Berpamitan

Seperti sebuah syarat, Theo sedikit memberi paksaan agar Gwen mau pergi dan menikmati hari liburnya. Karena sejak kepulangan wanita itu dua bulan yang lalu, Gwen sudah sibuk menelusuri setiap hal tentang perusahaan, seolah ia tahu ada sesuatu yang janggal di dalamnya.

Sesuai permintaan Theo, Gwen yang awalnya berkemas untuk lari dari rumah dan kembali ke Amerika, kini justru akan pergi ke sebuah desa yang terletak cukup jauh dari kota.

Sebelum memutuskan hari keberangkatannya, Gwen sudah mencari tahu tentang desa tersebut dan apa saja yang harus ia persiapkan.

Meskipun Gwen memutuskan untuk pergi, namun ia tidak akan tinggal diam saat ibu dan saudara tirinya menikmati sesuatu yang bukan milik mereka.

Gwen memberi perintah pada Pedro untuk terus mengawasi dua penyihir licik itu. Selama Gwen pergi, Gwen tetap akan memantau apa saja yang terjadi di perusahaan dan hal-hal apa saja yang dilakukan oleh ibu dan saudara tirinya melalui Pedro.

"Pastikan kau juga mencari tahu kemana saja uang itu pergi serta apa saja yang mereka beli. Aku ingin laporannya setiap akhir pekan," ujar Gwen pada Pedro.

"Baik, Nona."

Hari ini, Gwen memutuskan untuk memulai hari liburnya. Sejujurnya, Gwen tidak pernah menginginkan ini sama sekali. Namun demi Theo, Gwen pun setuju.

Sebelum pergi, Gwen datang ke kediaman ayahnya untuk berpamitan. Saat ia masuk ke dalam rumah, ia langsung datang ke ruang makan, berpikir jika ayahnya sedang menikmati sarapan pagi.

"Sedang apa kau?" tanya Gwen pada Carla. Ia mendapati saudara tirinya sedang memasukkan sebuah tablet obat ke dalam minuman.

"Membuat minuman kesehatan, kau pikir apa lagi?" jawab Carla dengan bibir mengerucut.

Gwen menatap sinis pada Carla, sejak awal mereka memang tidak pernah cocok. Seberapa keras Gwen berusaha menerima, ia tidak bisa melakukannya.

Meninggalkan dapur dan kembali ke ruang tamu, Gwen melihat Theo berjalan perlahan menuruni anak tangga. Laki-laki paruh baya itu tersenyum menyambut kedatangan anaknya.

"Kau datang? Apa kau bersiap pergi?" tanya Theo.

"Ya, Pa. Aku pergi hari ini. Lebih cepat lebih baik, bukan?"

"Hmm, bagus. Papa senang kau bersemangat," ujar Theo. Ia merangkul bahu Gwen dan mengajaknya ke ruang makan.

Berselang beberapa menit, seluruh anggota keluarga sudah berkumpul di ruang makan, termasuk Hanna dan Carla. Mereka berempat duduk dengan rapi dan menikmati hidangan di atas meja makan.

"Ngomong-ngomong, sejak kapan Papa mengkonsumsi minuman yang diberi tablet kesehatan? Bukankah Papa mendapatkan vitamin dari dokter?" tanya Gwen.

"Sejak satu tahun yang lalu, Gwen," sela Hanna. Gwen melirik kesal, ia bertanya pada sang ayah namun Hanna yang menjawabnya. Sementara Theo hanya tersenyum.

"Bukankah vitamin dari dokter saja cukup, Pa? Terlalu banyak mengkonsumsi obat juga tidak baik."

"Itu juga direkomendasikan oleh dokter. Usia Papamu sudah tidak muda lagi, Gwen. Seharusnya kau lebih perhatian seperti Carla. Dia sendiri yang selalu menyiapkan minuman kesehatan untuk Papamu setiap pagi dan malam," ujar Hanna.

"Papa merasa sangat sehat, Sayang. Jangan khawatir," jawab Theo.

"Apa Papa sudah cek kesehatan secara rutin?" tanya Gwen lagi.

"Tentu saja, Papa melakukannya."

"Sementara kau pergi bersekolah, Carla lah yang selalu merawat Papamu dan mengurus segala hal yang berhubungan dengan kesehatannya. Carla selalu memastikan Papamu tetap sehat sampai saat ini," jelas Hanna.

"Aku tidak pernah tahu jika Papa mengkonsumsi minuman kesehatan selama ini. Seharusnya itu tidak perlu jika kondisi kesehatan Papa sangat baik," ucap Gwen.

"Seharusnya kau lebih perhatian agar bisa mengetahui banyak hal yang kau lewatkan," sela Carla dengan senyum mengejek di bibirnya.

"Sudah, cukup. Mari kita makan dengan tenang." Theo menengahi. Ia tahu, ketika mereka semua berkumpul bersama, maka perdebatan serta perbedaan pendapat selalu menimbulkan masalah.

Gwen tidak bisa berkata-kata, ia menghela napas panjang lalu melanjutkan makan. Inilah yang menyebabkan ia tidak menyukai rumah ini. Rumah yang awalnya menjadi tempat terbaik untuk pulang, kini terasa seperti sebuah tempat pertandingan. Di mana ibu tiri dan saudara tirinya bersikap seolah-olah ia adalah lawan.

Setelah menyelesaikan sarapan, Gwen bergandengan bersama Theo menuju ruang keluarga. Gwen berpamitan, mengatakan pada Theo jika ia akan menikmati liburannya kali ini dan segera pulang.

Gwen meminta Theo untuk terus memberi kabar dan menjaga kesehatan.

Di sisi lain, tampak sikap kesal serta rasa tidak suka dari Hanna dan Carla. Mereka berdua berpikir jika Theo akan kembali mengirim Gwen ke Amerika seperti apa yang sebelumnya mereka sarankan. Namun rupanya, Theo justru mengirim Gwen berlibur ke sebuah desa.

"Ah, Mama. Mama bilang kalo dia akan dikirim lagi ke Amerika. Kenapa justru di suruh berlibur, sih!" gerutu Carla kesal. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu merengek pada Hanna setelah tahu apa yang terjadi.

"Mama juga tidak tahu, Sayang. Mama akan membujuk Papamu lagi," ujar Hanna.

"Pokoknya, dia harus pergi jauh dari sini. Aku tidak mau Papa lebih memperhatikannya daripada aku!"

"Iya, Sayang, iya. Kau tenang saja, ya." Hanna mengusap rambut anak kesayangannya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Irma Dwi

Irma Dwi

emak sama anak sama busuknya

2024-09-22

1

Sandisalbiah

Sandisalbiah

hah.. dasar siluman rubah.. benalu yg bermimpi ingin menjadi inang..

2024-08-13

1

Ety Nadhif

Ety Nadhif

ibu tiri maruk

2023-05-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!