Happy reading
Tak terasa Kevin sudah menyelesaikan pekerjaannya memperbaiki motor beat milik Sinta. Sedangkan sang pemilik motor itu tampak nyaman tertidur di kursi itu dengan tas sekolah yang dijadikan bantal.
"Neng udah selesai."
Mendengar tak ada sahutan Kevin menatap Sinta yang ada di kursi dan betapa terkejutnya ia melihat sang pemilik motor malah tertidur disana.
"Udah dari tadi tidur kang. Mungkin dia capek, sepertinya dia dorong motornya jauh," ucap pelanggan yang sedang mengisi udara pada ban motornya itu.
Yah di bengkel itu, jika untuk mengisi udara saja tidak perlu membayar itung itung amal. Kata bapak Kevin dulu gitu.
"Oalah, kasihan banget apalagi ini udah mendung kayaknya mau hujan," ujar Kevin menatap jalan yang sudah sedikit basah karena gerimis.
"Bukan mau lagi, pas saya di perempatan jalan tadi udah deres banget. Makanya saya jadi basah kuyup gini," ucapnya dengan jujur.
Kevin menatap bapak itu, memang benar jas yang dipakainya basah.
Setalah bapak itu mengisi gas di mobilnya dan berterima kasih pada Kevin, bapak itu pergi meninggalkan area bengkel.
"Bangunin gih Kang, Si neng cantik kasihan," ucap Sapri pada Kevin.
"Memangnya gak apa apa?" tanya Kevin dan dianggukkan oleh mereka.
"Kalau cuma bangunin gak apa apa kang, tapi jangan yang lain," sahut Dani dengan jahilnya.
Kevin menanggapinya dengan senyum tipis, setelah ia mencuci tangannya yang penuh dengan oli. Laki laki itu langsung berjalan menuju kursi yang digunakan untuk tidur gadis itu.
Puk puk puk
"Neng bangun neng."
Kevin menepuk pipi lembut Sinta dengan tenaga pelan. Tak mungkinkan Kevin menampar pipi Sinta. Kan gak ada dendam.
"Lembut banget kek pantat bayi," batin Kevin mengusap pipi Sinta dengan pelan.
Eughh
"Bangun neng cantik, motornya udah selesai diperbaiki."
"Bentar Bu, Sinta masih ngantuk banget," jawab Sinta yang sudah biasa menjawab jika dibangunkan.
Sinta meraih lengan Kevin dan memeluknya, karena mungkin ia pikir itu adalah guling empuk miliknya. Kevin yang was-was saat lengannya bersentuhan langsung dengan dua gunung kembar itu. Sedangkan para montir yang melihat itu hanya bisa menahan senyumnya jangan sampai bos mereka malu karena mereka soraki.
Kevin duduk di samping kepala Sinta kemudian membangunkan Sinta seraya menarik tangannya yang semakin di peluk erat oleh Sinta.
"Gue gak dosa kan ya, wong dia yang beginiin gue. Gak gue gak salah," gumam Kevin yang kini mulai menikmati empuknya gunung kembar itu.
Tik! Tik! Tik! Tik! Tik! Tik!
Suara gerimis semakin besar besar hingga disusul air yang sangat deras. Hujan turun dengan derasnya hingga membuat kaki Sinta yang terjuntai ke bawah itu terkena air sedikit.
"Neng bangun hujan deresss," ucap Kevin sedikit menaikkan oktaf suaranya.
Cinta yang terkejut itu langsung membuka matanya dan terduduk dengan mata yang masih sayu. Gadis itu lelah hingga tertidur bahkan nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.
Pelukan tangan Kevin tadi juga terlepas begitu saja hingga membuat Kevin menghela nafasnya lega.
"Hujan?" tanya Sinta dengan ling lung.
"Iya Eneng cantik, udah puas boboknya?" tanya Kevin dengan senyum manisnya.
Cinta yang baru bangun itu langsung disuguhkan oleh pemandangan yang sangat membuat moodnya tiba-tiba membaik. Biasanya jika tidurnya belum puas dan diganggu Sinta biasanya akan langsung mencak-mencak entah itu pada orang tua ataupun sang kakak.
Sontak saja Sinta mengangguk yang membuat Kevin terkekeh gemas melihat Sinta.
Tak lama datanglah kilat yang diikuti oleh petir yang sangat keras hingga membuat Sinta takut.
Duarrrr
"Ibu, Ayah help," pekik Sinta langsung naik ke pangkuan Kevin kemudian memeluk erat Kevin yang kini hanya bisa pasrah. Ajaib betul anak ini, tapi entah kenapa Kevin tak bisa marah pada Sinta.
"Huaaa Ayahh Sinta takutt hiks hiks hiks huaaaa."
Tangis Sinta pecah saat itu juga, Sinta paling takut dengan petir. Karena dulu pernah ada kejadian dimana Sinta hampir tersambar petir saat main hujan di halaman rumah yang dekat dengan tiang listrik. Mungkin itu salah Sinta yang main hujan hujan.
Kevin yang merasa kasihan itu langsung memeluk pinggang Sinta yang bergetar karena tangis itu.
"Sudah jangan menangis, disini ada aku," bisiknya yang membuat Sinta seketika tersadar.
Deg deg deg
Sinta yang niatnya langsung bangun itu langsung di tahan oleh Kevin.
"Udah selesaiin aja kamu nangisnya, lagipula lagi hujan jadi gak begitu kedengarannya," ucapnya yang membuat Sinta malu. Sedangkan Kevin hanya tersenyum itung itung PDKT tipis tipis.
"Maaf Mas, Sinta takut petir. Takut kalau disambar petir gimana?" tanya Sinta dengan kasar menghapus air matanya. Sinta malu karena sudah berani beraninya duduk dipangkuan montir tampan itu. Tanpa tahu jika Kevin adalah pemilik bengkel.
"Udah Mas, Sinta gak enak sama teman temannya Mas sama bosnya Mas. Apalagi Mas malah enak enak duduk gini," ujar Sinta yang berniat untuk bangun.
"Gak apa apa, bos aku gak akan marah kok. Lagian ini lagi hujan, dan katanya kamu takut petir."
"Lagian motor yang perlu diperbaiki cuma tinggal dua udah di garap noh teman teman Mas," jawab Kevin lagi menunjuk teman temannya.
Mereka yang ada disana hanya bisa tersenyum senang saja, semoga bosnya itu bisa mendapatkan pasangan yang baik. Mereka mendukung sepenuhnya jika bosnya itu sama anak SMA itu, karena sepertinya gadis SMA itu juga baik.
Para karyawan disana hanya bisa pura pura tak melihat mereka karena membiarkan sang bos PDKT.
"Oh ya kita belum kenalan secara resmi kan? Aku Kevin," ucap Kevin memperkenalkan diri sebagai seorang Kevin sang montir.
"Aku Sinta, salam kenal ya Mas Kevin," jawabnya dengan senyum manis yang mampu membuat Kevin ikut tersenyum.
"Salam kenal."
Mereka sama sama diam, apalagi hujan yang makin deras membuat suasana makin mesra dengan posisi Sinta di pangkuan Kevin.
Krucuk krucuk krucuk
Suara dari perut Sinta malah membuat suasana jadi kacau. Kevin tak bisa untuk tidak tertawa, apalagi wajah Sinta sangat merah karena tak bisa menahan suara di perutnya.
"Dasar perut gak ada adab, bikin malu aja sih kamu," batin Sinta menatap perutnya.
"Lapar hmm?" tanya Kevin pada Sinta.
"Heem, laper gara gara capek tadi. Mana pagi tadi sarapan dikit banget," jawab Sinta yang malah curhat pada Kevin.
"Mi goreng mau?" tanya Kevin pada Sinta.
"Emang ada?"
"Aku tanya kamu mau mi goreng apa enggak, Sinta."
"Mau sih kalau ada, tapi mana ada disini mi goreng. Lagipula sebentar lagi pasti hujannya reda," jawab Sinta dengan santainya.
"MPOK MI GORENG 2, KOMPLIT!!"
"OKE SIAP."
Entah sejak kapan Mpok Ijah ada di belakang mereka yang hanya ditutupi oleh spanduk saja.
"Loh."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
susi 2020
😂😂😂🤣
2023-10-03
0
susi 2020
🙄🙄
2023-10-03
0
Carlina Carlina
mpok ijah kepooo nich 😂😂😂😂😂😂😂😂👍👍👍👍
2023-07-12
0