Pernikahan sederhana yang di laksanakan di kau saja, Bara meminta Praya menyembunyikan statusnya sebagai istrinya, tidak boleh ada yang tau mengenai pernikahan mereka, setelah akad Bara membawa Praya ke hotel untuk melakukan malam pertama mereka, Praya sudah menunggu dengan baju lingerie seksi yang Bara berikan untuknya, Praya menunggu takut suaminya keluar dari kamar mandi, Praya menegak salivanya saat ia lihat dari pantulan cermin Bara keluar dari kamar mandi Hanya menggunakan handuk yang melilit pinggangnya.
punggung polos Praya membuat Edgar tak tahan untuk menyentuhnya.
"Praya, kau sudah siap untuk malam yang panjang ini?"
"i--iya mas, aku sudah siap"
"gadis pintar, jika seperti itu kemarilah, Praya" dengan kaki gemetar Praya mendekati Bara, Bara mengangkat tubuh Praya dan meletakkannya di atas ranjang.
...
Praya menggeliat Di dalam tidurnya, sekujur tubuhnya terasa ngilu apalagi dipusat tubuhnya, sudah tidak lagi ia temukan Bara di sampingnya, kemana suaminya pergi sepagi ini.
"akh, sakit sekali" Praya memasang kembali lingerie nya yang tergeletak di lantai, ia duduk di pinggir ranjang menunggu kedatangan Bara yang pergi entah kemana.
"kau sudah bangun" Praya berpaling menatap E
Bara
"mas dari mana?" Bara tidak menjawab ia memberikan sesuatu untuk Praya
"minum ini"
"apa itu mas?"
"obat pencegah kehamilan"
"obat pencegah kehamilan?"
"iya, minumlah cepat, saya tidak ingin anak saya tumbuh di rahim mu itu" ucap Edgar dingin
"tapi kenapa mas, aku tidak ingin meminumnya, tidak masalah juga aku hamil, kita sudah menikah"
"tapi saya tidak menginginkan seorang anak dari Wanita kelas rendah seperti kamu, Praya. saya menikahi kamu Hanya untuk menjadi teman tidur, jadi mengertilah posisi mu itu" bagaikan ada sesuatu yang menghunus hatinya, rasanya sakit sekali saat Bara mengatakan hal itu padanya.
"MINUMLAH PRAYA" Praya terkejut mendengar bentakan Bara, terpaksa ia telan pil putih kecil untuk mencegah kehamilan.
"ini uang mu" Edgar melempar uang lembaran merah ke atas ranjang, Praya melirik uang merah yang berhamburan itu.
"itu bayaran untuk hasil kerja mu tadi malam, tubuh mu sangat nikmat Praya, tidak salah saya jadikan kau sebagai istri kedua ku, bersihkan dirimu dan kembali lah berkerja seperti biasa" Bara membayar lunas tubuh istrinya sendiri, Praya tidak bisa berkata-kata lagi selain menangis, ia tatap punggung pria itu yang mulai menjauh, bahkan Bara meninggalkannya begitu saja tanpa mau mengajaknya pulang bersama.
dengan tangan gemetar, Praya memunguti uang yang tadi di lempar Bara, ia masukkan uang yang Praya sendiri tidak tau berapa jumlahnya ke dalam tas.
...
Tidak ada yang berubah di hidup Praya, wanita muda itu tetaplah petugas kebersihan biasa, haya statusnya saja yang berubah tidak lebih. keringat di kening ia usap menggunakan punggung tangannya, sudah jam 11 siang, Praya bergegas pergi membuat minuman, praya rapikan dulu penampilannya, ia tidak ingin menemui suaminya dengan keadaan berantakan, praya juga menyemprotkan parfum ke tubuhnya.
jika sebelumnya Praya menunggu ijin dari bara barulah ia berani masuk, tapi sekarang Praya lebih berani, ia langsung masuk keruangan bara tanpa mengetuk pintu atau mengucapkan salam.
"Di mana sopan santun mu, apa kau lupa sedang memasuki ruangan siapa" bara berucap dingin mengintimidasi, tanpa ia lihat dulu siapa yang lancang masuk ke dalam ruangannya tanpa ijin.
"mas, ini aku Praya"
"kau"
"iya mas, aku bawakan kopi kesukaan an mu" ucap Praya berseri.
"letakkan di sana" selesai meletakkan kopinya, Praya menghampiri bara, ia rangkul leher bara dan meletakkan kepalanya di bahu pria itu, bara berdecak kesal.
"apa yang kau lakukan Praya" bara menyingkirkan tangan Praya dari pundaknya.
"aku ingin memelukmu mas"
"saya lagi kerja, kau kembalilah juga sana"
"kamu ngusir aku mas "
"bukan seperti itu, saya hanya meminta kamu buat kembali bekerja, saya juga ingin melanjutkan pekerjaan saya, ini juga belum Jam istirahat "
"aku sudah menyelesaikan pekerjaan ku mas, aku akan di sini menunggu mu selesai bekerja " Praya berpindah duduk di kursi depan memandangi wajah bara yang membuat pria itu kesal.
mendengar ketukan dari luar mereka berdua jadi kalang kabut, bara langsung berdiri menghampiri Praya dan menarik lengan wanita itu.
"mas sakit " keluh Praya karena bara terlalu kuat mencengkram.
"maaf, sekarang kamu keluar " dengan perasaan kesal Praya keluar dari ruangan suaminya, Praya sempat tersenyum pada seseorang yang sudah menunggu di depan pintu.
"masuk" perintah bara.
....
Praya tersenyum bahagia saat panggilan dari bara masuk ke ponselnya
"assalamualaikum, mas ada apa"
"kirim alamat rumah mu, saya ingin ke sana"
"mas mau kerumah ku?" Praya menatap ke sekelilingnya, rumah kecil yang Praya sewa dengan harga murah, tempat tidurnya dapurnya, ruang tamunya, semuanya menyatu di satu ruangan, hanya kamar mandi dan WC nya saja yang memiliki ruangan sendiri.
"Praya"
"ii--iya, mas... nanti aku kirim lewat pesan"
"ya sudah, istirahat lah, saya matikan telponnya, assalamualaikum"
"ma--mas... ya elah, belum juga ngomong sudah di matiin aja, untung sayang" Praya rebahkan tubuhnya di kasur kecil miliknya, ia teringat lagi perkataan bara sebelum akad nikah terucap dari pria itu.
flashback on
"Praya, saya harap kamu mengingat ini, jika saya menikah dengan mu Hanya untuk menjadikan mu teman tidur untuk ku, saya ingatkan padamu untuk tidak menuntut apapun pada saya, tidak untuk harta, kedudukan apa lagi cinta"
"kalau kamu ingin membatalkan pernikahan ini, silahkan" Praya meraih kedua tangan bara untuk ia genggam.
"mas, aku nggak akan pernah membatalkan pernikahan kita, jika memang itu yang mas minta, aku nggak akan menuntut apa-apa, karena aku menerima mas tulus dari hati ku, bukan karena harta, kedudukan, tapi untuk cinta, jangan pernah minta aku untuk berhenti mencintai kamu mas, dan jangan pernah halangi aku untuk berusaha membuat mas mencintai aku" Bara melepaskan genggaman tangan Praya, pria itu berjalan meninggalkan gadis Muda itu tanpa mengatakan sepatah katapun.
flashback off
"aku akan buat mas menerima ku, aku akan buat mas mencintai aku "
selang beberapa menit setelah ia mengirimkan alamat rumahnya pada bara, Seseorang mengetuk rumahnya, Praya mengintip melalui celah gorden, sungguh ia bahagia saat tau jika yang datang adalah suaminya.
"mas Raga" cepat-cepat Praya membukakan pintu untuk bara, Praya berlari layaknya seorang anak yang berlari menyambut ayahnya pulang.
"Maas, aku kangen" bara melepaskan pelukannya,ia rapikan jas yang tidak berantakan.
"masuk, nanti ada yang lihat "
"satai aja kali mas, aku juga sudah bilang ke tetangga kalau aku sudah nikah"
bara menatap keseluruhan ruangan persegi yang Praya sebut rumahnya itu, bahkan kemar mandinya saja lebih luas dari tempat tinggal Praya.
"mas mau minum apa, mas Suka teh atau kopi " tanya Praya antusias, Praya membantu bara melepaskan jasnya, Praya menggantung jas bara di gantungan baju di balik pintu.
"air putih aja"
"mas nggak mau minum teh, atau kopi"
"saya nggak biasa minum minuman murah sachet kaya gitu"
"oohh" sebenarnya hari Praya tersentak saat bara mengatakan hal itu, status mereka memang jauh berbeda, bara orang kaya sedangkan ia wanita sebatang kara, bisa makan dua kali sehari saja sudah syukur.
"saya mau mandi, apa ada air yang mengalir di sini"
"air di rumah ku air ledeng mas, mas bisa mandi di sana" Praya menunjuk pintu kecil di sisi sebelah kanan rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments