Nora sudah merekam pembicaraan Brox dan Bianca, lalu masuk kembali ke dalam kamar.
Ia berpura - pura tersenyum saat Bianca masuk, " Bianca, aku merindukanmu. Lama sekali, ya."
Bianca membalas senyuman sang Nyonya rumah, " Ya, Nyonya. Kami semua para staff rumah jga sangat merindukan Anda. Tuan Brox bilang Anda ingin membersihkan tubuh, biar aku bantu."
"Ya, tolong. Aku sangat lelah hari ini, mungkin karena sudah lama tidak melihat dunia luar."
"Bukankah beberapa minggu Anda kabur dari penjara, dimana Anda saat itu Nyonya?" tanya Bianca seraya mulai membuka pakaian Nora satu - persatu.
"Ah, itu. Aku hanya ingin menghirup udara luar, jadi bermain - main dengan temanku yang juga ingin kabur. Hihi, temanku itu sangat lucu... kabur saja ingin mengajakku. Kata dia, aku sudah seperti saudarinya jadi ingin selalu bersama."
"Oh, jadi dimana kalian waktu kabur itu?" tanya Bianca lagi, memancing tanpa mencurigakan. Ia masih penasaran saat polisi datang ke Mansion mencari keberadaan Ariana karena wanita itu kabur dari penjara. Ia dan Brox saat itu ketakutan, menduga Ariana mengetahui sesuatu lalu kabur untuk membalas dendam pada mereka tapi beberapa minggu kemudian pihak dari penjara mengatakan sudah menangkap kembali Ariana.
"Dimana - mana, aku dan temanku sangat menikmati saat itu. Tapi sayangnya, dia sudah meninggal."
"Meninggal?"
"Ya, temanku sakit asma sejak kecil. Dia meninggal karena penyakitnya," kuku Nora menusuk lengan Bianca.
"Aww!" pekik Bianca kesakitan.
"Ah, Bianca. Maaf... Aku tadi sedang memikirkan sesuatu yang membuatku marah," kilah Nora padahal ia sengaja menancapkan kukunya.
"Tidak apa - apa, Nyonya."
Wajah Bianca menunduk, wajahnya menggelap. Ia sudah muak harus kembali melayani Ariana.
"Bianca, sebelah sini," tunjuk Nora pada keteknya, ia mengangkat lengannya membuka lebar.
Bianca menahan kekesalannya, ia membersihkan bagian tubuh yang dutunjuk Ariana.
"Bianca, selama aku tidak ada... apa suamiku pernah terlihat membawa wanita lain?" tanya Nora menatap intens wanita brengsek di depannya.
"Tidak, Nyonya. Tuan Brox begitu setia menunggu Anda, tidak mungkin Tuan berselingkuh," Bianca menggeleng.
Cih! Saat waktunya tiba aku akan merobek mulutmu sampai kau bicara jujur akan kelakuan murahanmu! Nora bersumpah dalam hatinya.
Tak lama Bianca mengeringkan tubuh Nora, "Sudah selesai, Nyonya."
"Hm, terima kasih."
"Sayang, makanan sudah siap. Makan dulu, lalu kamu bisa istirahat," Brox berjalan masuk mendorong troley makanan.
"Makasih sayang, suapi aku..." kembali Nora bersikap manja, ia memperhatikan wajah Bianca tapi wanita itu hanya berwajah tenang.
Oh! Sudah bisa menjaga emosi di wajahnya! Wanita licik! Rutuk Nora.
Box duduk di pinggiran ranjang, mulai menyuapi istrinya. "Enak?"
"Sangat enak, di penjara aku sangat merindukan masakan Paman Toni. Dia Chef terbaik, itu pilihan Papa saat Papaku ada."
"Aku tau, sayang. Ayo habiskan," Brox terus menyuapi istrinya.
"Besok aku akan ke Perusahaan, siapkan meeting dengan para dewan," ujar Nora.
Brox terkejut, dia tidak menyangka istrinya akan secepat itu kembali ke Perusahaan. Dia belum membereskan kekacauannya dan menyembunyikan dana ilegal-nya.
"Tidak boleh, kamu masih harus istirahat sayang. Tunggu dua - tiga hari lagi, turuti aku kali ini. Aku mengkhawatirkan tubuhmu, kamu baru saja sehat," Brox mencari - cari alasan yang masuk akal.
"Kamu sangat mengkhawatirkan ku, perhatianmu membuatku semakin mencintaimu. Baiklah, sayang. Aku akan menuruti keinginanmu, kemarilah peluk aku."
Brox tersenyum senang, ternyata istrinya masih bodoh dan mudah sekali ditipu. Ia dengan semangat memeluk istrinya dibalas oleh istrinya dengan pelukan erat.
Bianca menancapkan kukunya cemburu, bagaimana pun ia sangat mencintai Brox sejak mereka berpacaran dulu. Ia yang lebih dulu dari Ariana, ia wanita pertama Brox. Ia bahkan sudah melahirkan anak lelaki itu, jadi bagaimana mungkin ia rela melepaskan Brox?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments