Bab 2

Setelah puas bercengkrama di depan pusara ibunya, Andrea memutuskan untuk meninggalkan area pemakaman dan tujuan dia selanjutnya adalah tempat yang selama 4 tahun terakhir ini dia tinggalkan, sebuah kenyataan yang mau tidak mau harus diterima dan juga dihadapi oleh Andrea.

Dia akan pulang ke rumah mewah milikmu yang kakeknya yang diturunkan pada mendiang ibunya, tapi sekarang ditempati oleh ayah sekaligus kedua istri yang itu artinya adalah ibu tiri Andrea.

Jika bukan karena janjinya kepada mendiang ibunya, rasanya Sera tidak akan pernah bersedia untuk menginjakkan kakinya di rumah itu lagi, bukan karena dia tidak ingin pulang hanya saja orang-orang yang menempati rumah tersebut adalah mereka yang memanfaatkan kekayaan mendiang ibunya untuk kesenangan mereka pribadi.

"Kita pulang sekarang ke rumah," ujar Andrea dengan nada suara dingin dan juga kembali bersikap acuh seperti biasanya.

Pria paruh baya itu menganggukkan kepalanya, dia adalah sopir dari mobil tersebut yang tadi menjemput Andrea di bandara. Dia segera meninggalkan area pemakaman untuk menuju ke rumah mewah yang hampir semua orang mengetahui siapa pemilik rumah mewah tersebut, mendiang Sera adalah pemilik dari rumah yang sekarang ditempati oleh suaminya dan juga kedua istrinya.

Sera tidak memberitahu pada siapapun mengenai kepulangannya ke Indonesia, 5 tahun lamanya dia melanjutkan pendidikan di negara London, belajar dengan sepenuh jiwa dan juga fokus tanpa tergoda oleh hiruk pikuk serta pergaulan bebas yang ada di negara itu. Tujuan Andrea hanya satu yaitu menyelesaikan kuliahnya lalu pulang sebagai mahasiswa terbaik juga kelulusan terbaik dari universitas ternama yang ada di London.

Begitu sampai di halaman rumah mewah yang sudah 5 tahun ini dia tinggalkan, Andrea berdiri menatap pada bangunan megah yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya, dengan penuh kepercayaan dirian Andrea berjalan masuk ke dalam rumah di mana dia dibesarkan dengan cinta dan kasih sayang oleh ibunya.

"Non Andrea? Selamat datang kembali di rumah non?" Salah seorang asisten rumah tangga menyapa kedatangan Andrea yang hanya menganggukkan kepalanya lalu kembali melanjutkan langkah kakinya.

Ketika sampai di ruang tamu, kedatangan Andrea sudah membuat semua orang terkejut termasuk dua orang istri ayahnya. Mereka tidak menyangka jika Andrea pulang hari ini dan kedatangan Andrea ke rumah membuat mereka terancam karena mereka berdua tahu jika harta yang dinikmati oleh mereka hampir 80% adalah milik Andrea.

"Kau sampai dan pulang hari ini? Kenapa tidak memberitahu kami? Setidaknya kami bisa menjemputmu di bandara." Hujan salah satu istri dari ayahnya.

Andrea tidak menanggapi dia hanya menatap ke arah ibu tirinya dengan mata mengejek karena kehadiran mereka berdua sama sekali membuat Andrea menjadi marah, kebenciannya terhadap seorang pria disebabkan oleh kelakuan ayahnya sendiri yang sudah berkhianat sehingga ibunya meninggal dunia.

Kebencian Andrea terhadap pria membuat kedua istri ayahnya itu tidak terlalu memikirkan jika kedatangan Andrea ke rumah tersebut akan membuat mereka keluar dari rumah, karena ada beberapa hal yang harus disepakati dan juga dilakukan oleh Andrea jika ingin tetap tinggal di rumah ini.

"Bukan urusan kalian kalaupun aku mau pulang hari ini ataupun besok, aku bisa pulang sendiri tanpa harus melibatkan kalian untuk menyuruh orang menjemputku ke bandara." Andrea menatap tajam ke arah dua wanita yang sepertinya terkejut melihat kedatangannya.

Rasanya rindu sekali dengan rumah yang menyimpan banyak kenangan bagi Andrea, di rumah ini juga Andrea harus merasakan perpisahan yang sangat menyedihkan dan juga menyesakan data, yang dilakukan oleh ayahnya kepada mendiang ibunya sungguh membuat Andrea tidak bisa menerima bahkan dia membenci pria itu.

Mata Andrea melihat banyak paper bag yang ada di ruang tamu rumahnya, dia tahu jika barang-barang tersebut adalah milik kedua ibu tirinya, Andrea tersungging menyeringai sementara dua wanita terlihat ketakutan karena mereka kepergok telah berbelanja banyak dengan menggunakan uang yang tentu saja bukan miliknya.

"Dasar kalian ini tidak tahu malu, bisa-bisanya menikmati dan juga memakai uang ibuku untuk membeli semua barang-barang mewah itu. Seharusnya kalian sadar diri, jika kalian sama sekali tidak berhak untuk menikmati sepeserpun uang ibuku." Andrea menyindir dua wanita yang sama-sama sedang melihat padanya dengan tatapan benci dan tidak suka.

Mendengar ucapan Andrea membuat kedua wanita itu marah karena Andrea sengaja menyindirnya, padahal mereka berpikir sama sekali tidak melakukan kesalahan dan tidak menerima tuduhan yang baru saja dikatakan oleh Andrea pada mereka berdua.

"Maksudmu apa? Kenapa kau bicara seperti itu? Aku menikmati semua ini bagian dari nafkah yang diberikan oleh ayahmu, karena kami juga istrinya. Jadi sudah seharusnya dia memberikan apa yang memang kami butuhkan." Mora menatap tajam pada anak tirinya yang sudah menyendirinya jika memakai uang mendiang ibunya.

"Jika kau tidak terima jangan marah pada kami berdua, marah saja sama ayahmu itu," timpal Yamini yang juga tidak terima sindiran Andrea sama seperti Mora yang merasa jika mereka tidak berbuat salah.

Andrea lagi-lagi hanya bisa tersenyum sinis melihat keangkuhan dari dua wanita tidak tahu diri dihadapannya, sepertinya dia harus mengingatkan pada dua wanita itu mengenai posisi mereka dan juga keberadaan mereka di rumah ini. Supaya mereka tidak beranggapan bahwa mereka juga bisa bebas melakukan apapun di rumah memiliki, yang berhak untuk melakukan apapun di rumah tersebut adalah Andrea, karena dia lah pemilik sah dari rumah mewah peninggalan mendiang kakeknya yang itu artinya menjadi miliknya.

"Tutup mulut kalian, sadarlah dengan posisi kalian berdua di sini, kalian hanya menumpang harusnya masih bersyukur karena aku tidak menendang kalian untuk keluar dan hidup menjadi gelandangan di luar, jadi tidak perlu banyak tingkah dan merasa seolah-olah rumah ini adalah milik kalian berdua." Dengan tegas dan juga penuh penekanan Andrea memperingatkan dua ibu tirinya agar tidak berani lagi ataupun sedikit sadar diri dengan status mereka di rumah miliknya.

"Dan satu lagi, jagalah sikap kalian karena aku adalah pemilik rumah ini, dan bisa kapan saja mengusir kalian dari rumahku sendiri. Tentunya kalian sudah tahu pasti, tanpa aku harus memberitahu kalian pun sepertinya kalian sudah tahu tentang siapa pemilik dari rumah mewah yang kalian tempati dan juga semua fasilitasnya." Andrea memutar tubuhnya, dia melangkah meninggalkan ruang tamu untuk menuju ke tempat yang dulu merupakan tempat ternyaman dirinya bersama dengan mendiang ibunya berbagi cerita dan juga banyak hal.

Tidak pernah terpikirkan jika Andrea hidup dalam bayang-bayang mendiang ibunya yang sangat membuatnya bersedih tapi dia tidak bisa menolak takdir, dan sekarang Andrea harus menghadapi dua wanita menyebalkan yang seolah ingin menguasai semua harta benda yang ada di rumah miliknya. Tentu saja Andrea tidak akan membiarkan mereka menguasai apapun yang menjadi miliknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!