"Gila kamu, Mas. Kamu selalu menekankan kepadaku bahwa aku hanyalah sebatas istri bayaran, lalu kenapa kamu tak mau menceraikan aku, kenapa Mas? Kenapaaaaa?" teriak Renata dengan bola mata memerah.
"Jangan pernah menanyakan kenapa alasannya, karena saya tak akan pernah memberitahukan kamu kenapa saya melakukan hal ini."
'Karena saya juga tak tahu kenapa saya jadi seperti ini, saya tak ingin berpisah dengan kamu Renata,' (batin Sebastian).
"Lalu, selamanya aku akan di cap mandul oleh keluarga kamu?"
"Salah sendiri, kenapa kamu tidak mau saya sentuh?"
Renata seketika memalingkan wajahnya. Ya ... Memang salahnya karena enggan untuk hanya sekedar di sentuh oleh suaminya sendiri. Kenapa juga dia harus memalingkan wajah saat suaminya itu hendak mendaratkan ciumannya tadi? Dia yang menuntut, kenapa juga dia yang menolak? Ada apa dengan hatinya? Batin Renata seketika dilanda dilema.
"Akh ... Sudahlah, jangan di bahas lagi. Kepala saya pusing, saya akan berendam air hangat. Jangan ganggu saya," decak Sebastian.
Tanpa rasa malu lagi, laki-laki itu melucuti satu-persatu pakaiannya tepat di depan Renata sang istri. Dari mulai kemeja berwarna putih yang dikenakannya, hingga celana hitam panjang yang dia pakai. Sampai akhirnya hanya menyisakan segitiga yang melingkar menutupi bagian inti tubuhnya saja.
Tubuh kekar Sebastian terpampang nyata di hadapan Renata kini. Raga setengah polosnya benar-benar membuat kedua mata Renata membulat sempurna. Terlihat indah dan membuat bulu kuduk wanita itu seketika merinding serempak. Kenapa suaminya itu tiba-tiba seberani ini? Tidak pernah Sebastian bertelanjang di depan istrinya. Apakah dia sengaja melakukan hal itu untuk menunjukkan seberapa gagahnya dia setelah keperkasaannya di pertanyakan? Entahlah ... Renata hanya bisa menarik napas berat saat suaminya itu perlahan mulai masuk ke dalam kamar mandi.
Ceklek!
Blug!
Pintu kamar mandi pun di buka dan di tutup rapat setelah Sebastian masuk ke dalamnya. Laki-laki itu segera berjalan ke arah bathtub dan mengisinya dengan air hangat. Sebastian Dewantara benar-benar berendam di dalamnya. Bukan tanpa alasan dia melakukan hal itu. Sebastian hanya ingin menenangkan jiwa yang sempat merasa kalut.
Menekan hasratnya yang sempat naik kepermukaan. Jika boleh berkata jujur, sebenarnya dia ingin sekali melakukan hal itu. Bercumbu dengan istrinya dirinya sangat menginginkan hal itu, tapi dia ingin melakukannya atas dasar suka sama suka bukan karena terpaksa.
"Renata-Renata, harus sampai kapan saya menahannya? Saya laki-laki normal, Ren. Normal ...! Haaaa ..." gumam Sebastian mengusap wajahnya kasar.
* * *
Setelah berendam hampir selama satu jam, jiwa seorang Sebastian mulai merasa damai. Hasrat yang sempat naik kepermukaan pun kembali bersemayam dengan tenang di dalam sana. Otaknya yang sempat kalut pun kini kembali terasa segar. Sebastian keluar dari dalam kamar mandi, dia menatap tubuh Renata sang istri yang telah tertidur lelap di atas ranjang super besar miliknya.
Perlahan dia pun berjalan mendekati ranjang lalu naik atasnya. Laki-laki itu duduk dengan bersandar bantal di belakang punggungnya. Di tatapnya wajah cantik seorang Renata. Wanita yang dia nikahi 1 tahun tahun yang lalu. Wanita yang sampai saat ini masih tersegel tanpa dia jamah. Wanita yang memiliki kecantikan yang luar biasa yang selalu dia bangga-banggakan di depan seluruh keluarga besarnya.
"Kamu benar-benar cantik, Rena. Tubuh kamu juga indah, andai saja kita menikah tanpa perjanjian apapun. Andai saja kamu adalah istri sesungguhnya, mungkin saya akan menjadi laki-laki yang paling bahagia di dunia ini," gumam Sebastian, tanpa sadar mengusap kepala istrinya lembut dan penuh kasih sayang.
Cup!
Satu kecupan pun mendarat di pucuk kepala istrinya. Tak ada yang tahu apa yang ada di dalam otak seorang Sebastian. Apakah sebenarnya dia mencintai istrinya itu? Entahlah, hanya dia dan Tuhan yang tahu.
* * *
Keesokan harinya.
Renata duduk di atas ranjang. Dia pun merapatkan pakaian tidur yang dikenakannya. Tatapan matanya tertuju kepada Sebastian sang suami yang saat ini sedang bercermin seraya merapikan kemeja yang dia kenakan siap untuk berangkat ke kantor.
"Ren, lihat dasi saya yang berwarna coklat? Ko gak ada di sini?" tanya Sebastian, membuka lemari dan mencari dasi yang hendak dia pakai.
"Mana aku tahu?" jawab Renata datar.
"Bisa tolong carikan, saya buru-buru soalnya."
Renata menarik napas berat, dia pun turun dari atas ranjang. Dia keluar dari dalam kamar untuk mencari apa yang dimintakan oleh suaminya. 10 menit kemudian, wanita itu pun kembali dengan membawa apa yang di butuhkan.
"Ketemu?" tanya Sebastian menatap wajah datar sang istri.
"Nih, ada di belakang ternyata."
"Bisa tolong pakaikan? Saya ingin sekali saja merasakan di pasangan dasi oleh istri sendiri," goda Sebastian, membuat Rena seketika merasa heran. Tidak biasanya suaminya itu bersikap seperti ini.
Meskipun begitu, Renata tetap saja melakukan apa yang dimintakan oleh suaminya. Dia berdiri tepat di depan Sebastian, wanita itu nampak berjinjit kaki agar tubuhnya bisa sejajar. Namun, tubuh langsingnya tetap saja merasa kesulitan melingkarkan dasi tersebut. Sebastian pun tersenyum kecil menatap wajah Renata yang terlihat begitu menggemaskan, dia sedikit membungkukkan tubuhnya agar istrinya itu bisa dengan mudah melakukan apa yang dia perintahkan.
"Aku pikir selama ini kamu tinggi, ternyata high hills yang membuat tubuh kamu terlihat tinggi. Aslinya tubuh kamu ini pendek lho," goda Sebastian semakin lekat menatap wajah istrinya.
"Gak lucu," ketus Rena, tatapan matanya nampak fokus dalam mengenakan dasi di leher suaminya, hingga dasi tersebut benar-benar terpasang rapi kini.
Sebastian pun kembali berdiri tegak, dia meraih jas hitam lalu mengenakannya kemudian. Laki-laki itu bahkan berkali-kali menatap tubuh kekarnya yang berbalut jas hitam dari pantulan cermin terlihat sempurna
"Malam ini saya pulang terlambat, gak usah nungguin saya. Tidur saja duluan," ucapnya kemudian.
"Malam ini juga aku ada acara di luar. Kita sama-sama pulang terlambat kalau begitu," jawab Renata duduk di tepi ranjang.
"Acara apa?"
"Bukan urusan Mas. Sejak kapan Mas ingin tahu apa yang aku lakukan?"
Sebastian menghela napas berat. Dia pun memejamkan kedua matanya. Ya ... Dia pun tidak mengerti kenapa dirinya menjadi seperti ini.
"Ya sudah terserah kamu saja, saya juga gak peduli ko," ujarnya kemudian.
Keduanya pun berjalan keluar dari dalam kamar. Senyuman lebar nampak mengembang sempurna dari kedua sisi bibir masing-masing saat sepasang suami-istri itu mulai melangkahkan kedua kakinya di luar kamar. Tentu saja, senyuman itu hanyalah senyuman palsu. Akting sebagai suami-istri yang bahagia pun mulai mereka lakonkan seperti biasa.
"Tante Renata!" terdengar suara anak kecil, dia berlari menghampiri mereka berdua.
"Lala? Sedang apa kamu di sini?" tanya Renata, berjongkok dan mengusap kepala gadis itu lembut.
"Daddy sama Mommy ada di sini, Tante."
"O ya?"
Gadis bernama Lala itu menganggukkan kepalanya seraya tersenyum lebar.
"Kamu kapan, Mbak? Kapan kamu memiliki momongan? sudah 1 tahun lho," terdengar suara Sully sang adik ipar. Apa yang baru saja di tanyakan oleh adik suaminya itu tentu saja membuat mood Renata kembali berantakan.
"Sully! Yang sopan kamu. Apa pantas kamu bertanya hal seperti itu kepada kakak ipar kamu sendiri?" ketus Sebastian merasa tidak terima.
"Memangnya kenapa? Mommy bilang, beliau akan menjodohkan kakak dengan wanita lain jika Mbak Renata gak bisa punya anak, alias mandul."
BERSAMBUNG
...************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Puja Kesuma
gila menjodohkan...gila cucu mertua kamu renata padahal cucunya udah selusin
2023-04-10
0