiba-tiba. Jika semua dikerjakan anak buahnya, bukankah Joshua sangatlah kaya? Ah, pastinya lelaki itu mempunyai rumah dan warisan yang banyak di negara asalnya sana. Yang perlu dilakukan Jana saat ini adalah bersabar, karena benar kata ibu, jika Joshua sedang beradaptasi dengan keluarganya.
"Benar kata ibu," ucap Jana setelah terdiam selama beberapa saat.
"Nanti kalau seandainya Joshua memberimu kejutan, kasih tahu ibu, ya, ibu juga pengen minta," tutur Bu Galuh terkekeh pelan.
"Ih, Ibu, suka iri aja, deh. Kalau gitu gak bakal tak kasih tahu, biar Ibu gak bisa minta sama suamiku," sahut Jana, mulai bisa tertawa dan tak ada lagi kekesalan dalam wajahnya.
"Kalau gitu ibu mau minta sekarang aja. Biar Ibu yang dapat kejutan lebih dulu daripada kamu." Bu Galuh menggoda, lalu mulai berdiri untuk pergi dari sana.
"Gak boleh curang dong, Bu, kan Joshua suamiku!" decak Jana, seolah masih tak terima dengan usul-usulan sang ibu.
Wanita itu berdiri dengan cepat, ketika Bu Galuh membawa piring jajanan jasuke. Dengan kecepatan di atas rata-rata, Jana menyahut piring tersebut dengan tawa cengengesan. "Jangan dibawa, Bu, ini buat aku saja."
"Kamu ini! Gak boleh, ayo kembalikan. Ini buat menantu kesayangan!" hardik Bu Galuh meninggikan suara.
Jana baru saja akan menjawab, ketika orang yang sedang diperdebatkan muncul dari pintu depan. Seketika gerakan Jana terhenti, menatap sang suami yang terlihat begitu tampan pagi ini dengan keringat membasahi wajahnya. Jana terpesona, dan membuatnya melongo penuh pemujaan.
"Ada apa ini? Apa kalian bertengkar? Suara kalian terdengar sampai halaman." Joshua menyapa dengan heran, ucapannya masih terdengar belibet. Jika saja Jana tak sedang terpesona, dia yakin sudah tertawa untuk saat ini.
"Eh, Mantu Bule ganteng sedunia, kamu sudah pulang? Sini, sini, ayo duduk. Mama buatin jajanan spesial buat kamu." Bu Galuh menyela, menyahut cepat piring yang tadi ditarik Jana. Lalu menggiring Joshua, untuk duduk di sofa.
Setelahnya, Bu Galuh ikut duduk dan mengulurkan piring tersebut ke hadapan Joshua. "Ayo coba, ini jajanan yang lagi piral loh."
Joshua mengangguk senang, dan tangannya langsung terulur menyendok jasuke tersebut. Tanpa membuang waktu, dia segera melahapnya dengan cepat.
"Emm … it's really delicious. Rasanya luar biasa," kata Joshua, mengangguk-anggukan kepalanya senang.
Mendengar itu, Bu Galuh merasa bangga. "Yo, yo, dilisius to?"
Jana tersadar dari lamunan, dan bibirnya mengerucut melihat sang ibu menarik perhatian suaminya. Dengan cepat dia menyusul, duduk di dekat Joshua yang berseberangan dengan ibunya. Kini, lelaki itu terlihat tengah duduk diapit dua wanita berbeda usia.
"Aku juga mau, Sayang, aaa." Tanpa basa-basi, Jana membuka mulutnya manja dengan mata setengah terpejam.
Joshua merasa senang, lalu menyiapkan sendok ke mulut sang istri. Tapi belum sempat mendarat, tangannya sudah ditarik oleh sang mertua.
"Jangan kasih Jana, dia bisa buat sendiri. Ini khusus Mama buatin buat kamu," kata Bu Galuh sambil memaksakan senyum. Hal ini membuat Joshua meringis.
Sedangkan Jana tampak kesal, bibirnya mengerucut dengan kaki mulai menghentak. "Ibu … sebenarnya yang jadi anakmu ini aku apa Joshua, sih?" teriaknya mengeluh, seperti bocah lima tahun yang kehilangan permen.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
𝕭𝖚𝖊 𝕭𝖎𝖒𝖆 💱
akibat nemu Bule ng ndalan ya gitu itu Jan ,rumangsamuuuh 😂😂😂😂😂
2023-04-17
1