Mengeluarkan pan dari dalam oven dengan tangannya langsung yang memegang kedua bagian pegangan pan yang dilapisi karet.
"Baked mac and cheese." Sammy membawa pan itu menuju meja makan yang berada di dekat dapur.
"Mau ikut makan?" Sammy menawarkan Dante yang berjalan mengikutinya.
"Boleh."
Melihat lelehan lelehan keju mozzarella yang menutupi macaroni membuat Dante tergiur untuk mencobanya.
Sammy kembali ke dapur untuk mengambil dua piring dan dua sendok untuk dirinya dan Dante tentunya. Baked mac and cheese itu dibagi menjadi dua bagian dan diletakkan di dua piring yang Sammy bawa, mereka makan dalam suasana hening. Sesekali Dante melihat Sammy sekilas. Perempuan itu terlihat tenang sejak kemarin. Terkadang Dante berpikir bahwa Sammy bukan orang karena untuk berbicara saja sangat jarang dan susah.
"Ini lebih enak dari yang pernah gue coba." Dante memulai dengan memberi penilaian pada makanan yang Sammy buat.
"Oh ya? Thanks buat pujiannya."
"Mau jalan-jalan?" tawar Dante pada Sammy yang telah selesai menghabiskan bagiannya.
"Lo yakin? Lo nggak capek?" tanya Sammy memastikan tawaran yanh Dante berikan.
Sammy tentu saja sagat tertarik untuk berjalan-jalan keluar tapi semenjak ke datangannya di Jakarta belum ada yang mengajaknya untuk jalan-jalan. Bukannya manja, tapi keluar sendirian tidak seenak itu untuk Sammy.
"Yakin! Lo mau? Tapi gue harus mandi dulu."
"Nanti kalau kita nggak sengaja ketemu temen atau pacar lo, gimana?"
Tentu saja Sammy khawatir akan hal itu, sedangkan keduanya sudah sepakat untuk tidak memberitahukan status mereka yang sudah menikah.
"Gue bisa bilang kalau kita sepupu," ujae Dante dengan santai.
"Kalau gitu gue mau!" Segaris ekspresi bahagia terlihat di wajah Sammy.
"Motor atau mobil?"
"Motor!" seru Sammy.
Dante mengangguk sebelum berujar, "Lo ganti baju, gue mau mandi dulu. Pake baju panjang dan yang bisa bikin badan lo hangat." Dante berpesan pada Sammy. Cuaca malam hari lebih dingin dari biasanya padahal ini sudah memasuki musim kemarau.
Dante meninggalkan area dapur setelah menghabiskan makanan miliknya. Sedangkan Sammy, membersihkan alat-alat makan yang baru saja mereka gunakan dan mencucinya. Setelah itu, dia menuju kamarnya untuk berganti baju sesuai yang Dante bilang. Sebelumnya, Sammy hanya menggunakan setelan baju tidur pendek karena dia berencana untuk bersantai seharian ini.
Sammy mengambil salah satu koleksi sweater oversized yang dia miliki dan celana cargo. Keduanya sama-sama berwarna hitam dengan sweater yang memiliki gambar kupu-kupu besar ditengahnya. Membiarkan rambutnya terurai tapi tetap membawa scrunchie di pergelangan tangannya untuk jaga-jaga jika dibutuhkan nanti dan memakai lip tint agar bibirnya tidak terlalu pucat, Sammy keluar dengan sneaker putih yang membalut kakinya.
"Gue kira bakal lama." Dante yang baru saja menutup pintu dan berbalik menemukan Samny yang juga baru keluar dari kamarnya.
"Baju kita mirip," ujar Dante.
Mereka berjalan bersama menuruni tangga dengan Dante yang menenteng jaket kulit berwarna hitam.
"Beda, atasan lo putih gue hitam."
"Sepatu lo putih, sepatu gue hitam. Matching."
Sebenarnya, warna sepatu Dante adalah hitam putih namun, warna hitam lebih dominan.
"Cool!" kagum Sammy ketika melihat Dante keliar dari garasi dengan motor ninja berwarna hitam dan emas. Kedua warna itu berhasil membuat Sammy kagum.
"Ayo!"
Dante memberikan helm full face berwarna hitam polos miliknya pada Sammy, sedangkan dirinya menggunakan helm full face berwarna hitam dengan gambar naga berwarna emas. Sammy menerimanya dan helm itu tidak sesuai dengan ukuran kepala Sammy membuatnya turun dari posisi seharusnya.
Dante terkekeh melihat helm miliknya yang dipakai Sammy.
"Besok kita cari helm buat lo. Kayaknya lo lebih suka pakai motor daripada mobil."
"Lebih cepet dan anti macet," ujar Sammy menyetujui apa yang Dante tangkap dari dirinya.
Sammy kini duduk di jok belakang motor Dante dengan bantuan pundak kokoh Dante.
"Keliling-keliling dulu nanti kalau ada yang lo suka bilang sama gue. Sama gue santai aja nggak perlu kaku, asal bukan masalah hati. Gue udah ada yang punya soalnya," pesan Dante sebelum kuda besi yang ditungganginya siap menunjukkan dirinya ke pengguna jalan lain.
"Gue nggak tertarik sama lo."
Dante kembali terkekeh karena Sammy. Kuda besi itu keluar dari area rumah mereka dengan kecepatan rata-rata.
Kuda besi itu melewati area alun-alun kota yang ramai orang dan pedagang gerobakan. Sammy menepuk pundak Dante beberapa kali.
"Mau ke alun-alun?" Motor mereka berjalan dengan kecepatan biasa sehingga Dante tidak perlu berteriak untuk berkomunikasi dengan Sammy, cukup dengan membuka kaca helm. Telinga Sammy juga melakukan pekerjaannya dengan baik tanpa terserang penyakit tuli tiba-tiba.
"Iya! Beli makanan disana!"
Berjalan mendekati kursi yang tersedia dengan membawa kantong kresek yang berisi jajanan yang sudah Sammy beli. Kresek itu dibawa Dante sedangakan Sammy membawa saty bungkus plastik berisi telur gulung lengkap dengan saus pedasnya.
"Mau nggak?" Sammy menyodorkan satu tusuk telur gulung didepan bibir Dante.
"Buat lo aja, keliatan kayak nggak pernah makan. Padahal baru makan tadi."
"Emang nggak pernah. Di Amrik gue makan pizza, burger, hot dog. Segala jenis fast food pokoknya."
Mereka telah duduk di salah satu kursi dengan jajanan Sammy yang menjadi pembatas keduanya.
Pukul 11 malam mereka telah kembali ke rumah dan masuk ke dalam kamar masing-masing. Hari pertama setelah pernikahan mereka jalani dengan lancar tanpa drama. Itu karena mereka yang sama-sama tidak memiliki perasaan, sehingga ini terasa seperti dua teman yang hidup di dalam rumah yang sama.
Sammy berganti baju, menyikat gigi, cuci kaki dan tidur. Dia akan memulai hari baru besok senagai siswi di salah satu SMA Paradise.
Sleep call menjadi hal biasa yang dilakukan banyak pasangan muda atau bahkan tua sekalipun (?). Hal yang sama sedang Dante praktekkan, melakukan sleep call dengan Yola sebelum matanya benar-benar tertutup dan semoga kembali terbuka esok hari.
"Sekolah mau aku jemput?"
"Nggak usah, Dante. Aku berangkat sendiri aja."
"Kamu nolak lagi?"
"Maaf, Dante. Aku nggak pengen ketergantungan sama kamu."
"Ya udah kalau gitu, aku tidur dulu ya. Sleep well. Good night."
Dante memutus panggilan telepon mereka yang baru 3 menit. Dante tidak ingin kembali terpancung emosinya karena Yola. Laki-laki itu memang mudah terpancing emosi, namun sejauh ini kontrol terhadap emosinya cukup baik.
"Yola berubah. Ada apa sama dia? Mungkin capek sama jadwal lesnya aja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments