Andrea merasa jika urusannya dengan kedua ibu tirinya sudah selesai, kedatangannya kembali ke rumah masa kecilnya yang menyimpan banyak kenangan semata atas janjinya kepada yang ibunya jika dia akan pulang sukses dan melanjutkan bisnis keluarga besar ibunya. Kebencian Andrea terhadap seorang pria dikarenakan kemarahannya pada ayahnya sendiri yang sudah menyakiti hati ibunya dengan menikahi dua wanita yang sekarang menjadi ibu tiri Andrea.
Andrea malas kalau harus melanjutkan ke perdebatannya dengan kedua wanita tidak tahu malu itu, Andrea ingin sekali secepatnya sampai ke kamar yang sudah 5 tahun lamanya dia tinggalkan. Andrea naik ke lantai atas menuju ke kamarnya, melihat Andrea yang sudah pasti akan pergi ke kamarnya membuat Mora panik karena kamar Andrea ditempati oleh Ike, putrinya.
"Sial! Dia akan naik ke kamarnya. Aku harus menghentikannya sekarang juga," gumam Mora, saat melihat Andrea berjalan ke lantai atas.
Mora yang panik segera menyusul untuk mengejar agar Andrea tidak sampai masuk ke kamarnya, tapi terlambat karena Andrea sudah keburu membuka pintu kamarnya yang sekarang dipakai atau ditempati oleh anaknya Mora.
Andrea sudah membayangkan, dia akan tenang dan beristirahat setelah menempuh perjalanan cukup jauh dari London ke Jambi. Tangannya terulur membuka pintu kamarnya, senyum tersungging karena Andrea merindukan kamarnya. Tapi senyum itu seketika menghilang, berubah dengan wajah murka penuh amarah, ketika Andrea membuka pintu kamar dan mendapati jika kamarnya sudah berubah pemilik.
"Kurang ajar! Siapa yang sudah berani-beraninya menempati kamarku? Pelayan." Andrea berteriak, kemudian dia melihat Mora yang baru saja sampai ke atas dan sepertinya dia gagal menghentikan Andrea karena sudah keburu sampai ke kamarnya.
Para pelayan berlarian ketika mendengar teriakan Andrea, mereka berdiri di hadapan Andrea. Pemilik sah dari rumah mewah itu setelah kepergian Sera.
"Iya, nona. Ada yang bisa kami bantu?" tanya si pelayan yang terlihat Usianya lebih tua dari dua pelayan lainnya.
"Keluarkan semua barang yang ada di kamarku, bakar. Dan kembalikan semua barang-barang miliki ke tempatnya semula," titah Andrea dengan suara menggelegar.
Ketiga pelayan itu segera bergegas masuk ke kamar yang semula memang milik Andrea, hanya saja sekarang diganti oleh anaknya Mora yang bernama Ike. Sebagai pelayan sudah pasti mereka patuh pada perintah Andrea yang merupakan pemilik sah rumah tersebut.
"Baik, nona." Mereka secepatnya mengeluarkan semua barang-barang milik Ike, tidak peduli dengan tatapan kemarahan dari Mora. Sebab wanita itu tidak bisa berkuasa di rumah mendiang Sera.
Nafas Andrea memburu, baru saja dia akan istirahat. Menikmati kembali suasana kamarnya yang sudah lama sekali dia tinggalkan. Tapi Andrea harus menerima kenyataan jika ibu tirinya sudah kelewatan, mengganti semua barang di kamar Andrea dengan kamar anak dari wanita itu.
Semua barang-barang di kamarnya sudah dikeluarkan oleh tiga pelayan, bahkan dibantu oleh pelayan pria barang-barang tersebut diturunkan dari lantai atas ke bawah, mereka semua sama sekali tidak takut kepada orang yang sejak tadi menatap para pelayan itu dengan wajah penuh kemarahan.
Bagi para pelayan di rumah ini mereka tahu siapa yang lebih berkuasa atas rumah tersebut, untuk itulah mereka segera patuh menjalankan perintah dari Andrea yang terlihat murka karena kamar miliknya ditempati oleh orang lain yang jelas-jelas bukan saudaranya sendiri.
"Pastikan jangan ada yang tersisa, Aku tidak ingin ada barang orang asing di dalam kamarku. Aku juga tidak ingin melihat barang-barang itu lagi jadi bakar semua barang-barangnya, kembalikan lagi semua barang-barang milikku ke tempatnya semula." Andrea kembali mempertegas pada beberapa pelayan yang dia perintahkan untuk membereskan kamar tersebut.
Jika kamarnya saja sudah berani ada yang menempati, padahal jelas-jelas Andrea pasti akan kembali ke rumah itu setelah menempuh pendidikannya di London-Inggris. Bagaimana dengan kamar ibunya yang memang pemiliknya sudah lama meninggal dunia? Maka Andrea pun teringat pada kamar ibunya yang letaknya persis di samping kamarnya, Andrea membuka pintu kamar ibunya dan dia pun kembali dikejutkan karena semua barang-barang ibunya pun telah berganti kepemilikan.
Andrea bertambah marah karena barang yang ada di kamar itu bukanlah barang milik ibunya, sehingga Andrea pun kembali murka dan dia sudah tahu siapa pelakunya. Rupanya selama Andrea menempuh pendidikannya di London, kedua wanita ****** itu sudah berani mau otak-atik semua isi rumah dan juga barang-barang miliknya serta miliknya yang ibunya.
Jika Hilmar, ayahnya. Yang kedua wanita itu ambil Andrea sama sekali tidak mempermasalahkannya, meskipun rasa sakit hati juga kecewa tentu saja ada kepada pria yang secara genetik darahnya mengalir di tubuh Andrea. Tapi dia tidak akan membiarkan siapapun menyentuh barang-barang miliknya dan juga milik mendiang ibunya, untuk itulah dia marah dan tidak terima ketika melihat kamar ibunya juga telah digantikan pemilik oleh orang lain.
"Keluarkan barang-barang dari kamar ini juga, bakar semuanya. Aku akan memberikan hukuman pada siapapun yang sudah berani menyentuh barang pribadi dan juga barang milik ibuku, aku yang lebih berkuasa di rumah ini bukan orang lain. Jadi jika ada siapapun yang berani melawan, Aku tidak akan tinggal diam." Andrea berteriak lagi ketika dia melihat barang milik ibunya sudah tidak ada lagi di kamar ya memang dulu ditempati oleh ibunya.
Para pelayan itu segera bergegas berpindah ke kamar sebelahnya, mereka terlihat bersemangat mengeluarkan barang-barang yang memang bukan milik majikan mereka. Status Mora dan juga Yamini di rumah itu hanyalah menumpang karena pemilik asli dari rumah tersebut adalah Andrea. Sehingga bagi para pelayan 2 wanita yang menjadi istri Hilmar sama sekali tidak punya hak atas apapun yang ada di rumah itu.
Sebelum memutuskan untuk kembali ke Indonesia, Andrea sudah mengira jika hal ini pasti akan terjadi. Kedua istri dari ayahnya memang sudah mengetahui mengenai kekayaan yang dimiliki oleh mendiang ibu Andrea, sehingga mereka sama sekali tidak keberatan jika harus menjadi istri kedua dan ketiga dari hilmar karena melihat kekayaan yang ditinggalkan oleh mendiang Sera cukup untuk memenuhi gaya hidup mereka berdua.
"Sudah aku bilang, ini adalah rumahku. Jadi jangan berani-beraninya merubah apapun isi dari rumah ini, siapapun yang berani melawanku maka akan berhadapan denganku langsung." Andrea menggeram melihat ke arah Mora.
Wanita itu langsung panik karena kamar itu juga menjadi sasaran kemarahan Andrea sehingga semua barang-barang yang ada di kamar tersebut pun tidak luput dikeluarkan oleh para pelayan atas perintah Andrea.
Mendengar teriakan Andrea membuat yamini langsung bergegas naik ke lantai atas, dia tahu jika Andrea sedang murka karena kamarnya ditempati oleh anaknya Mora, dan sekarang kamar yang ditempatinya juga tidak luput dari kemarahan Andrea.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Widi Widurai
gatau malu. numpang hidup sama perempuan lain. si cowo nya jg gatau diri. dah numpang bawa beban banyak pula
2023-09-25
0