Setelah proses sewa menyewa selesai, kini tiga pria itu memilih menginap di sebuah hotel yang ada di kota itu, sebuah kota yang tidak terlalu besar namun terilhat cukup ramai. Ketiganya melepas lelah di sana sekaligus merencanakan apa saja yang akan mereka lakukan untuk usaha barunya.
Tiga pria itu sadar, merintis sebuah usaha itu tidak mudah. Tapi mereka yakin dan sangat optimis jika usahanya di kota orang ini akan berkembang dan bertahan cukup lama. Biar bagaimanapun sebelum mereka memutuskan membuka usaha di kota ini, mereka sudah beberapa kali mensurvei kota ini sekaligus bertanya tanya pada beberapa kenalan yang mengetahui keadaan kota ini.
Hingga hari berganti, kini tiga pria itu mulai melihat lihat bangunan yang akan digunakan sebagai tempat usaha baru mereka. Memang benar, tempat itu terlihat sangat strategis. Di depan bangunan berlantai dua itu adalah pertigaan dan jalan raya. Di sebelah kanannya ada taman kota, sebelah kiri ada pertokoan dan sebuah sekolah. Belum lagi pertokoan dan Bank besar di seberang jalan. Pasar yang letaknya tidak jauh dari pertigaan dan juga pusat pemerintahan serta rumah sakit dan puskesmas yang letaknya tidak terlalu jauh juga. Benar benar strategis bukan?
Di dalam bangunan itu sendiri, tempatnya cukup luas. Bahkan di lantai dua, ruangannya dibagi dua lagi, yang bisa digunakan untuk ruang istirahat. Bagian belakang bisa digunakan untuk garasi kendaraan dan gudang.
"Ini nanti tempat masaknya disini ya? Disini dikasih meja pembatas kan?" tanya Sandi sambil tangannya menunjuk ke tempat yang di maksud.
"Ya intinya sama kayak punya kita yang di Jakarta. Cuma catnya perlu kita ganti," balas Dandi.
"Aku sudah telfon orang rumah, barang barang akan diangkut menggunakan truk. Selagi mereka belum berangkat, kira kira kalian ada sesuatu lagi nggak yang akan dibawa kesini?" tanya Randi.
"Emang udah dicek semuanya? Jangan sampai ada yang ketinggalan loh, soalnya kita jauh," balas Dandi.
"Ya udah, nanti juga di cek lagi sama teh Ais kalau mau berangkat," balas Randi.
"Aku rasa sih udah nggak ada yang kita butuhkan. Itu emang semuanya cukup diangkut pake satu truk?" tanya Sandi.
"Cukup banget lah, tukang truknya juga pasti udah memperhitungkan semuanya."
"Ya udah, kapan mau diantarnya?"
"Kemungkinan nanti malam, biar nyampe sini pas udah siang."
"oke, sekarang kita nyari makan lalu ke pasar, nyari perlengkapan tidur dan mandi. Biar kita nggak perlu tidur di hotel lagi."
"Sip! Setuju."
Ketiganya lantas keluar dari bangunan tersebut lewat pintu samping yang terhubung dengan jalan dan taman kota. Begitu sudah berada di dalam kendaraan, mobil mereka melaju guna mencari tempat makan sekalian mengenal kota yang akan mereka tinggali.
"Kira kira, nanti kita butuh karyawan nggak?" tanya Sandi begitu mereka telah sampai di salah satu rumah makan yang letaknya di seberang sebuah rumah sakit umum daerah tersebut.
"Ya kita lihat perkembangannya dulu. Yang pasti, kita butuh jasa buat ajang promosi," balas Dandi. "Tapi kalau ada yang tahu tentang usaha kita yang di Bandung, sepertinya sih akan rame."
Di Jakarta sendiri sebenarnya mereka sudah punya tiga lokasi usaha. Tapi karena ingin merubah nasib yang lebih baik dalam hal jodoh, ketiganya rela meninggalkan kota itu. Biar bagaimanapun, diusianya yang sudah menginjak angka dua puluh tujuh, mereka sedikit risih jika ada pertanyaan tentang pernikahan.
Seperti yang sudah diceritakan, karena kenakalan mereka yang sudah diluar batas wajar, berimbas pada nama baik mereka sendiri. Maka itu saat mereka mendengar cerita tentang hijrah yang bisa membawa kebaikan, ketiga pria itu memutuskan pergi dari kota kelahiran mereka, untuk kehidupan yang lebih baik.
Setelah ketiganya selesai makan, kini tempat tujuan berikutnya adalah pasar. Mereka akan membeli beberapa keperluan yang memang tidak ada dalam daftar barang yang dibawa oleh truk, sekalian melihat keadaan pasar agar saat usaha mereka jalan, mereka tidak terlalu kesulitan mencari barang yang dibutuhkan.
"Eh, anak siapa ini!" seru Sandi saat kaki mereka baru melangkah beberapa meter dari tempat mobil mereka terparkir. Diantara beberapa toko yang tutup, dia dikejutkan dengan seorang anak kecil sekitar umur tiga tahun menangis di depan toko. "Kamu siapa?" tanya Sandi sambil berjongkok dihadapan anak kecil itu.
"Mama, hiks, hiks ..." anak itu malah kembali menangis.
"Astaga, ini mamanya kemana?" ucap Dandi sambil melihat ke sekitar tempat itu yang memang terlihat sepi. Di saat bersamaan, mereka mendengar siaran dari kantor pasar yang memberitahukan tentang anak hilang yang ciri cirinya sama persis dengan anak itu.
"Bawa ke kantor aja, San. Tuh, dengar! Ada pengumuman kehilangan seorang anak."
"Ya udah, Yok!"
Sandi menggendong anak itu menuju kantor pasar bersama dua sahabatnya.
"Kok aku perhatikan, wajahnya anak itu mirip kamu ya, San?"
...@@@@@...
Sandi
Randi
Dandi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
kereeeennn👍
2024-10-23
0
lilik indah
wao wao wao..visualnya bkin traveling😀😀
2023-04-06
0
Riana
namanya DRS di rumah saja
aduh bikin kesleo lidah ini jgn sampai salah sebut pacarnya nanti🤣🤣
2023-04-06
0