Happy reading
Sinta menatap ke arah suara perempuan yang membalas teriakan Kevin tadi.
"Sejak kapan ada warung, Mas?" tanya Sinta tiba tiba blank dengan apa yang terjadi.
"Sejak 15 tahun yang lalu kayaknya," jawab Kevin dengan senyum.
Akhirnya kali ini Sinta benar benar turun dari duduknya di paha Kevin. Ia tak enak lama lama terus berada di atas paha Kevin apalagi ia perempuan dan tak ada hubungan dengan Kevin.
"Mas bayar biaya motor ke siapa?" tanya Sinta pada Kevin. Ia merasa motornya sudah baik baik saja sekarang.
"Ke aku aja gak apa apa," jawab Kevin berjalan menuju kasir dan membuatkan nota untuk Sinta.
"Totalnya berapa ya mas?" tanya Sinta pada Kevin.
"40 ribu aja," jawab Kevin yang membuat Sinta sedikit terbengong. Lah ibunya cuma bawain ia uang dua puluh ribu, yang sepuluh ribu sudah ia belikan bensin tadi pagi sebelum berangkat.
"Duh Mas, ngutang dulu gak apa kan? Masih ada sepuluh ribu nih. Besok aku kesini lagi buat bayar, nanti tak ngomong sama Ayah," ucap Sinta memberikan uang sepuluh ribu miliknya. Ngutang dulu tiga puluh ribu gak apa kan.
Sepertinya Kevin sedikit menimbang permintaan Sinta. Sepertinya Kevin memiliki akal yang bisa membuat ia untung.
"Boleh tapi ada syaratnya," jawab Kevin dengan senyum.
"Syarat apa? Masa cuma ngutangin aja pake syara segala," tanya Sinta dengan cemberut.
"Mudah kok syaratnya, Mas cuma mau minta nomor WhatsApp punya kamu aja," jawab Kevin memberikan ponsel miliknya yang sudah terhubung ke wa.
"Ohh mau minta nomor toh. Gak masalah sih, gak sekalian Instragram Sinta, Mas?" tanya Sinta menyeken nomor WhatsAppnys di ponsel Kevin.
"Boleh deh, apa namanya?" tanya Kevin.
"sicantik20," jawab Sinta sekalian promosi Instagram pikir Sinta.
"Oke jangan lupa di follback, masa cuma Mas yang follo kamunya enggak," ujar Kevin dan dianggukkan oleh Sinta. Lagian tak ada salahnya juga ia menyimpan dan mengikuti balik akun sang montir tampan ini.
"Udah Sinta follback ya, Mas. Jadi ini boleh ngutang dulu kan?" tanya Sinta dan dianggukkan oleh Kevin.
"Dari dulu juga boleh kalau ada yang mau ngutang dulu. Makasih ya nomor Wa nya. Nanti malam tak chat," ucap Kevin memasukkan uang Sinta ke dalam laci.
"Yuk, sebagai tanda perkenalan Mas traktir kamu makan mi goreng di warung Mpok Ijah. Gak apa apa kan seadanya?" tanya Kevin yang takut jika Sinta tak pernah makan makanan warung.
"Yaelah Mas, tiap hari Sinta juga makan emi. Jadi lambung sama usus Sinta dan terbiasa. Paling nanti juga keriting ni usus," jawab Sinta dengan ocehnya. Untung atap warunh dari bengkel gandeng jadi tak membuat basah.
Kevin memberi isyarat jika ia makan dulu dengan Sinta. Entahlah apa yang membuat laki laki yang selama ini tak pernah dekat dengan perempuan itu langsung nempel pada Sinta yang notabene adalah pelanggan. Tapi ini adalah sebuah kemajuan yang bagus.
"Mpok mie gorengnya udah jadi?" tanya Kevin duduk di kursi itu.
"Udah jadi, Monggo di makan. Kalau mau tambah makanan dan gorengan silahkan ambil aja," jawab Mpok Ijah memberikan dua piringie goreng dengan tambahan ayam di atasnya.
"Ini bener Mas yang traktir kan? Nanti kalau enggak di bayar, saya disuruh cuci piring lagi," tanya Sinta dengan was was.
Dulu pernah sekali ia makan dengan teman temannya. Katanya juga mau ditraktir tapi malah mereka semua gak bawa uang. Alhasil mereka harus mencuci piring yang sangat banyak di warung kala itu. Mengingatnya saja sudah membuat ia kesal.
"Enggak neng, Mas yang bakal bayar makanan kamu. Kan tadi Mas udah bilang, lagian nanti kalau Mas gak bisa bayar Mas bisa ngutang dulu sama Mpok Ijah. Ya Mpok," jawab Kevin mengambil sate usus yang ada disana.
"Siap aja, la neng jangan takut kang Kevin gak bisa bayar. Wong hampir tiap hari dia traktir karyawannya di bengkel," timpal Mpok Ijah.
"Lah bukannya Mas Kevin ini juga karyawan ya, Bu? Dia kan montirnya?" tanya Sinta mengambil tempe goreng yang ada di dalam wadah itu.
Mpok Ijah yang mendengar itu hanya bisa tersenyum kemudian tertawa kecil. Tak biasanya Kevin akan berbohong soal kepemilikannya di bengkel itu.
"Gini ya neng cantik, kang Kevin ini pemilik bengkel itu. Alias anak dari pendiri bengkel itu," jawab Mpok Ijah yang membuat Sinta langsung menatap Kevin yang hanya tersenyum.
"Kok gak bilang sih mas. Tahu gitu tadi aku minta digratiskan biaya motor aku," ujar Sinta dengan tak tahu dirinya. Tapi percayalah Sinta itu hanya bercanda, tak mungkin wanita itu membawa hati laki-laki yang baru dikenalnya.
"Kalau gitu gak bisa, neng. Itu udah hak para pekerja disini, kalau masalah traktir sih oke oke aja, karena itu pakai uang Mas," jawab Kevin mengambil minuman di depannya.
Sejenak Sinta terdiam, Kevin memiliki pemikiran seperti ini. Pantas saja bengkel ini sangat besar saat ini, karena pemiliknya aja sampai seperti ini.
Kevin selalu memprioritaskan bengkel ini untuk para pekerja dan pelanggan. Sedangkan uang untuk dirinya sendiri sudah ia hitung dulu.
"Sinta jadi gak enak."
"Di enakin aja."
"Neng udah kelas berapa?" tanya Kevin tiba tiba.
"Kelas 3, Mas. 4 bulan lagi lulus in syaa Allah. Ini lagi fokus fokusnya persiapan ujian praktek," jawab Sinta memasukkan suiran ayam itu ke mulutnya.
"Oalah mau lulus, semangat ya Neng. Terus mau kuliah atau gimana setelah lulus?" tanya Kevin.
"Tak tahu Mas, wong aku belum kepikiran. Ayah sama Ibu pingin aku kuliah tapi gak tahu nanti," jawab Sinta dengan senyum.
Kevin mengangguk saja.
"Semoga yang terbaik buat neng ya."
"Iya Mas."
Mereka berdua menghabiskan mie goreng yang ada di depan mereka seraya menunggu hujan reda. Tak mungkin Sinta akan menerobos hujan seperti ini yang ada nanti malah membuat ia sakit dan orang rumah khawatir.
"Mas boleh tambah makanan gak?" tanya Sinta yang tiba tiba ngelunjak.
"Apa? Ambil aja," jawab Kevin yang tak keberatan jika hanya membeli jajan saja.
"Mau tambah ini, kayaknya enak bapak bapak tadi makan," jawab Sinta mengambil makanan yang dibungkus daun pisang itu.
"Ini namanya arem arem, neng. Enak memang, di dalamnya ada suiran ayam sama tempe," ucap Mpok Ijah yang ada di sana.
Sinta mengangguk dan membuka daun itu kemudian memakan makana bernama arem arem itu.
"Enak banget, aku gak pernah makan makanan ini. Kapan kapan aku mampir sini deh Bu. Sekalian bayar utang sama Mas Kevin," jawab Sinta seraya mengunyah arem arem itu.
"Siap aja neng."
"Pelan pelan kalau makan, Mas gak minta kok."
Sinta hanya tersenyum dan mengangguk menghabiskan makanannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
susi 2020
🤣🤣
2023-10-03
0
susi 2020
😂😂🙄
2023-10-03
0
@@Ayyaa@@
Arem-arem nya manis apa asin, Sin?
2023-10-01
0