[SATC - 05]

"Sammy! Jadi pacar gue yok! Gue pastiin lo nggak bakalan absen makan cireng!" ujar seorang siswa dengan rambut berantakan dan duduk di bangku sudut belakang.

"Wooo! Bian-bian! Modal dong! Ya kali cewek secantik Sammy mau pacaran sama lo! Jajannya cireng lagi! Nggak modal banget! Skincare mahal boss!" sahut seorang perempuan yang baru saja selesai memoleskan lip tint di bibirnya.

"Heh, Dona! Diem lo! Ngomong aja kali lo cembukur lihat gue berpaling dari lo."

Sorakan terdengar dari beberapa siswa mendengar ucapan dari dua orang itu.

Bu Anita mengambil sikap untuk menenangkan keadaan kelas yang mulai rusuh. Selanjutnya, Sammy duduk di bangku kosong yang kebetulan itu adalah bangku di samping perempuan yang dipanggil Dona. Bu Anita telah pergi dari kelas karena ini juga bukan jamnya mengajar kelas itu.

"Hai, Sammy. Kenalin nama gue Dona Margaretha. Semoga kita bisa jadi temen deket. Kebetulan temen deket gue pindah sekolah jadi gue nggak punya temen yang deket. Tapi temen gue banyak kok," ujar Dona segera mengklarifikasi ketika mendengar suara batuk dari bangku di depannya.

"Hai, Dona. Semoga kita bisa jadi temen deket."

Suara deheman membuat Sammy berbalik dari posisinya yang menghadap ke arah Dona tadi.

"Kenalin Biantara Sagara, anak dari bapak Sagara terhormat. Kalau lo ada masalah sama hukum hubungi bapak gue aja, tapi kalau lo ada masalah sama hati, bisa hubungin gue. Ini nomor gue. Senang bisa satu kelas sama cewek secantik Sammy." Bian mengedipkan sebelah matanya pada Sammy setelah menyelesaikan kalimat perkenlannya yang panjang.

"Jangan di salamin! Lo tahu? Dia kalau habis cebok nggak cuci tangan. Kuman!" ujar Dona sembari menarik tangan Sammy yang akan terulur membalas uluran tangan Bian.

"Heh! Itu mulut kalau ngomong ya! Belum pernah di ***** lo?! Lagian gue cebok pake tangan kiri bukan kanan!" ujar Bian tanpa filter. Tangannya juga bergerak meraup wajah Dona membuat perempuan itu mencak-mencak.

"Tangan lo! Kenapa emang kalau gu belum pernah di *****?! Gue itu eksklusif ya! Nggak ada duanya! Bapak emak gue buat gue cuma satu bukan kembar!"

Suara pukulan nyaring ketika penggaris kayu bertemu dengan papan membuat ketiga orang yang duanya sedang beradu omong itu terperanjat kaget.

"APA YANG KALIAN OMONGIN ITU, HAH?!"

Mengerikan! Ini urgent! Sangat! Bagaimana mereka melupakan jika bel waktu pelajaran tadi tinggal beberapa menit akan berbunyi dan akan diisi oleh guru mengerikan yang mengampu pelajaran biologi itu.

"DUDUK DITEMPAT KAMU, BIAN!"

Bian yang namanya di sebut langsung berlari cepat menuju bangkunya.

"Kalian itu masih SMA! Belum lulus! Ngomongin yang kayak gitu kurang pantes, tau?! *****-*****! Kalau nanti merembet kemana-mana sampai hamil mau disuruh tanggung jawab?! Pipis masih belum lurus kebanyakan tingkah!"

"Kalau mau bahas itu, nanti kalau udah nikah! Masa depan kalian itu masih abu-abu, pembahasannya yang macam-macam! Ingat bahaya **** itu apa! Masih muda, nanti diomongin tetangga mental nggak kuat bunuh diri! Dikira ngebesarin anak-anak kayak kalian itu buat disuruh bunuh diri?! Nggak! Kalian itu di sekolahin, di sayang-sayang sejak kecil biar besarnya bisa lebih baik dari orang tua kalian. Dengar Bian, Dona?!"

Bian dan Dona mengangguk mendapat pertanyaan dari pak Cahyo.

"Kalian tau kan bahaya **** itu apa?!"

Secara serentak semua penghuni kelas menjawab bahwa mereka mengetahuinya.

Namanya itu pak Cahyo yang dalam bahasa Jawa bisa berarti cahaya atau terang, seterang kepalanya yang telah pelontos. Waktu seorang siswa dengan iseng bertanya kenapa, beliau menjawab jika terlalu banyak hal yang dipikirkannya salah satunya hutang. Tentunya itu bercanda. Walaupun terkenal garnag ketika mengajar, pak Cahyo terkenal dekat dengan murid-murid yang susah dibilangin. Dapat dilihat dari bagaimana beliau menasehati siswanya yang membicarakan hal yang tidak seharusnya. Keras namun semua tahu jika pak Cahyo sangat menyanyangi mereka dan tidak ingin muridnya terjerumus ke lubang yang salah.

"Oke, kita lanjut ke pembelajaran kita di bab reproduksi."

Sebelumnya tadi Sammy sudah diminta untuk memperkenalkan dirinya karena pak Cahyo yang belum mengenalnya.

...\=\=\=\=\=\=...

Sebuah keberuntungan memang untuk Dante pada saat kenaikan kelas dari kelas 11 ke kelas 12. Dante berada di kelas yang sama dengan Yola setelah diatur ulang dengan beberapa jenis penggolongan. Dante dan Yola juga duduk di bangku yang berdempetan.

"Yola? Kamu kenapa? Kepalanya pusing?" tanya Dante ketika melihat Yola memegangi kepalanya.

Saat ini adalah mata pelajaran kimia yang kata guru yang mengajar ketika beliau menjelaskan harus diperhatikan dan kunci dari pelajaran ini tidak hanya tahu rumus tapi tahu alur ceritanya. Memang tidak sesulit fisika yang memiliki rumus kompleks, namun kimia juga penting.

"Oh, nggak kok. Tadi malam kurang tidur aja," jawab Yola dan kembali duduk tegak memperhatikan guru di depan setelah menatap Dante beberapa detik.

"Jangan terlalu maksa buat belajar sampai tengah malam, tubuh kamu butuh istirahat," ujar Dante dengan mengusap rambut Yola.

"Tidur aja gih, biar aku tutupin. Atau mau ke UKS aja? Di sana lebih aman, aku ijinin."

Yola menolak dengan alasan hawa ruangan UKS terasa horor apalagi jika hanya dia seorang diri di sana. Akhirnya Dante yang duduk di dekat dinding menukar tempat duduknya dengan Yola. Menutupi Yola yang kini tidur dengan bantalan tangannya.

Nio yang mendengar percakapan dua sejoli itu mendengkus tidak suka. Ada yang dia ketahui tapi tidak Dante ketahui dan dia tidak mungkin memberitahu Dante tanpa bukti yang kuat. Sahabatnya sudah terlalu mencintai Yola.

Terpopuler

Comments

yoongi kocheng

yoongi kocheng

nah kenapa tuh?

2024-10-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!