perbedaan status

"assalamualaikum, sayang, mas pulang" dengan wajah bahagia bara menemui wanita yang duduk di kursi roda depan rambut tergerai indah.

"waalaikumsallam, mas tumben pulangnya lambat, banyak kerjaan ya" ia arahkan tangannya untuk di cium Dista istrinya. bara cium penuh cinta kening Dista sebagai balasan.

"iya sayang,mas harus ngerjain beberapa laporan, jadi deh pulangnya Kemalaman" bara berucap jujur, memang ia lembur untuk memeriksa semua laporan yang masuk termasuk mempersiapkan untuk acara pembukaan cabang perusahaannya besok, ia tidak ada bertemu Praya sama sekali.

"mas ada hadiah untuk kamu" ucap bara antusias

"wah, apa tuh... mana sini hadiahnya"

"tada, hadiah untuk kesayangan mas"

"makasih mas" walaupun berada di kursi roda, Dista tetap berusaha untuk memeluk suaminya, bara usap bagian belakang sang istri, dan ia lepas pelukan Dista di perutnya, bara duduk untuk menyamakan tingginya dengan Dista.

"buat di pakai besok ke acara kantor" ucap bara, wajah wanita yang tadi sumringah berubah murung

"hey, kenapa sayang, ada yang sakit"

"mas, aku cacat mas, aku bukan istri yang sempurna untuk mas, aku nggak pantas buat hadir di acara mas, sebaiknya aku nggak usah hadir aja, takut bikin mas malu sama keadaan ku yang cacat in" Pradista menunduk dengan meremas dres berwarna putih tulang pemberian sang suami di atas pangkuannya.

"sayang, kamu sempurna di mata mas, kamu istimewa di mata mas, mas nggak peduli sama sekali dengan keadaan kamu, bagi mas bisa hidup dengan mu... sudah sangat mas syukuri dalam hidup mas.... wanita baik, bahagianya kamu, bahagianya mas, jadi mas minta jangan pernah ngomong kaya gitu lagi " bara mengangkat Dista dan ia dudukkan di pangkuannya, Dista merangkul erat leher bara begitu juga dengan bara memeluk erat tubuh istrinya.

"kesayangan mas, cantiknya mas"

"makasih ya mas sudah mau menerima semua kekurangan aku"

"mas juga mau bilang makasih karena kamu juga sudah mau menerima semua kekurangan mas"

"aku mau ke acara mas nanti malam "

"serius?"

"iyaa, aku serius "

"baiklah, sekarang kita makan lalu minum obat dan tidur " Bara mendorong kursi roda istrinya menuju meja makan.

...

"semuanya?"

"iya semua pegawai yang kerja di perusahaan ini di minta datang, termasuk kita" jelas ayu

"ah, malas banget yu, yang datang pasti orang-orang kaya, gue juga nggak punya baju yang cocok untuk di pakai "

"nggak usah mikirin baju, tempat kita pasti bakal di bedain dari mereka, ya kita bakalan ngumpul sama orang-orang biasa dan baju kita pun sebelas dua belas sama mereka, jadi nggak usah minder, yaa... please kita pergi yaa, please " Praya mendengus kesal kemudian mengangguk, ayu keriangan dan memeluk sahabatnya.

"sayang Praya " ucap ayu tulus.

malam harinya, Praya sibuk memilih baju yang cocok ia gunakan di acara pembukaan cabang baru perusahaan bara, tidak ada ia punya baju yang Cocok untuk ke acara malam itu.

tangannya meraih satu dress berwarna putih tulang dari dalam lemarinya.

"apa pakai yang ini aja" di pandanginya dres putih pemberian Seseorang di masa lalunya, dress mahal yang masih ia simpan sampai sekarang.

"tapi kan... ah bodoh ah, tu Orang cuman masalalu, dress nya juga terlalu mahal untuk di buang, anggap aja kenang-kenangan" diangkatnya bahunya acuh

Praya sudah siap, makeup tipis di wajah di padukan dress putih tulang polos tapi memiliki kesan mewah membuatnya seperti gadis dua puluh dua tahun seusianya, padahal ia seorang wanita yang sudah menikah, kulit putih bersihnya seakan menyatu dengan dress yang ia kenakan, mungkin sekilas orang-orang tidak percaya jika Praya adalah wanita sebatang kara dan hanya seorang cleaning servis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

"iya, aku sudah siap"

"baiklah, aku otw"

dengan menggunakan sepeda motor milik ayu, keduanya berangkat ke hotel tempat acara berlangsung. sesampainya mereka di sana, mereka harus menunjukkan kartu identitas agar bisa masuk kedalam.

saat mereka sedang memeriksakan identitas diri, mobil mewah yang Praya kenali milik siapa tiba. Praya tersenyum lebar saat ia bisa pastikan jika mobil itu milik Suaminya. senyumnya seketika luntur saat pria itu mendorong kursi roda kosong menuju pintu mobil satunya, ia bantu seorang wanita untuk duduk di kursi rodanya, Bara juga membubuhkan tanda Cintanya di kening istrinya.

"cantik kan istrinya bos, tapi sayang... ya gitulah" ayu mengira sahabatnya itu memandang biasa saja pada bos dan istrinya, mana ayu tau Jika Praya merasa cemburu dengan kedekatan mereka, tapi Praya sadar diri posisinya dimana, sejak awal menikah pun bara sudah mengatakan semuanya pada Praya dan Praya memilih melanjutkan pernikahannya dan inilah resiko dari keputusan yang ia ambil. bara belum menyadari kehadiran Praya di antara orang-orang yang berdiri menantikan kehadiran dirinya dan Dista sang istri, Praya bersembunyi dari balik Tubuh Seseorang agar bara tidak menyadari kehadirannya.

"pra, ayo" ajak ayu setelah memastikan bos dan istrinya Sunda masuk"

"ii--iya" Praya terus memegangi tali tas rajut yang ia kenakan.

Praya memiliki kenangan buruk di acara pesta orang-orang kaya, itu juga alasan kenapa ia menolak untuk datang ke acara tersebut, bukan Hanya karena baju semata, Praya bukanlah wanita miskin yang ingin terlihat kaya di antara orang-orang berada, tapi karena kenangan buruknya itu yang membuatnya sedikit takut untuk ikut menghadiri acara mewah, mungkin kenangan itu juga memiliki kaitan dengan baju yang ia kenakan.

"Praya, acaranya mewah banget ya"

"Hem, ii--iya"

"Praya kamu kenapa sih, dari tadi aku lihat kamu bengong aja"

"hah, enggak papa ko, aku nggak papa" Praya memaksakan senyum di hadapan ayu.

acara pun dimulai, bara berdiri di atas aula dengan bangganya.

"saya juga ingin berterima kasih kepada istri saya, yang dengan setia mendukung dan menemani di setiap proses karir saya" semua orang di sana bertepuk tangan untuk ucapan terimakasih yang bara tujukan untuk istri tercintanya, tapi tidak dengan Praya, dari kejauhan, wanita muda itu memandangi wajah suaminya yang selalu tersenyum hangat pada wanita cantik berhijab yang duduk di kursi rodanya, berbeda sekali jika sudah dengannya, bara Hanya menunjukan wajah dinginnya, tapi kalau sudah ada maunya ekspresi itu berubah bringas, layaknya seekor kucing yang berhasil mendapatkan tikus untuk di mangsa.

"bawa istri ku naik ke atas panggung" pinta bara pada seseorang yang dengan setia memegangi kursi roda Dista. sesampainya di atas panggung...bara langsung duduk bersimpuh di hadapan Dista, dengan di saksikan banyak pasang mata, bara tanpa ragu mencium kening istrinya sebagai bentuk rasa cinta juga syukur.

"terimakasih istri ku" bara memeluk erat Dista. semua tamu undangan kembali bertepuk tangan dengan meriah

selesai acara sambutan dari pemilik perusahaan, selanjutnya pemotongan pita sebagai simbol di mulainya perusahaan baru mereka.

bara letakkan gunting di tangan sang istri, kemudian tangan itu ia genggam untuk sama-sama memotong pita peresmiannya.

bara menyambut baik semua jabat tangan dari rekan bisnisnya setelah pemotongan pita di lakukan, di tengah asiknya ia berjabat tangan dengan orang-orang penting itu, bara menyadari kehadiran Praya di bagian paling belakang tamu undangannya.

"Praya" monolog bara, Praya tidak tau jika bara sudah menyadari kehadirannya di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!