acara Kantor

Di tengah keramaian seperti sekarang membuat praya merasa pusing, ia tidak tahan berada di tengah keramaian.

"Ayu kita balik Yo, aku pusing banget"

"kita makan dulu ya, Aku lapar, kali aja pusing kamu hilang setelah makan" Praya mengangguk. mereka menuju meja prasmanan yang sudah di sediakan.

mereka duduk di kursi paling pojok atas permintaan Praya.

"Praya, cobain deh gado-gado nya , enak banget ... aku nggak bohong"

"aku alergi kacang , bisa mati sesak nafas kalau sampai kemakan kacang " ucap Praya sembari menyunggingkan senyum.

"serius?"

"He em, pernah waktu di pantai aku nggak sengaja makan kue yang ternyata di dalamnya ada campuran kacangnya, kata ibu pantai waktu itu, aku benar-benar hampir meninggal, rasanya tenggorokan ku itu kebakar yu, nggak ada jalan nafas kaya... ketutup gitu"

"parah banget berarti " ucap ayu merasa ngeri dengan cerita Praya.

"he em"

"bahkan aku udah lupa gimana rasanya kacang "

keduanya kembali melanjutkan menghabiskan makanan mereka, dari kejauhan Bara terus mencuri pandang pada istri kecilnya yang terlihat begitu cantik dengan gaun putih tulangnya.

pesan masuk dari bara membuat Praya tersenyum lebar.

*"ternyata kamu datang juga"

"iya, tadi di ajakin ayu, awalnya males banget, tapi ayu maksa"

"kamu cantik dengan baju itu, belilah lagi baju dengan uang yang saya kasih, kamu cocok menggunakan dress seperti itu"

"apaan, ini baju punya ku sendiri, bukannya beli dari uang bayaran tubuhku, enak aja" batin Praya menggerutu tidak terima.

"pulang sama siapa?"

"sama ayu"

"nggak usah pulang, kita nginep di hotel, nanti kamu tunggu saya di kamar hotel nomor 23 di lantai dua, saya antar Dista dulu, saya ingin tidur dengan mu malam ini" Praya memutar matanya jengah setelah membaca pesan masuk dari bara.

"iyaa"

"kamu bawa obat nya "

"mas, aku datang ke acara ini buat bisa makan enak, bukan buat melayani kamu, aku nggak ada keperluan sampai harus bawa obat itu dengan ku" kesal praya pada akhirnya, sungguh ia kesal dengan suaminya, bara Hanya membicarakan tidur, tidur, tidur setiap kali mereka bertemu, padahal Praya juga ingin merasa di perhatikan, setidaknya tanyakan kabar untuk basa basi saja sudah sangat membuatnya bahagia.

"baiklah, saya akan beli pas ngantar Dista pulang nanti"

"terserah " batin Praya lagi.

"kamu cantik banget Praya, aku nggak bohong"

"cantik dan bikin kamu nafsu " lagi-lagi kekesalannya itu hanya tertahan di hatinya saja.

"tunggu saya di kamar hotel"

"Hem" jawab Praya seadanya, sudah tidak ada lagi pesan balasan dari bara.

"aku benar-benar istri yang ia gunain buat memuaskan nafsu nya aja" gerutu Praya pelan, tapi Ayu masih bisa mendengar ucapannya samar.

"kamu ngomong apa tadi Praya, aku nggak salah dengar, istri pemuas nafsu?" Praya kesulitan menegak salivanya, ia jadi kalang kabut.

"ii--ini yu, aku baca novel di aplikasi novel toon judulnya, istri pemuas nafsu sang suami, hahaha ii--iya itu"

"ooh, novel to, aku kirain kamu"kekeh ayu merasa lucu.

"ngaur kamu yu" Praya mengelus dadanya merasa lega, untung saja ayu percaya.

...

"kamu yakin pulang sendiri?"

"iyaa, aku yakin "

"tapi ini sudah tengah malam Praya, bahaya "

"nggak papa yu, aku sudah biasa pulang malam sendirian "

"ya udah kalau ada apa-apa langsung hubungi aku ya, aku pulang dulu, assalamualaikum "

"waalaikumsallam "

...

Praya sampai ketiduran menunggu bara yang tak kunjung datang.

pria itu baru saja mengantar Dista pulang, ia bergegas kembali ke hotel untuk menemui istri kecilnya, bara buka jas dan ia lempar begitu aja ke atas sofa.

bara melihat Praya yang sudah tidur membelakanginya, ia ikut bergabung di dalam selimut yang Praya gunakan, bara merapikan rambut Praya yang menutupi wajah.

"kamu sudah tidur, hm" bisik bara di telinga Praya, Praya langsung terbangun mendengar suara berat suaminya.

"aku sampai ketiduran nunggu kamu datang" Praya berbalik menghadap bara, ia peluk pria itu.

"maaf, saya harus nunggu semua tamu pulang, nggak enak ninggalin mereka gitu aja" bara mengusap bagian belakang kepala Praya.

"aku mau kamu malam ini, Praya" bisik bara lagi yang membuat bulu Kuduk Praya meremang.

"kan tujuan mas meminta aku tidur di hotel ya itu, mas"

"pintar" bara tarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh mereka berdua.

....

"ini uang mu, belilah pakaian yang serupa dengan yang kamu pakai, saya suka melihatnya" bara letakkan uang lembaran merah di atas Nakas, ini belum pagi, baru jam 3 subuh, selesai memuaskan keinginannya, bara bergegas membersihkan diri dan siap untuk pulang ke rumahnya.

"mas, nggak tidur di sini aja"

"nggak, saya harus pulang".

"mas tidur di sini aja, ya... please"

"jangan memaksakan kehendak mu Praya, masih sukur saya datang"

"sukur di kamu, buntung di aku" batin Praya.

"saya pulang, assalamualaikum"

"waalaikumsallam, hati-hati mas" bara mengabaikan ucapan Praya, wanita itu metatap Nanar uang di atas Nakas

"uang hasil jual diri gue tu" monolog Praya dengan senyum penuh luka.

....

Praya pulang setelah sholat subuh, ia ada shift pagi, jadi harus segera kekantor.

sesampainya di rumah, Praya bergegas menyiapkan sarapan dan bekalnya. Praya menatap bagian lehernya, ada bekas yang bara tinggalkan di sana

"sudah di bilang jangan ninggalin bekas, keras kepala banget sih" kesal Praya, ia harus bekerja pagi, sedangkan tanda kebiruan di lehernya masih nampak jelas, orang-orang akan berpikir yang tidak-tidak setelah melihatnya, terpaksa Praya harus menutupinya dengan memberikan konsailer di sana.

selesai sudah semuanya, Praya sudah siap untuk bekerja.

"Bismillah tahun ini kebeli motor, biar nggak perlu naik angkutan umum lagi, bismillahirrahmanirrahim... ayo Praya semangat"

Saat menyusuri jalan mencari angkutan umum, Praya melihat seorang anak kecil yang duduk di depan toko yang masih tutup, sungguh iba hati Praya jika sudah melihat hal-hal seperti ini, Praya hampiri anak kecil itu

"de, hey... kamu tidur " anak kecil tersebut mengangkat kepalanya, wajahnya pucat Pasih

"kamu sakit de" panik Praya

"enggak ka, kepala aku pusing aja, dari kemarin belum makan apapun "

"ya Allah ini ini..." Praya membuka kotak bekal miliknya.

"ini makan nasi Kaka "

"untuk aku ka?"

"iya untuk kamu, di makan de, biar pusingnya berkurang "

"makasih banyak ya, ka"

"iyaa" dengan tergesa-gesa anak kecil itu melahap nasi goreng buatan Praya, sungguh teriris hati Praya melihatnya.

"rumah kamu di mana, ini masih pagi sudah ada di jalan?"

"ada ka, aku lagi bantu bapak kerja jual koran "

"terus bapak kamu mana "

"tadi lagi pergi buat cari beras untuk ibu di rumah " Praya mengenadah Matanya yang mulai berkaca-kaca, ternyata masih ada orang yang lebih susah kehidupannya darinya, mungkin banyak lagi di luar sana, Praya selalu merasa ia anak yang paling tidak beruntung di dunia, sejak kecil tidak pernah mendapatkan kasih sayang orang tua, tidak tau gimana rasanya di manja orang tua, dari kecil Praya di haruskan menjadi lebih kuat dari usianya, di paksa dewasa oleh keadaan yang selalu menuntutnya, harus banting tulang biar bisa makan dan harus mengubur dalam impiannya karena keterbatasan biaya.

Praya membantu anak kecil itu merapikan kembali kotak bekalnya, ia usap kepala anak kecil itu penuh sayang.

"dek, Kaka punya uang sedikit buat kamu, nanti di pakai buat beli lauk ya" Praya memberikan dua lembar uang merah kepada anak tersebut.

"makasih banyak ya ka" Praya tersenyum dan pergi dari sana, Praya memang bukan orang kaya, kehidupannya begitu pas-pasan, Praya tidak pernah menunggu punya uang banyak baru bersedekah, jika Memang ada yang bisa ia berikan untuk membantu meringankan beban orang lain, maka Praya dengan lapang dada membantunya, membantu tidak melulu dengan harta atau uang, bisa juga dengan tenaga dan waktu yang kita miliki. membantu tidak harus diukur berapa besar nominal yang kita berikan tapi berapa ikhlas kita berikan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!