Selamat Tinggal Pecundang

Sudah hampir seminggu aku dan Mircea hanya makan berdua. Ayah membawa ibu ke luar negeri untuk menemani perjalanan bisnisnya.

"Dua orang itu sepertinya dulu belum puas pacaran" kata Mircea sambil menyuap makanannya

"Bukankah itu bagus ? Mereka selalu saling mencintai"

"Yah yang penting mereka bahagia" ucap Mircea acuh

Memang benar aku merasa kesepian setiap kali ayah dan ibu pergi ke luar negeri untuk waktu yang lama. Tapi, aku bahagia melihat hubungan mereka begitu mesra. Sewaktu kami kecil, ibu tidak bisa menemani perjalanan bisnis ayah ke luar negeri. Ayah yang tidak suka jauh dari ibuku sebisa mungkin menghindari perjalanan bisnis ke luar negeri, dia biasa menyuruh orang kepercayaannya atau jika harus pergi dia akan menyelesaikan urusannya secepat mungkin agar bisa segera pulang kerumah.

"Eir tadi malam aku lupa menanyakan ini, apa di sekolah ada yang membully mu ? Misalnya orang yang diam-diam mendaftarkan mu audisi itu ?" tanya Mircea melirikku di sela-sela kegiatan mengunyahnya

"Dia memang bossy, tapi selain dari mengejek tampang dan penampilanku tidak pernah melakukan hal lain yang keterlaluan." jelasku pada Mircea

"...Sejak kapan kau di bully ?" tanya Mircea padaku sambil tetap fokus pada kegiatan makannya

"..." Aku terdiam tidak bisa menjawabnya pertanyaan Mircea. Ingatan masa-masa aku SMP terlintas. Sewaktu SMP memang tidak ada yang menjadikanku pesuruh, tapi hampir setiap hari aku diejek teman-teman sekelas karena wajahku.

"Eir kau tidak menjawab pertanyaan ku"

"...Itu bukan masalah besar Cea. Aku baik-baik saja." kataku tersenyum

"...Apa saja yang dia lakukan padamu ?" tanya Mircea lagi

"Emm... Mengantri di kantin untuk membelikan dia makanan dan minuman, menyalinkan pelajaran kalau dia sedang malas. Aku rasa hanya itu saja..." jawabku sambil berusaha mengingat

"...Menurutmu itu tidak keterlaluan ?" tanya Mircea yang sekarang sedang sibuk mengupas apel

"...Yah jika di banding dengan pembullyan yang ku dengar di TV sih" kataku sekenanya, fokusku malah pada apel yang sedang Mircea kupas

Mircea punya kebiasaan yang unik, jika makan apel dia harus mengupas apelnya sendiri dan harus memotongnya dengan bentuk yang lucu, kadang dia memotong apel menjadi bentuk kelinci, bunga atau bintang. Pagi ini dia memotongnya dengan bentuk kelinci. Saat masuk ke mulut bentuk yang lucu itu toh akan hancur juga, kenapa dia harus repot memotong dengan bentuk demikian ? Aku tidak habis pikir.

"Eir, aku tau kau orang yang sabar dan baik hati. Tapi dengan membiarkan orang lain merendahkanmu dan bebas menyuruh mu sesuka mereka kau sedang berbuat jahat pada dirimu sendiri. Juga jika ibu tau, dia akan sangat sedih" Kata Mircea tenang dan tegas

"..."

Orang yang baik hati, huh ? Sayang sekali aku bukan orang seperti itu adik. Kakakmu ini hanya seorang pecundang.

"...Eir kau tau kan manusia itu tidak pernah puas. Kau membiarkan dia duduk di pundakmu, besok atau lusa dia akan menginjak kepalamu. Kau mengerti maksudku kan ?" ujar Mircea lagi

"...Maaf" kataku lirih

Maaf sudah menjadi kakak yang tidak berguna, maaf sudah membuatmu malu.

"Dari sekarang jangan biarkan dia mengejekmu atau menyuruhmu !" kata Mircea, wajahnya terlihat kesal

"Aku...Akan berusaha..."

"Baiklah kita bahas sepulang sekolah saja. Sudah waktunya berangkat. Ingat, hari ini jangan biarkan dia bersikap seenaknya padamu ! Aku tidak akan memaafkan mu dan aku akan bilang pada ibu." Mircea memberiku ultimatum

"...Iya"

Sesampainya aku di sekolah, aku masih berpikir keras bagaimana cara menepati perkataanku pada Mircea. Aku bukan kakak yang bisa dia banggakan tapi setidaknya aku ingin menjadi sosok kakak yang bisa menepati perkataan sendiri

"Yo mata empat !" seru seorang laki-laki berambut pirang sambil menepuk kepalaku dari belakang. Lalu dengan santainya langsung duduk di atas mejaku

Aku menunduk berusaha mengabaikan orang ini dan bersikap seperti biasanya, menurut agar tidak perlu berkelahi, tapi aku teringat Mircea. Dia akan kecewa padaku, dan hal lain yang lebih menakutkan adalah jika dia menceritakan masalah ini pada ibuku. Membayangkannya saja sudah membuatku ngeri.

Eires Dwell gunakan otakmu, ayo berpikirlah bagaimana caranya menghadapinya tanpa kekerasan.

"Hei ! Setelah matamu apa sekarang telingamu juga butuh alat bantu untuk bisa mendengar ?!" bentak Bayner Frej lalu mendorong kepalaku dengan jarinya

"Apa kau bisa bersikap seperti seorang teman sekelas yang normal ?"

Aku berusaha merespon dengan nada setenang mungkin.

"Hah ?! Kau sudah berani sekarang ya ?!" Bayner Frej menarik kerah baju seragamku, matanya yang besar melotot seperti ingin memakanku. Tapi aku sudah memutuskan untuk berhenti membiarkan dia bersikap seenaknya padaku.

"..." aku tidak membalas perkataan Bayner, tidak menepis tangannya yang mencengkram kuat kerah baju seragamku. Aku hanya berdiri dengan tenang dan balas menatapnya dengan tajam.

Aku tidak takut berkelahi, sejak kecil aku sudah latihan bela diri. Hanya saja aku takut menyakiti orang lain. Tapi hal lain yang lebih kutakutkan adalah membuat kecewa orang-orang yang kucintai. Meski tidak melihat tapi aku bisa merasakan anak-anak di kelas menatap kami, mereka semua terdiam. Entah karena terkejut melihat Eires Dwell si culun yang penakut tiba-tiba berani melawan seorang Bayner Frej atau karena mereka tegang menantikan perkelahian kami.

"Baiklah... Baiklah... Ternyata kau punya nyali juga. Setidaknya ini lebih menarik. Tidak seru kalau kau selalu menurut" Bayner Frej melepaskan cengkramannya dari kerah bajuku

"Eires Dwell yang bisa seenaknya kau suruh dan kau ejek itu sudah tidak ada lagi." kataku tegas sambil merapikan kerah bajuku

"Uwahh...! Sepertinya kau sedang mabuk hahahaha..."

"Hahahaha..." teman-teman Bayner -atau lebih tepatnya anak buah- ikut tertawa dan mereka terlihat konyol dimataku

Bayner Frej, kami sekelas sejak kelas 1 SMA, wajahnya tergolong tampan -tapi Mircea masih jauh lebih tampan-

Dia ketua genk pembully di sekolah kami, selain wajah yang masuk standar tampan, mulut kasar, sikap yang tidak punya etika -padahal di SMA SIGRID semua siswa di ajarkan menjadi gentleman- dia tidak punya kelebihan apapun lagi.

Otak yang pintar ? Aku takut dia bahkan tidak mencapai IQ standar

Kekayaan ? Keluarga Bayner memiliki usaha restoran yang tersebar di beberapa kota, meski semua harta mereka dikumpulkan tidak akan sampai setengah dari apa yang keluarga kami miliki.

"Mata empat ! Liat ini !" Bayner menunjukkan ponselnya, aku membaca email yang familar. Itu adalah email panggilan audisi dari Svea Entertainment, sama seperti yang kuterima.

"Hmm... Selamat." ujarku dengan datar

"Aku juga mendaftarkan mu loh. Bukankah kau fansnya Claes Alexander ? Audisi kali ini dia yang jadi juri utamanya" kata Bayner

"Emm aku tau..." kembali kujawab dengan datar

"Apa kau tau fotomu yang mana kukirim untuk mendaftarkan mu audisi ?" kata Bayner sambil mendekat kepadaku

"Tidak tau, aku bahkan tidak tau darimana kau bisa dapat fotoku. Tapi yang pasti kau akan mengirimkan fotoku yang terjelek." jawabku dengan wajah tanpa ekspresi

"Aku mengirimkan fotomu yang ini..." kata Bayner menunjukkan ponselnya, dia kemudian tertawa terbahak-bahak

foto itu adalah foto saat aku kelas 1 SMA awal semester, aku dipaksa Bayner untuk difoto. Tidak ku sangka dia masih menyimpan foto itu.

Difoto itu wajahku penuh dengan jerawat hampir tidak ada tempat yang tidak ada jerawat, kulitku juga merah terbakar matahari. Benar-benar foto yang sangat mengerikan untuk mendaftar sebuah audisi menyanyi.

Aku rasa jika ini adalah ajang audisi model pasti fotoku sudah dibuang para juri ke tong sampah.

"Haah..." aku menghela nafas pelan agar tidak terdengar oleh Bayner dan teman-temannya -pengikutnya-

"Ah kau tidak terkejut mendengar aku mendaftarkan mu audisi, pasti kau juga dapat email pemberitahuan ya ?"

"Yah begitulah..." jawabku sekenanya

Aku tidak berminat berbicara panjang lebar dengan orang ini. Terkadang aku berpikir kenapa dia tidak pergi sibuk dengan laptop atau ponselnya saja seperti anak-anak yang lain ? Kenapa harus menggangguku ?!

"Kalau dengan foto seperti ini sih...Pastinya email yang kau terima adalah pemberitahuan gagal masuk audisi~ Hahahaha..."

"Heeh" aku tersenyum lalu menunjukkan email pemberitahuan yang kuterima dari Svea Entertainment

"...Jadi kenapa kalau kau bisa masuk audisi ?! Dengan wajah dan penampilanmu itu jadi kau bahkan tidak pantas jadi fansnya Claes !" bentak Bayner, dia berdiri dari kursi seperti siap memukul

"Tidak perlu marah, bukankah kau sendiri yang mendaftarkan aku ? Aku benar-benar berterima kasih sudah membuka kesempatan untukku bertemu langsung dengan Claes" kataku tetap duduk dengan santai

"...Begini saja mari kita bertaruh. Di audisi selanjutnya jika kau gagal kau harus menjadi pesuruhku sampai kita lulus. Bagaimana ?!" tantang Bayner padaku

"Tidak masalah. Jadi bagaimana jika kau gagal ?" aku balik bertanya

"Ha ? Aku gagal audisi ?? Kalau aku saja gagal apalagi dirimu." ejek Bayner lalu menertawakanku

"Jawab saja !" kataku dengan nada agak keras yang membuat Bayner terkejut

"Aku akan meminta maaf padamu sambil berlutut. Kau puas ?" kata Bayner dengan wajah angkuh

"Setuju. Kau sudah tidak ada urusan lagi denganku kan ?"

"Kau berani mengusirku ?!" bentak Bayner padaku

"Aku hanya tidak mau salah paham. Kau selalu menggangguku, bahkan ingin aku jadi pesuruh sampai lulus jika aku kalah. Aku bisa-bisa salah paham kalau kau tertarik padaku." kataku

Teman-teman di kelas semua sontak menatap ke arah Bayner, bahkan para pengikutnya menatap Bayner dengan tatapan menyelidik.

"Bicara omong kosong apa kau ?! Aku laki-laki normal ! Kalau kau tau diri kau tidak akan pergi ke audisi itu !" seru Bayner jengkel lalu pergi meninggalkan kelas

Aku menghela nafas panjang, sejak tadi aku sangat takut. Takut kalau-kalau Bayner akan sangat emosi dan membuat kami harus adu fisik. Aku percaya diri tidak akan kalah jika beradu tinju dengannya, tapi aku tidak menyukai perasaan menyesal yang timbul setelah amarah dikeluarkan. Hari ini berkat ancaman Mircea, aku memberanikan diri melakukan hal yang kutakutkan. Akhirnya setelah hampir 5 tahun aku bisa mengucapkannya "selamat tinggal diriku yang pecundang".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!