[SATC - 02]

Kini perjalanan mereka terasa senyap tanpa percakapan diantara keduanya. Hubungan mereka sudah berjalan 6 bulan lamanya dan pertengkaran kecil ini sudah kerap kali terjadi dengan akhir Dante yang mengalah.

Sebuah restoran yang menghidangkan makanan Jepang menjadi pemberhentian mereka. Restoran yang tidak jauh dari ornamen kayu dan bunga sakura itu sudah biasa mereka datangi sebelumnya. Hal ini karena Yola yang menyukai makanan yang dihidangkan restoran itu walaupun harganya cukup mahal.

Yola memesan salah satu jenis mi soba dan 3 jenis sushi dari semua jenis yang ada. Sedangkan Dante, hanya memesan chicken katsu.

"Kamu seneng nggak?"

"Hm?" Dante yang sedang mengunyah makanannya bertanya maksud ucapan Yola dengan gumamannya.

"Kita kan jarang ada waktu."

"Kamu yang selalu sibuk."

"Aku sibuk kan juga karena harus les buat nanti ke perguruan tinggi."

"Aku paham, La. Nggak usah gitu. Aku berusaha ngertiin kamu kok."

"Kamu udah bosen ya sama aku?" Yola menatap sedih Dante.

"Kamu ngomong apa sih?! Emang ada aku bilang gitu? Aku dapetin kamu susah loh."

Yola tertawa kecil mendengar ucapan kesal Dante. "Nggak kok, cuma bercanda. Peace." Yola mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.

Mengingat awal mula mereka pacaran ketika Dante tidak sengaja bersitatap dengan Yola pada saat MOS. Tatapan polos dari kedua mata besarnya itu membuat Dante berdesir dan merasakan hal yang tidak biasa. Sejak saat itu Dante mencoba merebut hati Yola bersaing dengan banyak laki-laki lain sampai akhirnya 6 bulan lalu mereka berstatus pacaran. Semua orang tahu bagaimana perjuangan Dante untuk mendapatkan Yola, semua perhatian dan sikap manis yang jarang terlihat diperlihatkan secara jelas dan gamblang pada Yola.

"Makannya hati-hati, kebiasaan."

Yola yang sedang menikmati sushi dengan shoyu itu mengerjapkan kedua kelopak matanya ketika ibu jari Yola mengusap sudut bibirnya.

"Hehe."

Waktu makan mereka telah selesai kini mereka pergi ke salah satu mall sembari menunggu sore datang untuk pergi ke pantai.

"Dante lihat deh, gelangnya lucu!" Yola mengambil gelang buatan tangan yang terpajang di salah satu toko aksesoris terkenal. Sebuah gelang dari manik-manik yang dirangkai dengan indah.

"Mau beli?"

"Eh, nggak jadi deh." Yola tidak sengaja melihat harga pada hang tag kecil diantara manik-manik yang terpasang. Harga untuk gelang manik-manik yang Yola ambil adalah 150.000 untuk setiap unitnya.

"Kenapa? Aku yang bayar."

"Dante, nggak usah. Aku bisa buat sendiri nanti."

"Beli lebih gampang, nggak usah repot-repot. Ambil yang kamu mau, aku yang bayar."

"Tapi aku nggak enak sama kamu." Yola menunduk merasa bersalah pada Dante. Seharusnya dia melihat harganya terlebih dahulu sebelum bereaksi.

"Nggak enak kenapa? Kamu pacar aku, kalau aku mampu aku beliin. Dan gelang ini, aku masih bisa beliin buat kamu. Jangan sungkan sama aku, oke? Ambil yang kamu mau." Dante memegang pundak Yola yang sebatas dadanya, menatap dalam kedua bola mata yang dalam sekali lihat mampu membuat dirinya jatuh ke dalam pesona Yola yang polos dan baik.

"Tapi…." Yola masih meragu.

"Ambil aja, Yola! Apa perlu aku ambil semua buat kamu?"

"Nggak usah! Aku sendiri aja."

Dante menggelengkan kepalanya lalu menyusul Yola. Pacarnya itu benar-benar menggemaskan walaupun mereka juga tidak jarang memiliki perbedaan pendapat. Namun, Dante akan berusaha memahaminya mengingat Yola besar tanpa sosok ayah.

Kegiatan mereka berlanjut dengan menonton film di bioskop yang sedang booming saat ini. Yola memaksa menonton film bergenre horor walaupun sebenarnya dia adalah penakut.

"Akh!" Yola menutup matanya dan mengeratkan genggamannya pada Dante ketika suara dari film yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat dibarengi dengan munculnya sosok menakutkan.

"Gitu aja takut." Dante mengejek Yola dengan suara berbisik.

"Bukan takut, tapi kaget!" Yola mengelak ejekan Dante dan kembali melihat layar kaca lebar itu lagi. Walaupun beberapa kali Yola terpaksa menahan jeritannya agar tidak menggangu yang lain.

Mereka pergi dari mall setelah film itu selesai dengan beberapa paper bag kecil berisi aksesoris yang Yola beli. Walaupun begitu harganya lumayan juga tentunya kualitasnya tidak perlu diragukan lagi.

Mereka kini pergi menuju pantai yang cukup jauh untuk menghabiskan waktu dijalan. Sesekali juga karena mereka jarang memiliki waktu bersama 2 bulan terakhir.

"Semoga hubungan kita tetep bertahan sampai kita menikah dan tua nanti, Dante."

Bersamaan dengan matahari yang mulai tertelan air lautan menyisakan semburat jingga yang indah Yola menyenderkan kepalanya di pundak Dante dan berbisik pelan. Dante yang mendengar bisikan Yola tersentak namun tubuhnya langsung kembali rileks seperti sebelumnya.

"Ya, semoga."

Dante telah selesai mengantarkan Yola sampai di rumahnya dengan aman dan juga sempat bertemu dengan ibu Yola. Hari sudah gelap dan Dante tidak memberi kabar pada Sammy sama sekali.

Pintu terbuka dan keadaan rumah berlantai dua itu sepi. Berjalan masuk indera penciuman Dante menangkap aroma masakan.

"Buat apa?" Sammy yang sedang membuka oven merasa de Javu dengan pertanyaan Dante. Pertanyaan yang sama di waktu yang berbeda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!