"Bagaimana kabarmu?" sapa Tya seraya merangkul sahabatnya itu. "Kami baik-baik saja, Zoeya juga mulai membaik. Dia sudah mau makan dan mau berbicara dengan orang disekitarnya"
Tya sangat senang mendengar gadis kecil itu berangsur-angsur membaik, dalam hati ia mengucapkan syukur kepada Tuhan.
"Ael, Tama. Kemari sayang" panggil Tya sedikit berteriak. Putra sulungnya itu langsung menghampiri dimana Maminya berada.
"Kenapa Mam?" Tanya Tama.
"Ajaklah Zoeya bermain bersama kalian. Oh iya dimana adikmu?"
"Sorry Mam, sebentar lagi aku pergi les jadi tak bisa mengajaknya bermain. Kalau soal Ael tadi dia masuk ke kamar entah sedang apa"
Tya mengangguk mengerti "Yasudah cepatlah bersiap sayang nanti kamu terlambat" Tama pun mengiyakan dan pergi ke kamarnya.
Setelah itu Tya mengajak Zoeya untuk menemui Rafael di kamar, dan Zoeya kecil pun menyetujuinya. Tya terkejut kala melihat Rafael sedang sembunyi-sembunyi memakan coklat. "Ohh jadi disini kamu bersembunyi. Ayo kemari anak nakal" Tya menggandeng tangan putranya dan menyeretnya keluar diikuti oleh Zoeya di belakangnya.
"Berapa kali Mami bilang kamu ga boleh makan coklat! Sekarang jujur sama Mami siapa yang kasih kamu coklat?" Tanyanya menahan kesal.
Rafael mencoba mengalihkan pandangan, dan ia pun bertatapan dengan Zoeya.
"Jawab pertanyaan Mami" lanjutnya tegas.
"Papi" sahut Rafael singkat lalu menunduk.
Tya menghela nafas panjang "Kamu Mami hukum karena sudah melanggar aturan yang Mami buat. Jatah nonton kartunmu hari ini & besok tidak ada. Dan ditambah lagi hari ini kamu akan menemani Zoeya"
Rafael hanya menunjukkan ekspresi cemberutnya seperti tak terima namun ia tak bisa berbuat apa-apa.
"Silahkan jalani hukumanmu dengan menghabiskan waktu untuk belajar. Dan untuk Zoeya kalau kamu ngerasa jenuh bersama Rafael, kamu bisa temui Aunty ya sayang" Gadis itu mengangguk kecil dan memberikan senyuman tipis. Tya meninggalkan keduanya dan pergi menuju ruang tamu untuk menghabiskan waktu bersama sahabatnya.
"Payah" celetuk Rafael lalu masuk lagi ke kamarnya diikuti Zoeya di belakang dengan raut keheranan. "Hey tolong ambilkan aku air" ujarnya seraya menunjuk air yang berada di atas meja. Gadis itu mengerutkan keningnya dan ikut melirik ke atas meja. "Kamu nyuruh aku?" Tanyanya bingung.
"Ya siapa lagi? Kamu pikir aku menyuruh cicak di dinding itu untuk mengambil air" sahut Rafael dan menunjuk kembali arah yang sama, lebih tepatnya menunjuk pada cicak yang memang berada dekat dengan meja.
Meskipun tahu Zoeya hanya diam saja dan lebih memilih duduk di sofa kecil yang berada disana tanpa menghiraukan perkataan Rafael.
"Hey apa kau tuli? Aku menyuruhmu apa tadi?" Zoeya hanya menatap sinis dan berkata "Aku bukan pembantumu"
Rafael tak mau kalah ia balas menatap gadis itu dengan sangat tajam. Setelah saling beradu tatap selama beberapa menit, Rafael menyadari sesuatu.
"Tunggu dulu, kamu anak yang dirawat itu kan? Ternyata kamu sudah sembuh. Memangnya kamu sakit apa sampai teriak histeris begitu?"
Zoeya menunjukkan ekspresi bingung "kapan? Aku tak pernah di rawat. Ini pun pertama kalinya bertemu denganmu" ucapnya mengelak tak percaya. Rafael tertawa kecil kemudian ia tersenyum "Haha dasar pembohong, kenapa juga kamu tak mau ngaku" sindir Rafael lalu bangkit dan mengambil buku-bukunya.
Ia mulai membaca sambil memakan permen karetnya, sesekali ia tiup dan permennya mengembang seperti balon. Gadis itu jadi penasaran dan tertarik untuk membaca juga,
Ia mengambil satu buku yang berada di rak buku milik Rafael. "Aku pinjam bukumu ya"
"Ya, ya ambil saja gadis pembohong"
Zoeya kembali menatap Rafael dengan perasaan kesal. "Aku bukan pembohong! Kamu yang berbohong"
Rafael membuat ekspresi takjub "Woah kau ternyata pintar juga memutar balikkan fakta"
Gadis kecil itu semakin kesal dan memilih untuk diam dan tak mau berbicara lagi dengan Rafael. Sedangkan Rafael tersenyum tipis karena sangat senang membuat gadis itu kesal.
Ia teringat percakapannya dengan sang Mami yang menyuruhnya berteman baik dengan Zoeya. Baginya inilah yang di namakan teman baik, membuat teman kesal, menjahilinya, dan membuatnya menangis.
Dengan kejahilan dan kenakalannya Rafael diam-diam menempelkan permen karet di rambut Zoeya, ia pun terkikik lalu berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Zoeya yang masih tak sadar hanya menatap Rafael keheranan. "Kenapa kau tertawa sendiri? Dasar aneh" Tanyanya heran, Rafael hanya diam tak menjawab lalu ia pergi untuk mengambil cemilan sambil menahan tawa.
Saat Zoeya ingin bersandar pada tembok di belakangnya ia merasa ada sesuatu di rambutnya. Ia terkejut hingga ternganga melihat rambut panjangnya melekat bersama permen karet. Wajahnya memerah menahan kesal.
Selagi Rafael tak ada ia akan membalas dendam padanya pikir gadis itu. Ia memiliki rencana di dalam kepalanya. Beberapa menit kemudian Rafael masuk dengan membawa beberapa camilan, kemudian ia duduk di kursinya.
"Kenapa kau menatapku? Kau mau?"
Gadis itu hanya diam membisu dan menatap tajam.
"By the way, kau tidak papakan?" Tanya Rafael basa basi sambil melirik rambut Zoeya. Gadis cantik itu tersenyum kecut lalu membuang mukanya.
Rafael terkekeh namun saat ia akan bangkit dari duduknya, ia tidak bisa. Rafael masih berusaha untuk melepaskan kursi itu dari bokongnya tapi tetap tidak bisa. Ia pun beralih menatap Zoeya penuh kecurigaan bahwa ini merupakan ulahnya untuk membalas dendam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Cokies🐇
Bercandaan jaman sekolah nih naro permen karet di rambut dan akhirnya harus potong rambut gara" gabisa ilang 😭
2023-08-13
1
Penulis Amatir
Hai thor. sedikit saran, untuk ucapan /kalimat dari karakter yg berbeda, lebih baik pakai paragraf baru. usahakan satu paragraf untuk 1 karkater yg bicara supaya lebih gampang dimengerti dan lebih rapi. 🤗🤗
2023-07-26
2
Ara Julyana
hahahaha udah di lem bokongnya di kursi itu,,,usil banget sih zoeya😊
2023-07-15
1