Pilih kasih

"Ya ampun, kamu gimana sih, Vira!" Terdengar suara teriakan dari ruang tengah langsung membuat Vilia dan Fahri terkejut. Mereka gegas ke ruang tengah karena mendengar nama anaknya diteriaki seperti itu.

"Kenapa, Buk, Vira kenapa?" tanya Vilia sambil melihat anaknya yang sedang menangis. Bocah itu berlari ke arahnya dan memeluknya sambil menangis tersedu-sedu.

"Lihat anak kamu ini! Rey ketumpahan minuman gara-gara dia!" Nura menunjukkan baju Rey yang basah akibat ketumpahan minuman.

"Vira, kenapa mau numpahin minuman ke baju Bang Rey?" tanya Vilia mencoba menenangkan anaknya.

"Bukan Vira, Buk. Yang numpahin Mbak Mesya. Tadi Vira mau ngasih minuman ke Rey, tapi, Mbak Mesya dorong Vira." Vira berusaha menjelaskan di tengah isak tangisnya yang tak kunjung berhenti.

"Ya itu kan tetap salah dia karena dia nggak hati-hati. Mesya kan nggak sengaja. Kenapa dia malah nyalahin!"

Vilia seakan tak percaya pada sikap ibunya. Mungkin dia akan terima jika ibunya bersikap tidak adil padanya. Tapi, pada anaknya pun, ibunya masih juga bersikap tidak adil. Jika pada kedua anak Maira, pasti ibunya akan bersikap lembut dan seakan buta ketika kedua anak itu melakukan kesalahan.

Vilia ingat saat dulu, ketika Mesya tanpa sengaja menghilangkan cincin peninggalan orang tuanya, dia tidak marah sama sekali. Namun ketika Vira tanpa sengaja menjatuhkan piringnya hingga pecah, maka Nura akan marah besar, bahkan sampai memukulnya.

"Buk, sampai kapan Ibuk membeda-bedakan cucu-cucu Ibuk. Apa hanya karena kami miskin lantas Ibuk bersikap nggak adil kayak gini? Buk, aku nggak masalah kalau Ibuk nggak adil sama aku dan Mbak Maira. Tapi Vira? Dia masih anak-anak, Buk. Kenapa Ibuk tega!" Vilia menangis tersedu-sedu. Dia sungguh tak bisa membendung sakit hatinya pada sang Ibuk atas perlakuannya pada anaknya.

"Vilia, udah, kamu jangan marah sama Ibuk. Itu dosa, Vil. Dia orang tua kita," ucap Fahri yang berusaha menenangkan Vilia.

"Udahlah, punya anak dan menantu taunya nyusahin aja! Pulang aja kalian sana!"

"Ayok, Mas, kita pulang." Vilia pun pergi dari rumah sang ibu sambil menangis. Sedangkan sang suami hanya bisa menenangkan dan menyuruhnya untuk bersabar.

"Mas, kenapa, ya, ibuk bersikap kayak gitu? Aku juga anaknya, Mas. Tapi kenapa dia selalu bersikap nggak adil sama aku."

"Udahlah, Sayang, kita harus bersabar. Bagaimana pun juga, ibuk adalah orang tua kita. Maafin aku ya karena aku harus mengajakmu hidup seperti ini. Penuh dengan hinaan dan cacian karena kita miskin. Aku akan berusaha bekerja lebih giat lagi untuk memenuhi kebutuhan kamu. Aku pergi kerja dulu, ya. Masih siang juga, kan?"

"Tapi, Mas, bukannya kamu bilang hari ini libur?"

"Itu karena Mbak Maira dan Mas Arvan datang. Tapi sekarang kita kan udah pulang. Jadi, ngapain aku di rumah? Mending aku cari uang aja buat kamu dan Vira. Sekarang kamu temani dia dan istirahat, ya. Aku berangkat kerja dulu." Fahri mengecup kening Vilia dan berangkat kerja. Dia pergi ke pangkalan dimana biasanya dia dan rekannya yang lain mangkal.

***

"Lho, Buk, Vilia dan Fahri mana? Ini aku bawa oleh-oleh buat mereka," ucap Maira ketika dia dan suaminya sudah pulang.

"Udah Ibuk usir."

"Hah? Kenapa diusir, Buk?"

"Vira nyiram anakmu pakai air, dia nggak terima dan marah-marah, jadi Ibuk usir aja." Dengan tatapan tanpa rasa bersalah, Nura menceritakan hal yang tidak sepenuhnya benar.

"Apa? Mana mungkin Vilia marah gara-gara itu. Dan Vira bukanlah anak nakal. Pasti karena Mesya, kan, Buk? Dia sering banget isengin Vira. Ngaku kamu, Mbak? Kamu kan yang isengin dek Vira?" tanya Maira dengan tatapan penuh selidik ke Mesya.

Mesya tertunduk, namun sang nenek langsung membelanya.

"Kamu jangan menghakimi Mesya, dong, Mai. Dia nggak salah, yang salah itu Vira."

"Udah, Sayang, udah. Sekarang kita pulang aja, yuk. Soalnya aku ada kerjaan mendadak nih."

"Lho, mau pulang? Anak-anak di sini gimana? Ibuk masih kangen," ucap Nura sambil merangkul pundak kedua cucunya.

"Nggak, Buk, mereka nanti bakalan ngerepotin Ibuk. Biar kami bawa aja, ya. Lagian besok masih sekolah. Lain kali aja mereka nginap," ucap Arvan yang langsung mendapatkan anggukan dan senyuman dari sang ibu mertua.

Mereka pun segera pergi, dan tak lupa memberikan oleh-oleh makanan untuk Vilia sekeluarga pada ibunya. Tapi, sudah pasti makanan itu tidak akan sampai pada Vilia.

Terpopuler

Comments

Yuli maelany

Yuli maelany

kenapa gak d kasihin langsung aja sama vilianya sambil lewat jalan pulang....

2023-05-04

0

Ayas Waty

Ayas Waty

jangan2 Nura keturunan nenek lampir

2023-04-27

0

𝓟𝓮𝓷𝓪 𝓡𝓲𝓷𝓭𝓾

𝓟𝓮𝓷𝓪 𝓡𝓲𝓷𝓭𝓾

Persis banget sama aku dulu thor di beda-bedain sama nenek karna miskin,tapi alhamdulillahnya allah angkat derajad ke 2 orng tuaku dan sekarang malah nenek ku sering minta aku buat nginap di rumahnya.Tapi karena aku sudah mulai dewasa jdi lebih mikir lagi kalo mau nginep di rumahnya aplgi ada adek sppu aku yg tinggal bareng nenek si cucu paling tersayang.

2023-04-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!