Bab 5 Kesal Dan Cemburu

"Kamu dijemput gak Min?" tanya Jovanka saat mereka semua sudah bersiap untuk pulang.

"Iya. Kak Zion yang akan jemput katanya."

"Tapi kalau gak pasti kamu bisa ikut kami kok." Jovanka berujar kembali untuk menawarkan tumpangan.

"Gak. Kak Iyon udah bilang kok kalau ia yang akan menjemput." Mini tetap bersikeras. Ia yakin suaminya itu akan menjemputnya karena sudah mengatakannya.

"Oke deh kalau gitu aku pulang ya. Mas Radit pengen banget ngantar aku cek kandungan hari ini."

"Iya deh, hati-hati ya." Tiga orang itu memandang kepergian Jovanka bersama dengan suami yang merupakan dosen mereka sendiri.

"Min, aku juga belum mau pulang. Sumpek kita di tempat kost mulu seharian. Gimana kalau kita ngemol?" Naomi memandang Cici dan Mini bergantian.

"Itu adalah ide yang bagus," ujar Cici bersemangat. Tapi lain halnya dengan Mini, gadis itu tidak merespon dengan hangat ide dari sahabatnya itu. Ia sepertinya ingin tinggal di sana menunggu Zion menjemputnya.

"Min, ayolah. Hibur dirimu sayang. Kita hanya akan cuci mata kemudian pulang. Seharian belajar bikin otak kita panas lho." Naomi kembali membujuk sahabatnya itu yang masih saja nampak sedih dan tak bersemangat seperti biasanya.

Mini menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya. Ia tersenyum kemudian berucap," Ayok lah kita pergi. Kak Iyon juga tidak mengkonfirmasi mau jemput atau tidak."

"Yeay!" Cici dan Naomi berteriak keras seraya melompat dengan wajah gembira. Mereka senang sekali karena sahabatnya itu mau membuka dan menghibur diri.

"Aku udah pesan taksi. Kita akan menikmati hidup ini bersama dengan bahagia!" Naomi semakin senang dibuatnya. Itu artinya ia punya alasan untuk lari dari Boby Dirgantara yang hari ini cukup menyebalkan.

Tak lama kemudian taksi yang sudah mereka pesan kini udah datang.

"Nah tuh lihat taksinya sudah datang." Naomi menunjuk kendaraan roda empat itu yang berhenti di depan mereka.

"Ayo cepat kita berangkat." Gadis itu membuka pintu mobil dan meminta kedua sahabatnya untuk segera naik. Sungguh ia benar-benar ingin pergi secepatnya agar ia bisa menghindari Boby Dirgantara.

"Napa sih, kamu kayak ketakutan sama sesuatu aja. Sampai kita jadi buru-buru seperti ini. Mall nya masih gak akan tutup kok." Naomi hanya tersenyum. Mereka pun langsung naik di kendaraan itu dengan cepat. Rasanya mereka mempunyai rasa adrenalin yang sama untuk menghibur diri.

Menit berikutnya, kendaraan beroda empat itu pun melaju membelah jalanan yang cukup ramai itu dengan kecepatan sedang.

Tak ada lagi yang berbicara di dalam kotak besi campuran aluminium itu. Mereka bertiga sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Cici yang sejak tadi bersenandung riang tak pernah melepaskan tatapan matanya ke arah seorang pengendara motor yang sangat mirip dengan Zain sang kekasih. Pria itu sedang memakai helm bungkus hingga ia sendiri tidak mengenalnya.

"Heh, itukan kak Zain. Siapa gadis yang sedang diboncengnya itu," gumamnya pelan.

Pria itu sedang membonceng seorang gadis seumuran dengan dirinya. Meskipun duduk mereka tidak merapat tetapi ternyata cukup membuat ia sakit hati dan cemburu juga.

Ia sudah bersiap-siap memanggilnya traffic light menunjukkan warna merah. Kaca mobil ia buka dengan cepat.

"Kak Zain!" teriaknya keras. Semua pengendara kendaraan yang ada di sekitar jalanan itu langsung memperhatikan dirinya. Akan tetapi orang yang sedang dipanggil itu tidak menoleh sama sekali.

"Kak Zain!" teriaknya sekali lagi. Tapi pria itu belum juga memberikan respon sampai Traffic light sudah menunjukkan warna hijau. Itu berarti semua kendaraan harus segera melaju di jalan raya itu.

Bibirnya mengerucut karena kesal. Naomi dan Mini hanya bisa menarik nafas panjang. Teriakan sahabatnya itu rupanya membuat telinga mereka terganggu juga.

"Ih Kak Zain menjengkelkan sekali, tahu gak?" Cici nampak sangat kesal. Matanya masih memandang keluar dimana motor Zain sudah melaju dengan cepat menyalip kendaraan mereka.

"Mungkin gak denger kali. Dia kan pakai helm bungkus kayak gitu," ujar Naomi berusaha memberikan pembelaan pada pria itu.

"Iya Ci ' jangan gampang marah kayak gitu dong. Kali aja kata Naomi itu benar." Mini ikutan menimpali untuk mematahkan kecurigaan sahabatnya itu.

"Oh, gimana gak jengkel coba kalau cewek yang diboncengnya itu sebenarnya tahu aku panggil-panggil Kak Zain tapi kok dia nggak bilang sama Kak Zain sih. Minimal nepuk-nepuk gitu deh supaya Kak Zain dengar. Ini kayak sengaja banget gitu." Cici mendengus. bIa benar-benar kesal saat ini.

"Nanti kalau aku ketemu sama Kak Zain akan aku diemin biar rasa dia!" lanjutnya dengan tangan mengepal kuat.

Naomi dan Mini hanya saling berpandangan kemudian mengangkat bahu. Tak ada lagi yang mereka percakapan sampai mereka sampai di depan pusat perbelanjaan yang akan mereka datangi.

"Kita mau ngapain dulu nih? Makan? Shopping? Atau Nonton?" Naomi sebagai pimpinan acara langsung bertanya pada dua orang sahabatnya yang baru turun dari taksi.

"Makan aja deh Nom. Aku rasanya pengen banget makan banyak nih," jawab Cici dengan wajah yang masih sangat kesal. Sudah kebiasaan gadis itu jika sedang kesal maka makanan lah sebagai pelampiasannya.

"Oke oke kita makan," ujar Naomi dengan tarikan senyum diwajahnya. Ia pun segera melangkahkan kakinya ke arah restoran cepat saji di dalam Mall itu. Mini dan Cici mengikutinya di belakang. Setelah mereka sampai mereka langsung mengambil sendiri makanan mereka kemudian duduk dengan tenang di di meja mereka.

"Nah, silahkan makan dan jangan lupa cuci tangan dan baca doa sebelum makan." Naomi sekali lagi memberikan instruksi. Hari ini ia adalah pemimpin acara. Jadi ia yang akan memulai dan mengakhirinya.

"Sudah Nom. Kami sudah cuci tangan dan baca doa sebelum makan. Jadi sekarang kita makan dan jangan ribut." Cici berucap dengan wajah yang masih sangat serius dan juga kesal. Rasanya Ayam goreng dihadapannya ingin ia lahap dengan khusuk dan rakus jika mengingat bagaimana Zain mengkhianatinya.

"Ya ampun Ci' kamu kok tegang banget sih. Bentar juga luluh lagi kalau kak Zain ngerayu, hehehe," kekeh Naomi dengan wajah yang sangat menyebalkan bagi Cici.

"Eh, gak akan. Pokoknya akan aku diemin." Cici membalas kemudian mulai makan dengan wajah serius. Mini pun ikut makan. Mereka akhirnya benar-benar diam dan menikmati makanan mereka.

"Eh, itu kak Zain sama cewek yang tadi. Ya ampun benar-benar bikin kesal ya," ujar Cici yang tiba-tiba menangkap pemandangan yang kembali memancing emosinya. Zain dan gadis yang ia lihat di jalanan tadi ternyata ikut makan ditempat yang sama.

"Udah, biarkan saja. Katanya mau didiemin," ujar Naomi mengingatkan. Cici mendengus kemudian melanjutkan makannya. Ia berusaha untuk tidak melihat ke arah dua orang itu.

"Hari ini kita nikmati waktu berkualitas ini bersama. Ingat jangan mengingat pasangan masing-masing, Okey?" lanjut gadis itu dengan wajah cerahnya

"Okey!" Dua orang itu setuju meskipun merasa sangat berat.

"Alhamdulillah, udah kenyang. Yuks lanjut nonton." Naomi berdiri dari duduknya dan mengajak dua sahabatnya itu untuk mengikutinya. Mini dan Cici mengikut.

Tiga gadis itu keluar dari restoran cepat saji itu dengan berusaha untuk tidak melihat seorang pria yang mereka kenal yaitu Zain.

"Ci!"

Langkah mereka berhenti sejenak untuk beberapa detik kemudian mereka saling bertatapan dan akhirnya meninggalkan tempat itu dengan wajah santai.

"What ever!"

🌺🌺🌺

*Bersambung.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍.

Terpopuler

Comments

Rostina Sahar

Rostina Sahar

lanjut thor

2023-05-27

0

Langit Biru

Langit Biru

ya iyalah kesal

2023-05-09

0

Mammeng

Mammeng

cii'.......itu aja manggilx.....???...asal coment...🤣🤣🤣

2023-05-05

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Malam Pertama
2 Bab 2 Sarapan Bersama
3 Bab 3 Perasaan Bingung
4 Bab 4 Semakin Nelangsa
5 Bab 5 Kesal Dan Cemburu
6 Bab 6 Tekad Nesti
7 Bab 7 Semakin Kesal
8 Bab 8 Keanehan Dua Bersaudara
9 Bab 9 Hanya Pura-pura
10 Bab 10 Kesedihan Mini
11 Bab 11 Niat Ferry
12 Bab 12 Adu Jotos
13 Bab 13 Minta Cium
14 Bab 14 Mini Tak Percaya
15 Bab 15 Haru Dan Bahagia
16 Bab 16 Kekhawatiran Ferry
17 Bab 17 Hari Membahagiakan
18 Bab 18 Tertawa Bahagia
19 Bab 19 Butuh Yang Segar
20 Bab 20 Cinta Atau Kasihan
21 Bab 21 Bertemu Usman Ali Kemal
22 Bab 22 Kekalutan Hati Zion
23 Bab 23 Kenyataan Pahit
24 Bab 24 Mencari Lowongan Kerja
25 Bab 25 Doa Terbaik
26 Bab 26 Nasib Jomblowati
27 Bab 27 Harapan Terbaik
28 Bab 28 Tak Percaya Kenyataan
29 Bab 29 Rasa Campur Aduk
30 Bab 30 Malam Menyedihkan
31 Bab 31 Bahagia Denganmu
32 Bab 32 Permohonan Bobby Dirgantara
33 Bab 33 Rasa Sedih Dan Haru
34 Bab 34 Bertemu Sepupu
35 Bab 35 Masa Lalu
36 Bab 36 Prasetyo Ternyata???
37 Bab 37 Masih Tentang Rossi
38 Bab 38 Telat Nikah
39 Bab 39 Rahasia Saudara Kandung
40 Bab 40 Ingin Makan Kamu
41 Bab 41 Kasak-kusuk
42 Bab 42 Mencari Tahu
43 Bab 43 Kekhawatiran Sahabat
44 Bab 44 Antara Papa Dan Om
45 Bab 45 Hati Sukacita
46 Bab 46 Bulan Madu 1
47 Bab 47 Bulan Madu 2
48 Bab 48 Impian Naomi
49 Bab 49 Hari Bahagia Cici Dewangga
50 Bab 50 Seorang Saudara Tiri
51 Bab 51 Adik Tiri Lucknut
52 Bab 52 Sang Pemilik Hati
53 Bab 53 Malam Sepi
54 Bab 54 Terbang Ke Nirwana
55 Bab 55 Antara Benci Dan Suka
56 Bab 56 Keluarga Bahagia
57 Bab 57 Tamu Menyebalkan
58 Bab 58 Naomi Cemburu
59 Bab 59 Insiden Tabrakan
60 Bab 60 Aku Terima Lamaranmu
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 Malam Pertama
2
Bab 2 Sarapan Bersama
3
Bab 3 Perasaan Bingung
4
Bab 4 Semakin Nelangsa
5
Bab 5 Kesal Dan Cemburu
6
Bab 6 Tekad Nesti
7
Bab 7 Semakin Kesal
8
Bab 8 Keanehan Dua Bersaudara
9
Bab 9 Hanya Pura-pura
10
Bab 10 Kesedihan Mini
11
Bab 11 Niat Ferry
12
Bab 12 Adu Jotos
13
Bab 13 Minta Cium
14
Bab 14 Mini Tak Percaya
15
Bab 15 Haru Dan Bahagia
16
Bab 16 Kekhawatiran Ferry
17
Bab 17 Hari Membahagiakan
18
Bab 18 Tertawa Bahagia
19
Bab 19 Butuh Yang Segar
20
Bab 20 Cinta Atau Kasihan
21
Bab 21 Bertemu Usman Ali Kemal
22
Bab 22 Kekalutan Hati Zion
23
Bab 23 Kenyataan Pahit
24
Bab 24 Mencari Lowongan Kerja
25
Bab 25 Doa Terbaik
26
Bab 26 Nasib Jomblowati
27
Bab 27 Harapan Terbaik
28
Bab 28 Tak Percaya Kenyataan
29
Bab 29 Rasa Campur Aduk
30
Bab 30 Malam Menyedihkan
31
Bab 31 Bahagia Denganmu
32
Bab 32 Permohonan Bobby Dirgantara
33
Bab 33 Rasa Sedih Dan Haru
34
Bab 34 Bertemu Sepupu
35
Bab 35 Masa Lalu
36
Bab 36 Prasetyo Ternyata???
37
Bab 37 Masih Tentang Rossi
38
Bab 38 Telat Nikah
39
Bab 39 Rahasia Saudara Kandung
40
Bab 40 Ingin Makan Kamu
41
Bab 41 Kasak-kusuk
42
Bab 42 Mencari Tahu
43
Bab 43 Kekhawatiran Sahabat
44
Bab 44 Antara Papa Dan Om
45
Bab 45 Hati Sukacita
46
Bab 46 Bulan Madu 1
47
Bab 47 Bulan Madu 2
48
Bab 48 Impian Naomi
49
Bab 49 Hari Bahagia Cici Dewangga
50
Bab 50 Seorang Saudara Tiri
51
Bab 51 Adik Tiri Lucknut
52
Bab 52 Sang Pemilik Hati
53
Bab 53 Malam Sepi
54
Bab 54 Terbang Ke Nirwana
55
Bab 55 Antara Benci Dan Suka
56
Bab 56 Keluarga Bahagia
57
Bab 57 Tamu Menyebalkan
58
Bab 58 Naomi Cemburu
59
Bab 59 Insiden Tabrakan
60
Bab 60 Aku Terima Lamaranmu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!