"Aku tak menyangka kita akan menikah juga akhirnya, Josh," kata Jana menatap suami barunya itu dengan sorot mata penuh pujaan. Tangannya terus menempel pada lengan sang suami, yang kini memakai pakaian pengantin adat Jogja.
"Ya, Sayang, finally," sahut Joshua tampak bahagia, wajahnya berbinar, menatap dekorasi tempat menikahnya yang terlihat mewah baginya. Tidak lupa mengangguk-angguk alunan lagu campur sari yang sedang didendangkan oleh biduan organ tunggal di atas panggung kecil di pojok tenda.
"Ih, kamu ini, jadi gemes, deh." Jana mencubit kecil lengan sang suami dengan cekikikan.
Namun, keromantisan itu tak bertahan lama ketika Yu Prapti datang. Wanita paruh baya tetangganya itu bersama sang anak, Asih, naik ke atas panggung kecil tempat pengantin baru itu berada.
Jana yang melihat itu dengan sigap berdiri. Masih memasang raut wajah penuh senyuman, dia bertanya, "Eh, Yu Prapti, Asih, ada apa?"
"Gak ada apa-apa," jawab Yu Prapti sedikit ketus. Lalu mengulurkan tangan dengan terpaksa. "Cuma mau ngucapin selamat aja." Meskipun berbicara dengan Jana, mata Yu Prapti tampak melekat pada satu-satunya lelaki di sana.
Setelah menerima sambutan tangan Jana, cepat-cepat Yu Prapti melepaskannya. Dia mengubah posisinya di depan Joshua. Bukannya mengulurkan tangan, wanita paruh baya itu malah mencubit pipi Joshua, sampai lelaki itu meringis kesakitan.
"Eh, Yu, jangan pegang-pegang, dong," kata Jana memekik, segera menghempaskan tangan Yu Prapti sedikit kasar.
"Aku 'kan cuma mau memastikan kalau dia gak pakai topeng," jawab Yu Prapti tanpa merasa bersalah.
"Idih, paling gara-gara situ iri, kan? Calon mantumu itu ndak seganteng mantuku ini. Kamu dengki, makanya suka melakukan hal aneh." Bu Galuh tiba-tiba menyela. Ibu Jana itu baru saja datang bersama suaminya, Pak Yanto.
Matanya tampak menyipit ke arah Yu Prapti dengan tidak senang. Satu tangannya merangkul sang suami, sedang tangan yang lain menggerakkan kipas kecilnya.
Yu Prapti yang melihat ini menjadi jengah, memutar bola mata malas lalu tangannya bersedekap dada seolah bersiap untuk menentang. "Aku akui, memang lebih tampan menantumu. Tapi masa, iya? Menantumu lebih kaya daripada calon menantuku?" tanyanya menyindir dengan sedikit lantang.
Asih yang sejak tadi ada di samping ibunya, mengangguk membenarkan. "Calon suamiku itu orang terkaya di desa ini. Dia juragan tembakau, memiliki koneksi di mana-mana. Dan usahanya juga gak cuma satu." Wanita muda itu menambah ucapan sang ibu dengan bangga, dan sedikit sombong.
Bu Galuh baru saja akan menjawab, ketika Pak Yanto menyela dengan wajah muram. "Sudah, sudah, kalian ini kenapa? Selalu bertengkar setiap bertemu. Seperti tikus dan kucing saja."
"Ya, aku kucingnya dan dia tikus gotnya," sahut Yu Prapti tertawa.
"Beraninya situ ngatain aku tikus got. Dasar janda sialan!" Bu Galuh memaki, hilang sudah kesabarannya. Menerjang Yu Prapti dan mengarahkan segala tenaganya untuk menyerang wanita itu.
Jana yang masih mengusap pipi Joshua, menjadi terkejut. Matanya membola melihat apa yang dilakukan ibunya. Cepat-cepat wanita itu menarik Yu Prapti menjauh, agar wanita paruh baya itu tak membalas kelakuan sang ibu.
Tapi karena itu juga, dia terjerembab. Tenaga Yu Prapti sangat kuat saat menghempaskannya. Hal ini membuatnya jatuh terantuk kursi manten, dan rok jarik yang dikenakannya robek banyak.
"Jana!"
Semua orang langsung mengalihkan pandangan, saat Joshua berteriak nyaring. Bule itu segera mendekati sang istri, yang disusul kedua mertuanya.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Joshua tampak cemas.
Jana mengangguk, tersenyum meringis sambil menunjuk bagian jarik di bawah lututnya yang sobek. "Aku baik. Tapi ini tidak baik."
"Astaga, Jana!" Bu Galuh memekik, ikut berjongkok di hadapan sang anak. Tampak panik saat menyentuh jarik tersebut. "Ini, kan kita nyewa. Kenapa malah dirobek? Aduh, pasti nanti diminta ganti rugi." Wanita paruh baya itu terlihat histeris.
Lalu dengan marah, menoleh ke belakang menatap Yu Prapti dan Asih dengan tajam. "Ini semua gara-gara kalian!"
"No, Mama." Joshua segera memegang tangan mertuanya, ketika wanita paruh baya itu hampir saja kembali menerjang marah tetangganya. Joshua merangkulnya, dan mengusap bahunya lembut.
"Don't do that, Mama." Joshua berbisik pengertian. "Ada banyak tamu, nanti kita malu," imbuhnya dengan bahasa Indonesia yang sedikit berantakan.
Hal ini membuat Bu Galuh menghela napas panjang, lalu menatap sekitar. Dia hanya bisa meringis malu saat para tamunya menatap aneh ke arah mereka. Cepat-cepat dia menarik sang suami, lalu kembali turun dari panggung untuk mengalihkan perhatian para tamu.
Yu Prapti dan Asih sendiri masih tampak enggan untuk turun. Masih ingin memastikan jika Joshua adalah benar-benar manusia. Masih ingin mengomentari Joshua yang mau-maunya memperistri Jana yang tak lebih cantik dari Asih. Namun, semua itu tak bisa dia lakukan, saat Mega–teman Jana–menyeret mereka turun dari panggung.
Pernikahan itu berjalan lancar, meskipun dengan sedikit tragedi tadi. Kini, saat malam hari tiba, semua tamu sudah pulang.
Bu Galuh dan Pak Yanto berbagi tugas untuk mengatur rumah yang berantakan. Sedangkan Jana dan Joshua dibiarkan beristirahat di kamar.
Jana baru saja habis mandi, kini dirinya tengah berada di depan meja rias untuk mengeringkan rambutnya. Perhatiannya teralih, ketika Joshua masuk. Lelaki itu hanya memakai celana pendek dan kaos oblongnya yang sedikit ketat, yang menampilkan tubuhnya yang terlihat sixpack.
Melihat suaminya dari pantulan kaca itu, membuat Jana merasa gugup. Pesona Joshua begitu indah, terlalu memikatnya sangat dalam. Jantung Jana berpacu cepat dengan liar, sampai-sampai napas Jana tampak tercekat.
"You ok, Darling?" tanya Joshua yang ternyata menyadari sikap Jana. Lelaki bermata biru itu mendekat dengan senyum menggoda. Saat tiba di belakang Jana, dia segera menunduk dan memeluk wanita itu dari belakang.
Tubuh Jana menegang. Ini adalah sentuhan pertamanya dengan lelaki lain. Hal ini membuat sensasi baru di tubuhnya, yang membuatnya sedikit merinding.
"Ya, aku baik-baik sa–"
Jana tak mampu melanjutkan ucapannya, ketika Joshua menyibak rambut bagian belakang, dan langsung mengecup tengkuknya. Sentuhan bibir Joshua terasa hangat, yang entah kenapa membuat Jana merasakan damba.
"Josh." Jana mengeluh, suaranya terdengar sedikit serak.
"Ini malam pertama kita," bisik Joshua di dekat telinga Jana. Lelaki itu meninggalkan kecupan basah di cuping wanita itu.
Tubuh Jana tergelitik, seolah tak mampu menahan, dia berbalik. Tatapannya berkabut saat melihat Joshua. Lalu dirinya berdiri, dan melingkarkan kedua tangannya di leher lelaki itu.
"Kiss-kiss you, boleh?" tanya Jana malu-malu, dengan wajah yang sudah merah merona.
Joshua tak menjawab, namun, kepalanya langsung mendekat ke arah Jana. Lelaki itu menyambar bibir Jana dengan rakus, memberikan ******* lembut dan sesapan yang begitu intim. Tangannya tak mau diam, menjelajah bagian tubuh Jana dari bagian atas sampai bawah.
Keduanya sama-sama dimabuk asmara. Jana terlihat pasrah dengan apa yang dilakukan Joshua, sampai-sampai tak menyadari dirinya sudah polos tanpa sehelai benang pun. Permainan Joshua begitu menggoda, yang membuatnya lupa diri dan bagai terbang di angan-angan.
Mata Jana tampak sayu, sampai tiba-tiba Joshua mulai membebaskan pakaian yang melekat di tubuh. Wanita itu begitu terpesona, melihat perut Joshua yang tampak berotot. Bulu-bulu halus yang tumbuh di dada lelaki itu, membuat bayangan Jana menjadi liar. Namun, kesenangan Jana berubah total dengan keterkejutan, saat melihat bagian paling intim milik Joshua.
Wanita itu melongo dengan bibir setengah terbuka, apalagi saat pedang Joshua yang terlihat angkuh, berdiri tegak siap menantangnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Emi Wash
awas smaput jan.....😂😂
2023-12-30
0
Icha Akim
🤣🤣🤣🤣🤣
2023-07-22
0
Rose_Ni
kuaget ya Jan ama produk luar
2023-04-21
0