Melisa mengerutkan kening tanda tidak mengerti. Apa maksud dari ucapan Mahesa itu? Menghabiskan waktu semalam dengan kakak iparnya? Otak Melisa seketika di penuhi pikiran kotor. Sebagai wanita beristri, apa pantas dia bermalam dengan laki-laki lain? terlebih laki-laki itu adalah kakak iparnya sendiri.
"Mel? Kamu pasti bingung 'kan? Gak usah di pikirkan, lebih baik kamu istirahat saja sekarang. Tubuh kamu sedang tidak baik-baik saja," ujar Mahesa, mengusap punggung tangan Melisa lembut penuh kasih sayang.
"Tubuhku memang lemas banget, kak. Aku istirahat dulu. Kalau kaka mau pulang, pulang saja, tapi kalau kaka mau di sini juga tak apa-apa," lemah Melisa dengan nada suara berat.
Mahesa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya seraya tersenyum begitu manisnya.
Perlahan, kedua mata Melisa mulai terpejam. Tidak butuh waktu lama, wanita itu pun benar-benar tertidur lelap. Entah mengapa, berada di dekat Mahesa membuat hati seorang Melisa merasa nyaman.
* * *
3 jam kemudian.
3 jam sudah Melisa terlelap. Demam di tubuhnya pun sudah mulai mereda. Kepalanya pun sudah tidak terlalu pusing lagi. Wanita itu membuka kedua matanya pelan. Dia pun bangkit lalu duduk di atas ranjang. Melisa nampak mengedarkan pandangannya menatap sekeliling, diam-diam dia berharap bahwa kakak iparnya itu masih berada di sana.
Akan tetapi, harapannya itu sepertinya sia-sia sudah. Sang kaka ipar tidak terlihat dimana pun di sudut rumahnya. Rasa kecewa seketika terselip di dalam relung hati seorang Melisa. Di tengah rasa kecewanya, wanita itu pun turun dari atas ranjang. Dia keluar dari dalam kamar dan berjalan ke arah dapur kemudian.
"Good night, kamu sudah bangun, Mel? Bagaimana keadaan kamu? Sudah agak baikan?"
Tiba-tiba saja Melisa di sentakan oleh suara serak Mahesa. Tentu saja dia merasa terkejut bukan kepalang. Rasa kecewanya terasa terobati, tanpa sadar senyuman kecil pun mengembang dari kedua sisi bibirnya kini. Entah sadar atau tidak, Melisa memang mengharapkan kehadiran kakak iparnya di sana.
"Kak Mahesa? Aku pikir kakak sudah pulang," ucapnya kemudian.
"Mana mungkin saya pulang, saya sudah bilang sama kamu kalau saja akan merawat kamu sampai sembuh," jawab Mahesa, dia nampak sedang berdiri di depan kompor yang sedang menyala.
"Kakak lagi masak apa?" tanya Melisa merasa penasaran.
"Hmm ... Saya memasakan makanan buat kamu, Mel. Ada banyak bahan masakan di kulkas, kamu hobi masak juga ternyata."
"Ya begitulah, makanan yang di masak sendiri rasanya lebih sehat."
"Hmm ... Masakan saya sudah matang. Kamu pasti lapar kan?"
Melisa menganggukkan kepalanya samar.
Mahesa benar-benar menyajikan satu piring masakan yang baru saja matang. Piring berisi spaghetti dia sajikan tepat di depan Melisa. Tentu saja, wanita itu merasa tersanjung dibuatnya, karena suaminya sendiri tidak pernah melakukan hal yang seperti ini sebelumnya.
"Hmm ... Sepertinya enak," decak Melisa membaui aroma nikmat yang berasal dari spaghetti tersebut.
Tanpa basa-basi lagi, wanita itu pun segera memakannya dengan begitu lahap. Mahesa hanya duduk di kursi tepat di depan Melisa kini. Dia menopang dagunya menggunakan kepalan tangannya sendiri. Tatapan matanya menatap sayu wajah Melisa, senyuman manis pun mengembang dari kedua sisi bibinya kini.
"Enak?" tanya Mahesa.
"Enak sekali, kak. Aku baru tahu kalau kakak pintar memasak juga ternyata. Spaghetti ini benar-benar luar biasa," puji Melisa terlihat bahagia.
"Syukurlah, tapi Mel. Apa luka di punggung kamu masih terasa sakit?"
Melisa yang saat ini sedang mengunyah makanan seketika merubah raut wajahnya. Hal tersebut segera di sadari oleh Mahesa, tidak ingin merusak suasana laki-laki itu pun mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
"Selesai makan saya tunggu di atap ya," ucap Mahesa kemudian.
"Ke atap? Mau apa kita ke atap?"
"Pokoknya kamu naik saja. Sekarang habiskan dulu makanan kamu."
Melisa menganggukkan kepalanya, dia pun segera menghabiskan sisa makanan yang masih tersisa di piringnya. Suapan terkahir pun dia lakukan, piring Melisa benar-benar kosong tidak bersisa. Wanita itu pun hendak bangkit kemudian.
"Kamu mau kemana?" tanya Mahesa.
"Mau cuci piring 'lah, apa lagi."
"Cuci piring? Gak usah, biar saya saja yang melakukannya. Tubuh kamu sedang kurang sehat, mana boleh cuci piring," ujar Mahesa, dia pun seketika bangkit lalu meraih piring kotor bekas makan Melisa.
"Tidak, kak. Biar aku saja yang cuci piring, kaka sudah masakan makanan yang enak buat aku, masa harus cuci piring juga?"
"Tak apa-apa, Mel. Saya senang ko melakukannya. Kamu cukup duduk manis saja di sana, semuanya biar saya yang mengerjakan. Pokoknya, hari ini kamu Nyonya cantik, jika suamimu memperlakukan kamu seperti babu, maka saya akan memperlakukan kamu seperti ratu, paham?"
Melisa seketika tertegun. Sebenarnya ada apa dengan kakak iparnya ini? Sikapnya sangat berbeda dengan dahulu sebelum Mahesa memutuskan untuk menetap di luar negri dan kembali setelah 3 tahun lamanya. Ya ... Sang kakak memang baru kembali beberapa hari yang lalu, dan sikap manisnya membuat Melisa diliputi berbagai tanda tanya.
Melisa menatap tubuh tinggi nan kekar Mahesa. Kemeja putih yang dikenakannya nampak di gulung sampai ke siku, celemek sisa memasak pun masih melingkar di tubuhnya membuat penampilan laki-laki berusia 38 tahun itu terlihat seperti seorang Chef profesional. Hal lain yang membuat Melisa merasa heran adalah, kenapa kakak iparnya ini masih melajang sampai sekarang?
"Kenapa kakak masih sendiri? Kenapa kakak masih belum menikah sampai sekarang?" tanya Melisa, membuat Mahesa yang saat ini sedang membasuh piring kotor seketika menghentikan gerakan tangannya.
'Karena saya mencari wanita seperti kamu, Mel. Seharusnya kamu menikah dengan saya, bukan Darius,' (batin Mahesa).
"Kak Mahesa? Ko malah bengong? Kakak gak jawab pertanyaan aku?" Melisa kembali bertanya.
"Hah? Kamu bertanya apa tadi?"
"Hmm ... Lupakan saja, gak usah dipikirkan. Eu ... Aku ke kamar dulu ya, aku mau bersih-bersih, tubuhku lengket banget," jawab Melisa mengalihkan pembicaraan.
"Saya tunggu di atap ya."
Melisa menganggukkan kepalanya. Dia pun bangkit lalu berjalan ke arah kamar.
* * *
30 menit kemudian, Melisa sudah berganti pakaian. Dia pun siap untuk naik ke atap dimana Mahesa sang kaka sedang menunggunya saat ini. Dress berwarna hitam pun membalut tubuh rampingnya, dia bahkan sedikit memoles wajahnya menggunakan make up natural agar wajahnya terlihat segar. Melisa mulai naik ke atap, dia bertekad akan menghabiskan malam ini bersama sang kakak ipar, meskipun dia tahu betul bahwa apa yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan, tapi tetap saja tekadnya sudah bulat. Malam ini jiwanya milik Mahesa sang kakak ipar.
Akhirnya, Melisa sampai di atap rumahnya. Kedua matanya nampak membulat sempurna, kapan Mahesa menyiapkan semua ini? Atap rumahnya benar-benar telah di sulap menjadi tempat yang sangat indah.
"Selamat malam, Melisa. Kamu cantik sekali malam ini," ucap Mahesa menyambut kedatangan adik iparnya.
BERSAMBUNG
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Bunda
wanita bersuami
2024-11-23
0