Setelah sarapan pagi selesai, Mini segera bersiap ke kampus. Menunggu suaminya yang agak lama di kamar mandi, ia pun mengaktifkan handphonenya kemudian membuka aplikasi chatnya. Bunyi klotok-klotok terdengar beruntun dari benda pipih itu.
Hal pertama yang dibukanya adalah percakapan temen-temen se gengnya.
Cici Dewangga 🌼: Selamat pagi dunia, Assalamualaikum.
Naomi Harun 🐌: Selamat pagi Ci' Waalaikumussalam.
Cici Dewangga 🌼: Balik kanan ke tempat tidur lagi yuks, Mak Jojoba sama pengantin baru kita masih dibawah selimut tuh.
Naomi Harun 🐌: Iya, ah gak seru. Mereka pada berselimutkan benda hidup, kita jeles. 🤣🤣🤣.
Mini Geraldine 🐭: Heh, aku udah siap ngampus kalian mau apa? Ribut banget.
Cici Dewangga 🌼: Cuman ngabsen doang. Emang gak boleh? 🤭
Naomi Harun 🐌: Eh, pengantin baru kok sensi banget sih kayak habis itu...🤭
Mini Geraldine 🐭: Habis apa? 😤😠
Cici Dewangga 🌼: Ya ampun, roman-romannya, nih orang benar-benar butuh air dingin nih. Emangnya kamu gak keramas tadi pagi Min?"
Mini Geraldine 🐭: Gak!!!! Ayo cepat bersiap. Aku udah mau berangkat nih.
Naomi Harun 🐌: Iya iya Mak cerewet. Kita udah lama siap nih. Kami tunggu di kampus ya, bye.
Cici Dewangga: Bye.
Gadis itu pun menutup aplikasi chatnya dengan tersenyum-senyum lucu. Keberadaan sahabatnya merupakan obat tersendiri buatnya ditengah kegalauannya dengan suaminya yang bagaikan manusia asing.
Ia pun melihat ke pintu kamar mandi karena mendengar suaminya sudah keluar dari tempat itu. Pria itu sudah berpakaian lengkap. Rupanya ia membawa baju ganti ke dalam kamar mandi itu. Sebuah jaket kulit berwarna hitam ia pakai dengan jins belel sebagai bawahannya. Untuk pertama kalinya Mini melihat pria itu memakai pakaian seperti itu. Ia semakin aneh saja rasanya. Akan tetapi penampilan pria itu jadi semakin keren dan juga tampan.
"Ada apa? Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya pria itu pada sang istri yang nampak bengong. Mini tidak menjawab. Perempuan cantik itu sepertinya sangat terpaku dan takjub menatapnya.
"Hey! Kamu lihat apa?!" tanyanya lagi karena Mini tak memberi respon. Perempuan itu tersentak kaget.
"Ah tidak kak. Kamu kelihatan berbeda banget," jawab Mini dengan pipi memerah karena malu kedapatan menatap suaminya sampai segitunya. Zion mengibaskan tangannya kemudian berucap, "Ah sudahlah. Kamu jam berapa masuknya?"
"Jam pertama Kak."
"Ya udah, kita berangkat sekarang." Pria itu pun berjalan lebih dulu keluar kamar yang diikuti oleh Mini dibelakangnya.
"Eh udah mau berangkat ya?" tanya Rossy dengan tatapan aneh pada putranya. Ia memandang Zion dari atas sampai ke bawah dengan dahi mengernyit heran.
Tak biasanya, ujarnya membatin.
"Iya Mi." Mini dan Zion menjawab bersamaan. Mereka pun menyalami Perempuan paruh baya itu kemudian keluar menuju pintu. Rossy hanya menggeleng-gelengkan kepalanya bingung dengan gaya berpakaian putra keduanya yang biasanya sangat rapih dan juga necis.
"Anak itu semakin aneh saja. Apa kepalanya perlu dibenturkan lagi, supaya ia ingat sama Mini? Heran, penyakit macam apa itu? lupa sama Mini doang Hhhh." Rossy mendengus kesal. Ia tak habis pikir dengan penyakit putranya itu.
Dua orang itu langsung meninggalkan sang mami menuju pintu depan tanpa ada yang berkomunikasi sama sekali. Mereka benar-benar seperti orang asing yang dipaksa untuk pergi bersama.
Keduanya akhirnya berdiri saja di depan beranda rumah itu. Di luar hujan sedangkan Zion hanya akan memakai motor. Hari ini adalah giliran Ferry yang akan memakai mobil satu-satunya peninggalan Ayah mereka.
"Kak, hujannya kayaknya awet nih. Apa aku pesan taksi saja ya?" Mini yang sudah lama menunggu hujan reda dalam keheningan akhirnya memberi usul. Zion tidak menjawab. Pandangannya lurus ke depan memandang tetesan air hujan yang nampaknya akan awet dan lama.
Mini hanya bisa menarik nafas panjang. Suaminya tidak merespon perkataannya itu berarti pria itu tidak setuju. Ia pun diam saja.
Lama mereka berdua berdiri disana dengan perasaan tak sabar dari perempuan itu. Berkali-kali ia melihat ke arah jam tangannya, tapi kondisi alam saat itu memaksanya untuk mengusulkan hal yang tadi.
"Aku pesan taksi aja ya kak. Waktunya udah mepet banget nih," ujarnya seraya menatap wajah suaminya yang nampak tanpa ekspresi itu.
"Gak perlu Min. Ikut saya saja bagaimana?" Ferry yang juga akan berangkat ke kantornya langsung berbaik hati ingin menawarkan bantuannya.
Mini menatap Zion, meminta izin. Tak ada respon samasekali. Hingga Mini menolak penawaran dari kakak iparnya itu.
"Gak usah bang terimakasih banyak. Aku ikut kak Iyon saja." Mini menolak dengan halus. Ia tersenyum dengan wajah tak nyaman.
"Yon. Kamu tega kalau istrimu terlambat? Lihat! Hujannya awet tuh. Bisa-bisa redanya saat sore tiba. Jadi kamu harusnya mengizinkannya ikut denganku." Zion tanpa sadar mengepalkan tangannya disisi kiri kanan tubuhnya. Ia tidak suka kalau kakaknya selalu saja ada diantara mereka berdua.
"Gak apa-apa kok bang. Aku juga udah biasa terlambat. Dosennya juga gak killer-killer amat." Mini kembali menolak dengan halus.
Entah kenapa aura wajah Zion tampak sangat gelap seperti itu dan ia sangat takut kalau suaminya akan lebih tidak mengenalnya lagi jika ia melakukan hal yang tidak disukainya.
"Ah ya baiklah. Saya pergi kalau begitu." Ferry pun naik di mobil itu kemudian menghidupkan mesinnya.
"Eh tunggu bang. Biarkan Mini ikut sama Abang." Zion langsung menghampiri mobil itu setelah sadar kalau ia telah membuat istrinya tegang karena penolakannya.
"Nah gitu kan lebih baik. Kamu memberikan kesempatan pada diriku untuk berbuat baik." senyum pria itu mengembang.
"Ah ya pergilah. Aku akan menjemputmu nanti." ujar Zion seraya membuka pintu mobil itu untuk istrinya. Mini tertegun selama beberapa detik. Ia belum juga naik ke mobil itu. Ia menatap suaminya yang juga menatapnya.
Deg
Mini merasa tatapan itu adalah tatapan suaminya yang sangat ia rindukan.
"Kenapa? Kamu mau hujan-hujanan denganku saja?"
"Eh?"
"Ayo buruan kita berangkat!" Terdengar suara Ferry dari dalam mobil dan terpaksa memutuskan tatapan keduanya.
"Naiklah. Aku akan menjemputmu nanti." Zion mempersilahkan dengan wajah kembali datar. Mini pun naik ke mobil itu dengan tarikan nafas beratnya.
Ia benar-benar bingung dengan apa yang telah terjadi di dalam keluarga ini.
🌻🌻🌻
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak author semangat updatenya okey.
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Langit Biru
yap aku juga bingung
2023-05-09
0
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
pasti mini lagi bawa batu di dadanya...
makanya tarikanya berattt
2023-05-07
0
Mammeng
ia..bingung jg amnesiax cuma satu orang aja nama yg hilang di otakx.....🤣
2023-05-05
0