Rafael berlari begitu kencangnya hingga seragamnya berantakan, ia tak tahu berada di mana tapi ia tak peduli dan terus berlari sambil menggendong tas sekolahnya. Sesekali ia melirik ke belakang melihat apakah orang-orang itu masih mengejarnya.
Untungnya ada jalanan pertigaan di sana, Rafael mengambil jalur arah kanan yang ternyata jalan itu mengarah pada sebuah bangunan sekolah. Dalam hatinya ia mengucap syukur, akhirnya ia bisa bersembunyi sementara.
Kondisi disana ramai sekali karena saat itu waktu istirahat, Rafael ikut berbaur dengan segerombolan anak-anak lain yang berdesakan ingin jajan. Mumpung ada kesempatan anak itu merapihkan kembali bajunya, Rafael terlalu sibuk membereskan pakaiannya yang terlihat berantakan. Hingga ia tak sadar telah menabrak seseorang.
"Aaw" jerit pelan suara gadis. Rafael agak mundur kebelakang karna terkejut saat menabraknya, lalu ia menatap siapa gadis yang menjerit itu. Ternyata gadis itu adalah Zoeya.
"Kau.." ucapnya terkejut. Zoeya pun sama terkejutnya.
"Mau apa kau disini?" Tanya Zoeya dengan nada tak ramah. Rafael celingukan apakah orang-orang itu mengejarnya sampai disini. Dan benar saja beberapa orang masih mencarinya.
"Kali ini kau harus membantuku" ujarnya tergesa-gesa, Rafael menarik tangan Zoeya untuk ikut bersamanya.
Gadis itu meronta berusaha melepaskan genggaman Rafael "Lepaskan, kau mau bawa aku kemana"
"Ssssttt diam"
Mereka menemukan tempat persembunyian yang tak jauh dari sekolahan itu. Rafael menarik Zoeya untuk bersembunyi bersamanya, namun Zoeya yang kehilangan keseimbangan jadi terjatuh dan membuat baju seragamnya kotor.
"Sebenarnya kau ini kenapa" ucap Zoeya lantang karna kesal.
Langsung saja mulutnya itu dibekap oleh tangan Rafael. "Jangan berisik, ssttt"
"Kuberitahu intinya, aku ni dalam bahaya. Kau lihat orang-orang berjaket kulit disana. Mereka itu para preman yang mengejarku" Zoeya melihat ke arah yang ditunjuk Rafael ikut mengintip.
"Kenapa mereka mengejarmu?"
"Dasar bodoh ya karna mau menculik dan menjualku"
"Menjual? Memangnya kau laku?"
Entah kenapa Rafael jadi kesal mendengar perkataan Zoeya.
"Oh halo.. asal kau tau semenjak umurku 3 tahun. Aku menjadi incaran para penculik, aku sudah sering menghadapi situasi seperti ini" ujar Rafael berbangga diri.
"Lalu kau hanya melarikan diri?" tanya gadis itu dengan nada meremehkan.
"T-Tentu saja, kau pikir aku menyerahkan diri pada mereka begitu? Semua bagian tubuhku ini berharga"
Zoeya melepaskan tawanya hingga Rafael membekapnya lagi.
"Dasar gadis tidak waras nanti mereka tau" omel Rafael.
Zoeya tak menggubris omelan Rafael, ia masih menertawakan Rafael yang menurutnya payah.
"Hmm yah memang sih.. kau kan payah jadi tak bisa melawan dan hanya bisa melarikan diri"
Rafael menatap sinis gadis di hadapannya rasanya ia ingin menempelkan permen karet lagi di rambutnya.
Namun Rafael tak habis akal, ia tetap melancarkan kejahilannya dengan sebuah arang yang berada di pojokan. Ia mengambilnya sedikit. Kemudian anak itu bersandiwara agar Zoeya tak menyadarinya.
"Hey wajahmu terkena debu, kemari biar aku bersihkan" Gadis itu menurut saja dan membiarkan Rafael membersihkan wajahnya, rencana Rafael berjalan mulus dan sempurna.
"Hey Rafael dengar ya soal kau menjadi incaran penculik sejak umur 3 tahun. Jangan terlalu bangga, karena penculik itu mencari anak-anak yang gampang di bodohi. Nah wajahmu ini terlihat bodoh makanya mereka mengincarmu" celetuk gadis itu dengan tawa yang puas.
Wajah Rafael benar-benar masam, ia pun menatap Zoeya dengan perasaan jengkel.
"Puas puaslah kau tertawa, kalau sampai mereka melihatmu pasti kau pun jadi incaran terbaru mereka" Rafael berpindah tempat sembunyi dan meninggalkan Zoeya begitu saja. Gadis itu berpikir untuk apa dirinya berada disini bersama Rafael, lebih baik ia pergi dan kembali ke sekolah.
Saat sudah sampai luar dan hampir mendekati sekolahnya, ia terkejut melihat para preman yang mengejar Rafael berada di hadapannya. Mereka berbisik-bisik tapi masih terdengar dengan Zoeya. "Kalau tidak menemukan anak tadi, lebih baik beri dia saja bos" begitulah yang ia dengar. Reflek ia berlari sambil memanggil-manggil Rafael.
"Huaaaa Rafael tolooong Rafael Rafael Rafael" ia kembali ke tempat persembunyian yang tadi dengan berurai air mata. Zoeya mencari cari Rafael kesana kemari dan saat ia berbalik ke belakang Rafael menatapnya dengan tersenyum. Gadis itu langsung menghampirinya.
"M-mereka ada disana, mereka mau menculikku juga" ucapnya terbata-bata. "HAHAHAHAH" Rafael tertawa jahat, penuh kepuasan.
"Ini bukan waktunya tertawa, ayo kita pergi dari sini sebelum mereka menemukan kita" gadis itu menarik tangan Rafael untuk mengajaknya pergi. Namun langkah Zoeya terhenti ketika di hadapan mereka sudah berdiri orang-orang tadi.
Zoeya langsung bersembunyi di belakang Rafael, ia memegang baju Rafael begitu erat. Sedangkan orang-orang itu menunjukkan ekspresi bingung, Tapi ketika melihat wajah Rafael mereka pun terlihat gembira.
"Akhirnya kami menemukanmu" ucap salah satu dari mereka yang paling berpakaian nyentrik. Rafael berjalan mundur dengan mata penuh kewaspadaan bagai anak kucing yang sedang merasa terancam.
"Jangan mendekat!"
Melihat reaksi Rafael mereka pun jadi heran. "Kami tidak berniat jahat. Sungguh. Kami hanya ingin mengembalikan uangmu yang jatuh makanya tadi kami mengejarmu"
"T-tapi tadi kalian berbisik 'Kalau tidak menemukan anak tadi, lebih baik beri dia saja bos' itu yang kalian katakan saat bertemu denganku" Mereka tertawa mendengar penjelasan Zoeya yang ternyata salah paham.
"Maaf ya adik kecil, kami pikir tadi kamu anak yang kurang mampu dan kelaparan. Jadi kalau tidak bertemu anak ini lebih baik kami beri saja uangnya padamu" jawab salah satu dari mereka yang berambut jabrik.
"Pffftt" Rafael menahan tawanya, sedangkan Zoeya yang dibilang anak kurang mampu hanya bisa berwajah masam. Sesekali ia membersihkan bajunya yang terlihat kotor. Ia memeriksa wajahnya yang ternyata belepotan dengan sesuatu seperti arang atau entahlah apa.
Rafael semakin tak bisa menahan tawanya, ia pun tertawa terbahak-bahak. Ternyata yang membuat wajahnya belepotan adalah Rafael, ialah pelakunya. Padahal saat itu situasi genting tapi ia masih kepikiran untuk melanjutkan kejahilannya. Zoeya tak habis pikir dengan tingkah Rafael.
Orang-orang itu mengembalikan uang Rafael dan pergi begitu saja seperti di telan bumi, begitu cepat mereka mengejar dan mereka juga cepat menghilang. "mereka cepat sekali menghilang padahal aku belum berterimakasih" batin Rafael.
Rafael begitu senang uangnya kembali, ia pun segera membuka uang yang terlipat-lipat seperti kertas contekan itu.
"Lho? harusnya 100 ribu, tapi ini 50 ribu"
Zoeya dan Rafael saling bertatapan,
"Berarti mereka..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Cokies🐇
wah dikuntit 🤣
2023-08-17
1
Ara Julyana
hahaha....disini aku ngakak pas baca nya " menjual? Memang kau laku?" astaga kasihan rafael....😅😅😅
2023-07-16
1
Doubi
Si Ael kecilnya ceria bener, ta-tapi di blurb cerita kok bedaaa ...🫂😭
2023-07-06
1