Deru suara motor di depan rumah, membuat Bu Galuh mengernyitkan alis heran. Dia yang ada di samping rumah menjemur pakaian, cepat-cepat beranjak ke depan untuk melihat siapa yang datang. Dan dirinya begitu terkejut, mendapati sang anak sudah pulang.
"Lho, Jana, baru berangkat kok sudah pulang lagi?" tanya Bu Galuh, tatapannya berpaling ke seorang lelaki di sebelah Jana dan dahinya berkerut heran. "Ini juga siapa?"
Jana cengengesan, menghampiri sang ibu dan langsung merangkul lengannya dengan manja. "Aku sengaja ambil cuti dadakan, Bu. Aku mau ngenalin ibu sama seseorang," ucapnya pelan dengan malu-malu, lalu melirik ke arah belakang dengan senyuman yang menawan.
"Dia siapa?" tanya Bu Galuh berbisik lirih, mencubit kecil tangan Jana.
Jana mendekatkan kepalanya di kepala sang ibu. Masih dengan cengengesan dia menjawab dengan nada berbisik, "Mas bule calon suamiku, Bu."
"Apa?!" Bu Galuh memekik kaget, matanya melotot dengan tak percaya. Sekali lagi, dia memperhatikan lelaki yang masih berdiri diam di dekat motor Jana. Lalu seluas senyum lebar merekah dari bibit tipisnya.
Cepat-cepat, Bu Galuh melepaskan tangan Jana. Menghampiri lelaki itu dan merangkul lengannya dengan cepat. Sambil membawanya masuk, Bu Galuh bertanya, How your name, Mister?"
Begitu belepotan, yang membuat Jana tertawa di belakang. Dia menggelengkan kepala karena sikap sang ibu. Sok-sokan pake bahasa Inggris, cebik Jana dalam hati.
Tak ingin ibunya semakin membuatnya malu, Jana segera menyela, "Bu, Joshua bisa bahasa indonesia, kok. Jangan repot-repot bicara belepotan."
Mata Bu Galuh melotot, melihat lelaki yang dikatakan Jana sebagai calon mantunya itu tersenyum, membuatnya meringis. "Ih, kamu ini, kenapa gak ngomong sama Mama."
Jana tersedak. Bisa-bisanya ibunya memanggil diri dengan sebutan mama. Namun, kali ini Jana tak mengeluh. Biarkan saja. Mungkin ibunya begitu senang mau dapat calon mantu bule.
Mereka bertiga duduk di ruang tamu. Bu Galuh masih memepet Joshua. Seolah tak membiarkan calon menantunya itu lepas dari pandangan.
"Nama kamu siapa, Nak? Asalmu dari mana? Apa yang kamu lakukan di Indonesia? Apa benar kamu pacar Jana? Kalau begitu, kapan kamu akan menikahinya?" Bu Galuh bertanya beruntun, dengan nada mendesak seolah menuntut sebuah jawaban.
Hal ini membuat Jana memejamkan mata sekilas, merasa kasihan karena antusiasme sang ibu yang berlebihan. "Bu, satu-satu, dong, kalau tanya. Joshua bingung itu, lho," peringat Jana dengan kalem.
Bu Galuh hanya meringis, lalu menepuk-nepuk tangan Joshua dengan lembut. "Oh, jadi namamu Joshua, to."
Joshua hanya menjawab dengan anggukan kecil, memaksa senyum agar terlihat ramah. Terlihat sekali di wajahnya jika dia sedang begitu tertekan saat ini. Keringat dingin membasahi wajah putihnya.
"Jana, kamu ini gimana, sih? Kok malah duduk. Sana buatin minum buat Joshua," perintah Bu Galuh mendelik pada sang anak.
Jana mengerucutkan bibir kesal, dirinya malas, tapi mau tak mau tetap beranjak. Lalu memaksakan senyuman pada Joshua, saat bertanya, "Kamu mau minum apa?"
"Ice water would be nice," jawab Joshua. Melihat Jana mengerutkan dahi dalam, dia segera meralat, "Es, aku mau air es."
Jana ber-oh dan mengangguk, lalu berpaling masuk ke dalam rumah. Tapi hanya sebentar, sebelum dia kembali ke ruang tamu dengan wajah tertekuk.
"Ibu lupa masukin es di kulkas, ya? Gak ada es batu sedikit pun, Bu," katanya penuh keluhan. "Ibu tolong belikan, ya, di warung sebelah."
"Ish, kamu ini! Malah nyuruh-nyuruh orang tua!" Meskipun ngedumel, Bu Galuh tetap berangkat. Dia menatap Joshua dengan senyum penuh pujaan, sebelum pergi keluar rumah.
Dan meskipun tak ada Joshua di hadapannya lagi, Bu Galuh masih tetap tersenyum. Entah kenapa hari ini dia terlihat begitu gembira, apalagi mengetahui sang anak tidak jomblo lagi. Kenyataan bahwa Jana mempunyai calon suami bule, membuatnya besar kepala.
"Eh, Bu Galuh, ada apa ini, kok senyum-senyum sendiri?" pancing Yu Prapti.
Lamunan itu buyar, Bu Galuh melihat Yu Prapti ternyata juga sedang ada di warung. Jika biasanya dia akan menjawab kesal dengan nada berapi-api, kali ini Bu Galuh menampakkan senyum menawannya.
"Iya, nih, aku lagi seneng soalnya Jana bawa pacar pulang," jawab Bu Galih meringis.
"Ah, masa, sih?" ketus Yu Prapti tidak percaya.
"Kalau tidak percaya, silahkan main ke rumah. Tapi jangan kaget, ya, pacar Jana jauh lebih ganteng daripada calon suami Asih," jawab Bu Galuh menyahut.
Yu Prapti terkekeh pelan, suaranya seperti sebuah tawa yang mengejek. Lalu sibuk mengambil kerupuk di depannya, namun masih bisa berkata, "Ganteng doang buat apa, Bu? Yang penting mah mapan. Calon suami Asih kan juragan tembakau."
"Jangan sombong. Pacar Jana juga mapan, kok. Situ ndak tahu, ya, pacar Jana itu bule. Dia datang jauh-jauh dari Amerika buat nikahin Jana," tutur Bu Galuh bangga.
Hal ini membuat Yu Prapti terbatuk, matanya langsung melebar menatap tetangga sebelah rumahnya itu. "Bu, kalau ngayal tolong jangan ketinggian. Nanti kalau jatuh sakit."
"Dih, masih nggak percaya. Ayo, aku bisa buktiin kalau ucapanku benar. Mumpung pacar Jana ada di rumah sekarang!" tantang Bu Galuh.
Baru saja Yu Prapti ingin menjawab, Bu Dewa menghampiri mereka berdua. Pemilik warung itu tampak kesal karena mendengar pertengkaran yang tidak penting di depannya.
"Bu-ibu, kalian ini sebenarnya mau beli apa?" tanya Bu Dewa dengan ketus.
"Ya Allah, sampai lupa, Bu. Gara-gara Yu Prapti, sih, makanya jadi kebanyakan bicara. Aku mau beli es batu," kata Bu Galuh, tersenyum pada Bu Dewa.
"Aku kerupuk ini aja, Bu!" Sedangkan Yu Prapti tampak kesal, dengan wajah cemberut melirik tetangganya tersebut.
Setelah membayar semuanya, mereka kini pulang dan berjalan berdampingan. Satu wanita paruh baya dengan raut wajah bahagia. Satu lagi wanita paruh baya dengan wajah kesal begitu penasaran.
Tak ingin membuat suasana agak canggung, Yu Prapti berdehem. Setelah menarik perhatian Bu Galuh, dia berkata, "Bu Galuh, aku bukannya sok sombong, ya, karena calon menantuku juragan tembakau. Tapi rasanya agak aneh tiba-tiba Jana mempunyai pacar seorang bule–"
"Situ masih ndak percaya, Yu?" tanya Bu Galuh menyela, bahkan saat Yu Prapti belum menyelesaikan kalimatnya.
Hal ini tentu saja membuat Yu Prapti menghela napas panjang-panjang. Saat mereka sampai di depan rumah bu Galuh, mereka menghentikan langkah di pintu gerbang. "Bukan begitu maksudku, Bu. Tapi hati-hati aja, siapa tahu itu Jana asal nyomot bule lagi wisata," ejeknya.
Namun, hal ini ternyata membuat Bu Galuh salah paham. "Situ pasti iri, ya? Makanya bicara seperti itu!" decaknya kesal. "Calon mantuku lebih ganteng, dan juga lebih mapan dari calon mantumu. Makanya kamu dengki."
"Untuk apa aku dengki jika semua yang situ katakan adalah kebohongan?" sindir Yu Prapti balik, terkekeh penuh ejekan.
Namun, tawa itu perlahan lenyap, ketika matanya melihat seorang lelaki yang keluar dari rumah bersama Jana. Mata Yu Prapti melotot lebar, seolah hampir keluar tempatnya. Wanita itu melongo, lalu seperti orang bodoh menoleh pada Bu Galuh. Yu Prapti hanya bisa menelan ludahnya kasar, saat menyadari jika ucapan tetangganya itu bukan bualan semata.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
𝕭𝖚𝖊 𝕭𝖎𝖒𝖆 💱
Nyai skrg kok punya tokoh" modelan mreka toh ,banyakan ngintipin tetangga julid ini 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-04-17
0
𝕭𝖚𝖊 𝕭𝖎𝖒𝖆 💱
wakakakakkkkkk ,mas Bule Sioookkkk
2023-04-17
0