Selama hampir dua minggu aku berlatih bersama Linnea. Setiap sepulang sekolah di hari kamis, jum'at dan sabtu Linnea akan datang ke rumahku untuk latihan. Aku mengajarinya apa yang kudapat dari guru vokal ku dan dia mengajariku aransemen lagu -kuakui Linnea sangat kreatif dalam mengaransemen lagu-
Linnea anak yang menyenangkan untuk ditemani, dia pintar, cepat tanggap dan mudah bergaul. Diluar latihan, kami hampir setiap sore bertemu di taman kota untuk jogging, atau di salah satu fitness center untuk berolahraga bersama. Atau kadang kami pergi bermain basket bersama Mircea dan teman-temannya.
"Kak Eir, sabtu besok aku tidak bisa latihan..." kata Linnea di sela-sela permainan gitarnya
"Um... Tidak masalah." jawabku setelah melirik sekilas kearahnya lalu kembali melihat sheet music didepanku
"..."
"Kak Eir ?" panggil gadis itu
"Um ?" aku merespon tanpa menoleh
"..."
Hng ? Ada apa dengan anak ini ? Sikapnya tidak seperti biasanya.
"Ada yang bisa ku bantu ?" tanyaku pada Linnea segera setelah aku menghentikan aktivitasku karena aku merasa gadis itu menatapku sejak tadi.
"Emh itu... Besok malam apakah kak Eir sibuk ?" tanya Linnea, entah kenapa dia bertanya tanpa melihatku
"Besok malam aku jadi pemain musik di gereja" jawabku, terlihat wajah gadis itu seperti kecewa membuatku bingung kenapa dia begitu
"Dia di gereja hanya sampai jam 7..." celetuk Mircea dari belakangku yang entah sejak kapan ada disitu
"Sejak kapan kau disitu ?" tanyaku heran
"Sejak Linnea bertanya padamu..."
"Um..."
"Apa kalian masih memakai gitarnya ?" tanya Mircea
"Sudah tidak... Sebenarnya kami sudah selesai latihan sejak tadi. Maaf aku tidak langsung mengembalikan gitarmu." kata Linnea lalu mengembalikan gitar akustik itu kepada Mircea
"Tidak masalah..." kata Mircea lalu mengambil gitarnya dan langsung berbalik pergi, setelah beberapa langkah dia tiba-tiba berhenti dan berbalik...
"Linnea... Good luck !" kata Mircea sambil mengedipkan matanya
Linnea terlihat terkejut mendengar perkataan Mircea, terlihat wajahnya agak memerah
"Thanks cea..." katanya sambil tertawa kecil dengan wajah kemerahan
Apa Cea menyemangati untuk hari audisi ? Bukannya itu masih minggu depan ?
"Kak Eir ?" panggil gadis itu
"Ya ?"
"Setelah dari gereja apa kakak ada acara ?" tanya Linnea dengan wajah serius
"Tidak ada..."
"Kalau begitu sepulang gereja bisakah kita bertemu ?" tanya Linnea, lagi dia bertanya tanpa melihatku
"Iya tentu bisa..." jawabku sambil memperhatikan reaksi dia
"Sungguh ?!"
"Iya... Apa hal ini yang daritadi ingin kau katakan padaku ?" tanyaku memastikan
Jika hanya hal seperti ini yang ingin dia tanyakan kenapa harus begitu susah mengatakannya... Sepertinya sebenarnya dia ingin bertanya hal lain, tentang Mircea mungkin ?
"Ah ! Uh be.. gitulah..." jawab Linnea kembali memalingkan wajahnya dariku
Hmm ? Apa aku salah bicara ? Kenapa dia terlihat tidak nyaman ?
"Hmm... Baiklah kalau begitu. Biasanya kurang lebih jam 7.30 aku sudah di rumah."
"Emm itu... Aku ingin kita bertemu diluar, ada cafe yang ingin ku kunjungi... Apakah boleh ?" kata Linnea dengan mata penuh harap
"Iya boleh saja..." kataku menyetujui permintaannya
Mungkin dia malu jika harus bertanya tentang Mircea disini, karena bisa saja bocah itu tiba-tiba masuk seperti barusan.
"Kak Eir !" panggil gadis itu agak keras saat aku sudah hendak pergi karena latihan kami sudah selesai sejak tadi
"Ya ?" aku agak sedikit terkejut dia memanggilku nyaring dari biasanya
"Apa aku boleh ikut kakak ke gereja ?"
"Huh ?"
"Ma... Maksudku itu em begini... Daripada kakak harus menungguku bu.. bukankah lebih baik kalau kita langsung pergi bersama-sama ?" kata gadis itu menjelaskan dengan senyum yang menurutku terlihat dipaksakan
"I.. itu juga kalau kakak tidak keberatan..." kata gadis itu lalu menunduk ekspresinya terlihat sedih
"Aku tidak keberatan..." kataku meski masih bingung kenapa dia ingin ikut aku ke gereja
"Terimakasih kak Eir... Kalau begitu aku pulang dulu, sampai jumpa besok sore..." kata gadis itu tersenyum lebar
Wajahnya terlihat sangat senang... Padahal sedetik lalu wajahnya terlihat sedih seperti mau menangis saat mengira aku tidak mau mengajaknya ke gereja.
Aku benar-benar tidak mengerti wanita...
Setelah mengantar Linnea ke depan rumah,aku pergi kedapur untuk meminta paman Bump untuk membuatkanku teh lemon madu.
"Linnea sudah pulang ?" tanya Mircea yang sedang duduk di meja makan, aku menjawab pertanyaan Mircea dengan anggukan
"Paman Bump tolong buatkan aku teh lemon madu hangat..."
"Baik tuan muda Eir..." kata bump
Bump seorang butler dia sudah bekerja pada orang tuaku bahkan sebelum aku lahir.
"Besok sore kau pergi ke gereja tidak ?" tanyaku pada Mircea yang sibuk dengan handphonenya
"Aku akan absen... Aku diminta tolong temanku melakukan pertunjukan live music, gitaris dia tiba-tiba tidak bisa ikut." jelas Mircea
"Hmm begitu... Live music dimana ?"
"Arion cafe..."
"Hoo... Cafe itu sangat terkenal" kataku
"Suasananya juga romantis... Kenapa tidak kau ajak Linnea kesana ? Bukankah kalian janji bertemu besok malam ?" kata Mircea dengan senyum jahil
"... Dia bersikap agak aneh hari ini. Linnea maksudku."
"Silakan tuan..." Bump menyajikan spaghetti untuk Mircea dan teh lemon madu hangat dengan sepotong cake untukku
"Terima kasih paman Bump..." ucapku dan Mircea bersamaan
Paman Bump mengangguk lalu meninggalkan kami berdua
"Aneh bagaimana ?" tanya Mircea melanjutkan percakapan kami sebelumnya
"Dia bersikap agak aneh hari ini. Perlu waktu lama untuk dia bertanya apakah aku bisa menemani Dia malam ini... Ini bukan pertama kalinya Dia mengajakku keluar berdua kenapa dia harus begitu sulit mengatakannya ?"
"Hmm... Mungkin dia gugup karena dia mengajakmu keluar besok bukan untuk latihan." kata Mircea sambil mulai menikmati makanannya
Aku memikirkan sejenak kata-kata Mircea, memang benar selama ini setiap kami pergi olahraga di taman Linnea lah yang mengajakku dengan alasan menjaga stamina sebelum hari audisi.
"Hmm begitu... Baiklah aku mengerti." kataku lalu mulai menyantap camilan ku
"Aku tidak yakin kau benar-benar mengerti..." kata Mircea sambil menggeleng
Aku hanya diam, aku tak mungkin mengatakan bahwa Linnea menyukai Mircea. Gadis itu mengajakku keluar berdua ingin mencari tau semua hal tentangmu wahai adikku yang bodoh.
Sabtu sore sebelum aku berangkat ke gereja Mircea memaksaku untuk menjemput Linnea dirumahnya, dia bilang itu hal yang harus seorang laki-laki sejati lakukan.
"Kak Eir... Aku sangat terkejut membaca chat mu saat kau bilang kau ada di depan rumahku." kata Linnea menemuiku didepan pagar rumahnya, dia terlihat terkejut seperti yang dia katakan
"Mircea memintaku menjemput mu..." aku mengatakannya agar gadis itu senang, karena orang yang dia sukai perduli padanya
"Oh... Ternyata begitu..." ucap Linnea dengan suara pelan, entah kenapa dia terlihat kecewa
"Apa kau masih butuh waktu untuk siap-siap ? Silakan, aku akan menunggu..."
"Aku akan mengambil tasku, tolong tunggu..."
"Emm..." jawabku sambil mengangguk
Linnea masuk ke rumahnya, lalu tak lama dia keluar.
"Ayo..." kata Linnea begitu sampai di depanku, aku hanya mengangguk lalu membukakan pintu mobil untuknya
Sejak kami mobil berjalan kami hanya diam. Biasanya Linnea selalu mencari topik pembicaraan, tapi sejak tadi dia agak murung.
"... Memang Mircea yang menyuruhku menjemput mu, tapi aku tidak merasa terpaksa..." kataku menjelaskan karena sejak dia mendengar hal itu wajahnya menjadi murung. Aku tidak mau dia merasa tidak enak hati dan mengira aku terpaksa menjemputnya karena Mircea.
"... Kak Eir kau ini benar-benar haaa.." gadis itu menghela nafas dia terlihat kesal
"Kau terlihat murung... Jika aku penyebabnya, aku minta maaf..." kataku dengan tulus
"Kak Eir bagaimana penampilanku hari ini ?" tanya Linnea sambil menatapku dengan berani
"Huh ?" aku bengong sejenak karena pertanyaan yang diluar topik
"Lampu merah ! Timingnya pas..." kataku
"Timing pas ?" Linnea memiringkan kepalanya tak mengerti
"Bukankah tadi kau bertanya pendapatku tentang penampilan mu hari ini ? Aku sulit memperhatikan dengan baik kalau sambil menyetir, karena ini lampu merah jadi biarkan aku melihatmu dengan seksama..." kataku menjelaskan
"I.. iya..."
Aku memperhatikannya dari atas sampai kaki. Hari ini dia memakai midi dress berwarna pink pastel, dia juga memakai high heels yang cukup tinggi, rambutnya juga dia styling, bahkan dia memakai make up tipis -biasanya dia tidak pernah memakainya-
Lampu merah berganti hijau, aku kembali fokus menyetir.
"... Penampilanmu bagus. Cantik." kataku tanpa melihat orang yang ku puji
"Sungguh ??"
"Em..." aku mengiyakan tetap tanpa menoleh
"Baiklah kalau begitu aku memaafkan mu..." kata Linnea, wajahnya terlihat senang. Tanpa sadar aku ikut tersenyum melihat dia tersenyum.
Sesampainya kami di gereja aku segera naik ke altar, seperti biasa sebagai pianis gereja tempatku di belakang sebuah piano. Aku merasakan handphone ku bergetar, karena ibadah belum dimulai aku membuka handphone ku. Linnea mengirimi ku pesan melalui WhatsApp.
"Aku bisa melihat kakak dengan jelas..." begitu isi chat Linnea
Aku tidak mengerti apa maksud dari chatnya. Aku melihat ke kursi jemaat tempat Linnea duduk, kami saling bertatapan. Dia segera tersenyum, aku menganggukkan kepala dengan sopan padanya.
Ibadah sabtu malam tidak lama, hanya berlangsung satu setengah jam. Dari jam 6.30 sore sampai pukul 7 malam.
"Kak Eir kau terlihat seperti orang yang berbeda saat memainkan piano..." kata Linnea padaku
Ibadah telah selesai kami berjalan menuju parkiran gereja, aku berjalan mengimbangi langkah Linnea yang lebih lambat dari biasanya mungkin karena malam ini dia memakai high heels.
"Orang yang berbeda ?"
"Iya... Setiap kali aku melihatmu bermain piano aku selalu berpikir kau sangat keren." puji Linnea padaku sambil tersenyum manis
"...Terimakasih" kataku
"Sama-sama..." balasnya
Aku berusaha untuk terlihat tetap tenang, bagaimana tidak ini pertama kalinya seorang perempuan memujiku.
Aku melirik gadis itu sebentar, dia kembali tersenyum padaku.
"Kau bilang ada cafe yang ingin kau kunjungi, apa nama cafe nya ?" tanyaku pada Linnea sambil menyalakan mesin mobil
"Cafe Arion... Barangkali kak Eir pernah dengar atau bahkan pernah kesana..." kata gadis itu sambil memasang sabuk pengaman
Arion cafe ? Bukankah itu tempat Mircea mengadakan live music bersama teman-temannya malam ini ? Sepertinya Linnea tidak tau hal ini.
"Malam ini Mircea menggantikan temannya mengadakan live music di cafe Arion..." kataku sambil menunggu apakah dia akan mengganti tempat tujuan kami
"Oh begitu..." jawab gadis itu singkat
Ekspresinya biasa saja, tidak terkejut, panik atau senang. Bukankah setidaknya dia senang tapi juga panik jika Mircea ada dia tidak akan bisa bertanya semua hal tentangnya. Hal ini membuatku semakin bingung, apakah anak ini benar menyukai adikku atau hanya sekedar penasaran...
"Kita sudah sampai..." kataku memberitahu Linnea yang terlihat tidak menyadari bahwa kami sudah sampai, dia terlihat begitu sibuk dengan handphonenya
"Ah iya kak... Aduh !"
"Kenapa ?" tanyaku memperhatikan si empunya suara
"Ah ini sabuk pengamannya tidak bisa dibuka..." kata Linnea sambil berusaha membuka sabuk pengamannya
"Biar kubantu..."
Aku mendekat mencoba membukanya ternyata tumpukan besi di sabuk pengaman itu macet, aku menariknya dengan sedikit tenaga lalu sabuk pengaman itu terbuka.
"Sudah ter.. bu.. ka..." aku terkejut karena jarak wajah kami cukup dekat, aku segera menjauh darinya takut dia berpikir aku tidak sopan.
Jantungku berdebar keras, aku rasa ini hanya reaksi biologis karena aku tidak pernah sedekat ini dengan perempuan manapun sebelumnya.
"Huufff..." aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya beberapa kali untuk menstabilkan detak jantungku
"Kak Eir ?" Linnea yang berjalan didepanku menoleh karena merasakan aku tidak mengikuti di belakangnya
Aku berjalan menghampirinya
"Ayo..." kataku kembali memasang poker face ku dan kali ini kami berjalan berdampingan.
Begitu masuk kedalam cafe aku melihat Mircea dan teman-temannya sedang membawakan lagu Claes Alexander yang berjudul "Heaven on earth"
"Kak Eir hanya tersisa 3 meja, kita di meja pojok depan sebelah kanan itu saja bagaimana ?" tanya Linnea padaku
Aku melihat kearah meja yang di maksud gadis itu, lalu mengangguk setuju.
Begitu kami duduk pelayan cafe datang mengambil orderan kami. Diluar dugaan Linnea cukup cepat memilih yang ingin dia makan, jika itu ibuku mungkin akan butuh setidaknya 30 menit untuk dia memilih apa yang ingin dia pesan.
Sambil menunggu pesanan aku memperhatikan sekelilingku, cafe ini penuh dengan 'pasangan'...
"Apa yang kakak pikirkan ?" tanya Linnea memecah keheningan diantara kami
"Em... Cafe ini penuh dengan 'pasangan'." jawabku
"Cafe ini memang cafe yang di rancang khusus untuk para 'pasangan'..." kata Linnea
"Hmm begitu..."
Yah suasana didalam cafe ini memang mendukung untuk para 'pasangan'... Tempat dengan nuansa romantis.
"Apa kakak tau apa arti 'Arion' ?" tanya Linnea padaku yang sepertinya tau apa jawaban dari pertanyaannya sendiri
"Tidak..." kataku mengikuti alurnya
"'Arion' itu artinya 'pemikat hati'... Rumornya kalau kita membawa orang yang kita sukai makan ditempat ini orang itu akan terpikat pada kita dan perasaan kita akan bersambut !"
Sungguh teknik marketing yang hebat... Yang terpenting bagaimana bisa ada orang yang mempercayai hal semacam itu. Dan sekarang aku bingung bagaimana menanggapi Linnea...
"... Bukankah itu taktik dagang untuk meningkatkan penjualan cafe ini ?" kataku menanggapi perkataan Linnea
"Yah... Bahkan meskipun itu hanya sekedar cerita yang dibuat-buat oleh pemilik cafe ini tapi itu memberi keberanian bagi orang-orang yang membutuhkan... Kau tau kak, tidak mudah untuk mendekati seseorang yang kita suka secara terbuka, tidak semua orang memiliki keberanian seperti itu. Karena itu hal seperti mitos, ramalan dibutuhkan bagi sebagian orang." ucap gadis itu sambil tersenyum, tapi senyuman itu terlihat agak sedih dimataku
Apa dia berbicara tentang dirinya sendiri ? Dia sedang suka seseorang tapi tidak berani...
Apakah orang yang dia maksud Mircea ? Kalau benar aku akan membantunya
"... Aku belum pernah menyukai seseorang jadi aku tidak mengerti. Maafkan perkataanku barusan." kataku meminta maaf pada Linnea
"Kak Eir tidak salah, apa yang kakak ucapkan benar kok. Hanya saja kita melihat dari sisi yang berbeda..." kata gadis itu
"Silakan pesanan anda..." seorang pelayan cafe datang menyajikan pesanan kami
"Terima kasih..." ucap Linnea
"Selamat menikmati..." jawab pelayan itu tersenyum ramah lalu meninggalkan kami
"Kak Eir tadi kakak bilang kakak belum pernah menyukai seseorang kan ?"
"Iya..."
"Sekarang juga belum punya perempuan yang kakak suka ?" Linnea bertanya dengan nada dan mimik yang sangat serius sampai-sampai membuatku terhenti menyuapkan makanan ke mulutku
Apakah seaneh itu jika seumurku belum pernah suka perempuan ?
Jika ku jawab 'iya' dia tidak akan mengira aku homo kan ?
"Iya, sampai sekarang juga belum suka pada perempuan manapun..." jawabku
"Sungguh ?! Syukurlah..."
"Ng ?"
"Ehehehe..." gadis itu tertawa canggung, dia mengalihkan pandangannya lalu meminum minuman yang dia pesan
"..."
Reaksi Linnea sungguh tidak kuduga. Lagipula apa maksudnya dengan 'syukurlah' ?
Kenapa wajahnya terlihat lega dan senang setelah mendengar jawabanku ?
"... Tapi aku sungguh tidak menyangka kakak belum pernah menyukai seseorang. Mungkinkah kakak tipe yang sangat sulit jatuh cinta ?" tanya gadis itu padaku
Aku meletakkan sendok dan garpu lalu meraih minumanku
"... Kau tidak mengenal aku yang dulu Linnea. Kau mengenal aku yang sudah berubah. Belum lewat satu bulan sejak aku berubah dari monster jerawat menjadi manusia." kataku sambil tersenyum
"..."
Gadis itu hanya diam saja, wajahnya menjadi muram
"Sejak aku SMP semua perempuan melihatku dengan tatapan jijik, mereka juga mengejekku. Jika aku baik pada mereka, mereka akan takut karena mereka mengira aku menyukai mereka. Aku tidak pernah jatuh cinta karena aku merasa tidak pantas jatuh cinta..." kataku lagi tetap dengan wajah tersenyum
"... Ini pertama kalinya kau tersenyum padaku. Tapi senyuman mu sungguh membuatku sakit hati..."
"!!!"
Aku sangat terkejut melihat Linnea yang hampir menangis. Aku tidak tau harus melakukan apa
"Hei ! Kenapa kau..."
"Aku mengenal kakak jauh sebelum kita berkenalan di boutique Finnick !" potong Linnea
"Eh ? Kau mengenalku ?" aku tidak ingat pernah bertemu Linnea sebelumnya
"Pertama kali aku melihat kak Eir waktu aku kelas 1 SMP, waktu itu kau peserta lomba piano di pagelaran seni tingkat SMP. Kau menjadi juara pertama 2tahun berturut-turut..."
"..."
"...Lalu waktu aku kelas 3 SMP kita bertemu di depan gedung SMA ku sekarang. Waktu itu hari terakhir pendaftaran untuk test masuk SMA Victoire, aku duduk di depan gerbang tidak berani masuk karena aku takut gagal... Kakak menghampiri ku bertanya apakah aku sakit, aku cerita kalau aku sudah berjuang belajar demi masuk SMA Victoire tapi aku takut gagal, kakak lalu bilang bahwa setiap usaha akan mendapatkan bayaran yang setimpal..."
"!... Kau anak perempuan yang waktu itu ?!"
Aku akhirnya mengingatnya. Waktu itu aku mengantarkan formulir Mircea yang tertinggal dirumah. Aku melihat anak perempuan duduk berjongkok di depan pagar sekolah, aku mengira dia sakit.
"Akhirnya kakak ingat..." dia tertawa kecil
"Iya aku ingat sekarang..."
"Akhirnya aku bisa mengucapkan terimakasih, kalau bukan karena kakak mungkin waktu itu aku sudah menyerah..."
"Itu bukan karena aku, kau berhasil lulus test karena kemampuan mu sendiri." kataku
"Tapi perkataan kakak yang membuatku berani mengikuti test... Karena itu terimakasih." kata Linnea menundukkan kepalanya
"Sama-sama... Senang bisa membantu."
Setelah menghabiskan dessert yang kami pesan dan bercerita sebentar, aku melihat arloji ku waktu menunjukkan pukul 9.40 aku mengusulkan agar kami pulang. Aku takut ibunya khawatir.
Sesampainya di depan rumah Linnea, aku membuka lock pada pintu mobil. Gadis itu masih duduk bahkan belum membuka sabuk pengaman nya.
"Kak Eir... Boleh kutau tipe perempuan ideal kakak ?"
Kenapa dia bertanya hal itu ? Di depan rumah Linnea cukup gelap, aku tidak bisa melihat bagaimana ekspresi nya saat ini.
"...Tidak ada tipe ideal, jika aku suka ya suka." jawabku jujur
"Itu lebih sulit..." kata gadis itu diikuti tawanya
"..."
"Bisakah bantu aku melepaskan sabuk pengaman ini kak ?"
"Oh maaf aku lupa..." kataku segera membantu membuka sabuk pengaman Linnea
"Terimakasih sudah mau menemaniku..." kata gadis itu setengah berbisik ditelingaku
Nafasnya yang mengenai telingaku membuatku refleks mendongkak.
"..."
"..."
Meski tidak melihat dengan jelas tapi aku tau pasti jarak wajahku dan wajah Linnea sangat dekat. Aku bisa mencium wangi nafasnya.
"Maaf tadi aku membuatmu hampir menangis..." kataku dengan lembut -aku bahkan terkejut dengan ucapanku dan caraku berbicara-
Jantungku berdebar dengan keras tak berhenti, tapi aku menyukai perasaan berdebar-debar ini. Rasanya menyenangkan.
"Em.uh... Aku masuk dulu kak."
"Masuklah..."
Sebelum menutup pintu mobil Linnea berhenti dan menatapku
"Malam ini sungguh sangat menyenangkan, terimakasih kak..." dia tersenyum lalu menutup pintu mobil
Sampai dirumah Mircea sedang marathon menonton anime di ruang keluarga.
"Yo !" sapaku sambil menepuk bahu Mircea
"Bagaimana kencan mu ?" tanya Mircea antusias, animenya bahkan di pause
"Aku tidak kencan..." kataku lalu duduk di sebelahnya
"Baiklah tidak kencan..." kata Mircea dengan senyum jahilnya
"Ah setelah selesai tampil kau kemana ?" tanyaku pada Mircea yang tak kulihat lagi barang hidungnya setelah band mereka membawakan lagu terakhir.
"Tentu saja pulang..."
"Kenapa kau tidak bergabung dengan kami ?" tanyaku heran
"Aku tidak mau jadi penjaga nyamuk"
"Hei Cea... Bagaimana jika Linnea suka padamu ?"
"..." Mircea terdiam dia tidak menjawab, dia memandangku heran
"Ah kau bodoh sekali !" gerutu Mircea kesal lalu kembali menonton animenya
"Besok saja dilanjut, aku sangat lelah hari ini... Night Cea..." aku berpamitan hendak naik ke kamarku
"Yang disukai Linnea bukan aku..."
"Hmm..." aku lalu naik ke kamarku
Aku melihat ada chat WhatsApp baru masuk, itu dari Linnea.
"Kakak tidak keberatan jika nanti aku mengajak mu pergi berdua lagi ?" begitu bunyi chat Linnea
"Tidak masalah" aku membalas chatnya
Aku merebahkan diriku, hari ini cukup menguras tenaga, karena jantungku berdebar tidak karuan. Tidak kusangka Linnea adalah anak perempuan yang waktu itu, dunia memang sempit.
Setelah ku ingat-ingat aku baru sadar ini pertama kalinya aku pergi keluar di malam sabtu bahkan pergi dengan seorang perempuan.
Aku membuka WhatsApp melihat kembali chat dari Linnea, lagi aku tersenyum tanpa sadar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Minoo
oho! 😏
2023-08-30
8