Brak!
"Hua, Ibu!"
"Ya ampun!"
Sontak semua orang yang sedang menikmati suasana sore di taman kota langsung menoleh ke arah suara benturan itu, dimana seorang anak kecil yang sedang bermain mobil remot menabrak salah satu pengunjung disana.
Tiga pria yang kebetulan duduknya tak jauh dari tempat kejadian, juga ikut mengarahkan pandangannya ke sumber kejadian tersebut. Betapa terkejutnya tiga pria yang ada di sana, saat melihat sosok wanita yang sedang meraih tubuh bocah yang sedang menangis. Sosok itu sedang meminta maaf pada orang yang telah di tabrak oleh anaknya.
"Arimbi!" pekik Sandi. Wanita yang sedang sibuk menenangkan anak kecil itu sontak menoleh dan matanya sedikit membulat saat mengetahui siapa yang memanggilnya. Namun wanita itu langsung berpaling dan kembali meminta maaf.
"Nggak apa apa, Mbak. Nggak sakit kok," ucap orang yang ditabrak tadi. Pemilik persewaan mobil juga langsung mendekat dan setelah diperiksa ternyata remot kontrolnya memang eror.
"Maaf ya, Mbak. Kami kurang kontrol," ucap pemilik persewaan mobil merasa tidak enak hati. "Anaknya nggak apa apa, Mbak?"
"Nggak apa apa, Mas, dia cuma kaget aja. Ya udah aku permisi dulu, Mas," ucap wanita itu terkesan terburu buru, karena dia tahu orang yang tadi menyebut namanya, kini berdiri di dekanya.
Ya, Sandi langsung bangkit dari tempat duduknya dan mendekat ke sosok wanita yang dia kenal. Sandi bahkan mengikuti wanita yang jalannya sedang tergesa gesa.
"Mbi, tunggu! Arimbi!" panggil Sandi, tapi orang yang dipanggil terus berjalan sambil menenangkan bocah yang tangisannya hampir mereda. Sandi mencekal tangan wanita itu agar berhenti. "Mbi!"
"Lepas!" bentak Arimbi sambil menghempas tangan Sandi.
"Mbi, tunggu sebentar! Aku pengin ngomong?"
"Nggak ada yang perlu diomongin!"
"Mbi, kamu udah nikah? Itu anak kamu?"
"Bukan urusan kamu!"
Sandi tak pantang menyerah. Dia lalu mensejajarkan langkahnya hingga dia berjalan di sisi Arimbi. Sandi semakin terkejut saat melihat wajah anak yang sedang terisak. "Reyhan!"
Mendengar nama anaknya disebut, sontak Arimbi menatap tajam pria yang masih memasang wajah terkejut. "Darimana kamu namaanak saya? Kamu mata matai saya!"
"Nggak, tadi anak kamu hilang di pasar. Kebetulan aku yang menemukannya," jawab Sandi jujur. "Mbi, kamu kapan nikah?"
Bukannya menjawab, Arimbi kembali melengos dan menerusakan langkahnya hingga dia sampai di tempat motornya terparkir. Sandi mengkutinya. Dia bahkan menahan motor Arimbi agar tidak pergi.
"Kita perlu ngomong, Mbi."
"Minggir! Bisa nggak sih? nggak usah ganggu hidup aku?"
"Mbi, tapi aku perlu ngomong sama kamu."
"Nggak ada yang perlu diomongin, kamu paham nggak sih ucapan aku!" bentak Arimbi.
Sandi terperangah. Dia perpikir cepat agar bisa mencegah wanita itu pergi. Sedangkan kedua teman Sandi, hanya menyaksikan dua orang itu dari jauh.
"Nggak nyangka ya? Bisa ketemu Arimbi disini," ucap Randi. "Aku pikir kita nggak akan ketemu sama wanita itu lagi."
"Ya, mungkin ini cara Tuhan agar Sandi minta maaf sama itu cewek," Dandi menimpali. "Kalau Arimbi sudah punya anak, berarti dia udah nikah dong. Laki lakinya pasti sangat baik karena mau menerima apa adanya wanita itu."
"Berbeda sama kita ya? Selamanya kita diberi label pria brengsek. Perginya Arimbi juga salah kita juga kan?"
Randi tersenyum kecut. Matanya masih menatap ke arah Sandi yang sedang berusaha menahan Arimbi. Tapi usaha Sandi sepertinya sia sia, wanita itu bisa lepas dari Sandi karena banyak mata yang memandang keributan antara pria dan wanita itu.
Sandi tak hilang akal, dia memanggil ojek yang ada di taman tersebut dan mengikuti motor yang dikendarai Arimbi. Entah apa yang akan dilakukan pria itu, Sandi hanya merasa dia harus melakukan sesuatu kepada Arimbi.
"Ya ampun! Sandi nekat itu ngikutin Arimbi?" seru Dandi nampak tak percaya dengan apa yang dia lihat. "Benar benar berjuang dia, hahaha ..."
"Apa Sandi nggak takut dilabrak suaminya? Gila itu anak," Randi tak kalah terkejutnya.
"Wajar sih kalau Arimbi sangat marah. Pasti dia muak melihat kita. Harusnya tadi kita juga ikuti mereka."
"Gampang kalau soal itu. Kita tunggu aja nanti Sandi hasilnya gimana."
Karena waktu yang sudah menunjukan kalau sebentar lagi petang, Randi dan Dandi memutuskan segera beranjak menuju kontrakannya. Tentu saja keduanya masih membicarakan Sandi dan sebagainya.
Hingga saat mereka sedang asyik terbahak, suara Dandi tiba tiba menghilang dan dia tercengang, saat matanya melihat seseorang yang juga mematung dan sedang menatap ke arah Dandi.
"Rianti!"
...@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
nahh loo, Rianti masa lalu siapa??
2024-10-23
0
ALADIN
ehm.... laki-laki jangan mau enak nya aza udah minta maksa udah jadi malah ditinggal.... 👍👍👍👍 cerita yang unik... banyakan novel awalnya baik baik ini masalah yang muncul... hadeuh hebring euy.... babang author nya
2023-04-06
1
Wardi's
udah pd ketemu pasangannya... artinya bentar lg bakal hareudang..
2023-04-06
0