Happy reading
Setelah selesai menghabiskan arem arem itu, Sinta tak langsung pulang wanita itu terlebih dahulu menunggu hujan reda.
Tak lupa ia mengirim pesan pada orang tuanya agar tidak cemas. Karena ia memang suka meleng jadi anak. Yang kadang malah membuat orang tuanya itu harus berpikir bagaimana agar anaknya ini menjadi anak yang patuh dan baik.
"Kapan ya mas hujannya reda?" tanya Sinta menatap jalan yang sudah basah karena air hujan yang terus turun.
"Nanti kalau air di awan udah habis," jawab Kevin menikmati kopi buatan Mpok Ijah.
Akhirnya setelah menunggu sekitar 1 setengah jam lebih, hujan yang tadinya sangat deras hingga membuat Sinta dan Kevin bisa PDKT akhirnya berhenti. Bahkan terlihat ada pelangi di sebelah barat. Sepertinya semesta pun ikut mendukung hubungan keduanya yang bahkan belum ada secuilnya cinta.
"Mas lihat ada pelangi," ucap Sinta menujuk pelangi yang melengkung.
"Huss gak boleh di tunjuk, nanti pelanginya hilang," ucap Kevin menurunkan tangan Sinta yang menujuk pelangi.
"Lah masih percaya aja soal begituan," ujar Sinta dengan tawa.
Mpok Ijah yang melihat kedekatan mereka itu tersenyum, semoga bos suaminya itu segera mendapatkan pasangan yang pas. Karena Kevin memang sebaik itu hingga membuat orang orang yang dekat dengannya selalu sungkan.
Kevin mirip sekali dengan ayahnya dulu, sebelum meninggal. Tak pernah membeda bedakan orang yang dianggapnya baik.
Sinta yang merasa sudah waktunya ia pulang itu langsung mengambil tasnya. Kemudian ia pamit pada Kevin dan para karyawan disana. Termasuk juga Mpok Ijah.
"Mas utang Sinta besok ya kalau gak lupa, tapi kalau Sinta lupa Mas ikhlaskan saja sama Sinta. Dijamin dapat pahala," ujar Sinta yang sebenarnya tak rela pergi karena ia sudah terlanjur nyaman dengan Kevin dan suasana di bengkel itu.
"Iya Neng," jawab mereka serempak.
Kevin tersenyum dan mengangguk kemudian memberikan plastik yang berisi arem arem dan makanan yang ada di warung Mpok Ijah lainnya.
"Buat makan di jalan kalau nanti lapar lagi," ucap Kevin yang membuat Sinta tersenyum.
"Duh Mas, Sinta jadi gak enak. Tapi makasih ya, semoga rezeki mas lancar sampai nanti kita tua. Eh maksudnya sampai tua gitu," ucap Sinta yang tiba tiba keceplosan. Ia merutuki bibirnya yang asal mangap ini apalagi di depan calon suaminya eh ahh dah lah gak tahu.
"Iya sama sama, makasih juga sudah mendoakan yang baik baik," jawab Kevin yang sebenarnya ia sedikit salting mendengar ucapan ceplos dari Sinta. Tapi ia tahan agar tak malu maluin di depan calon, Anjayy.
Setalah berpamitan Sinta langsung tancap gas pulang ke rumah. Padahal sebenarnya pulang sekolah itu jam 3 saat ini tapi karena ada insiden motor mati segala akhirnya Sinta pulang jam 1 lebih. Setalah menunggu berberapa saat hujan reda tadi.
Tin! Tin! Tin!
Kini senyum yang tadi ditampilkan oleh Kevin perlahan hilang, seperti motor Sinta yang sudah hilang menjauh.
"EHEM ada yang kosong tapi bukan tong," celetuk Dani dengan muka tengilnya.
"Duh pelangi, kau indah tapi sayang bidadari bos gue udah gak ada," Udin ikut menatap bosnya kemudian menatap pelangi yang sangat indah di sana.
"Bos kalau demen tu langsung bilang, jangan cuma dilihatin doang," timpal Sapri bagaikan seorang kakak pada adiknya. Padahal jarak usianya dengan Kevin sangat jauh.
"Masa iya gue demen sama tu anak?" tanya Kevin pada mereka.
"Jantung lu gimana bos saat deket sama dia?" tanya Dani yang ingat dengan perkataan Kevin jika tipe ceweknya itu adalah "Tak perlu cantik yang penting bisa buat nyaman dan jantungku dag dag dug."
"Jantung gue?" tanya Kevin memegang jantungnya yang masih terasa aneh.
"Apa ini yang namanya cinta?" tanya Kevin dalam hati. Kevin mulai menerbitkan senyumnya. Tampaknya ia bisa saja langsung menyanggupi permintaan sang ibu.
Karena senang hatinya akhirnya Kevin langsung berjalan menuju motor yang ada disana dan menanyakan keluhan motor itu.
Sedangkan para karyawan yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Mereka tahu jika bosnya ini baru saja merasakan apa itu yang namanya jatuh cinta.
****
Sedangkan di tempat lain, Sinta tak pernah berhenti menyanyikan lagu lagu yang menggambarkan tentang wanita yang sedang kasmaran.
Bahkan tanpa di sadari oleh gadis itu, motor yang ia kendarai sudah sampai di depan rumah tingkat yang sudah menjadi tempat tinggal selama 18 tahun. Gadis itu memarkirkan motornya di halaman rumah dan berakal masuk.
"Loh kok udah pulang?" tanya seorang wanita yang sedang memangku anak perempuannya yang berusia 3 tahun itu.
"Ini nih mbak, motornya tiba tiba mogok tadi. Terus Sinta harus dorong 1 jam lebih ke bengkel. Mana udah di tengah jalan ke sekolah lagi, mau pulang juga nanggung banget. Sinta kira bakal cepet sampai bengkel lah ternyata lama banget."
"Loh berarti kamu gak sekolah dong?" tanya Mbak Lika pada adik iparnya yang sudah ia anggap adik kandung. Karena memang sesayang itu ia pada adiknya apalagi mereka satu frekuensi yang sering membuat Bang Rendi kesal dan marah.
"Nessi cantiknya ante, mau makan ini gak tadi ante di kasih orang baik," tanya Sinta pada keponakan cantiknya.
"Apa ante?" tanya Nessi dengan cadel menatap bungkus pisang itu.
"Katanya namanya arem arem, enak kok di dalamnya ada suiran ayam sama tempenya. Nessi mau?" tanya Sinta lagi. Nessi menganggukkan kepalanya pertanda mau. Dengan senyum Sinta langsung membuka bungkus itu pisang itu kemudian memberikan pada Nessi.
"Dimakan ya cantik, biar kenyang."
"Dapat dari mana dek?" tanya Mbak Lika pada Sinta. Ia ikut mengambil satu makanan di dalam kresek merah itu.
"Tadi pas di bengkel, di beliin. Oh ya kak ayah mana?" tanya Sinta duduk disamping Nessi kemudian memakan kacang goreng yang ada di kresek itu.
"Oalah baik bener yang beliin, ayah masih di kantor sama Mas Rendi. Lagian ini belum jam 5 sore dek jadi mereka belum pulang," jawab Mbak Lika dan dianggukkan oleh Sinta.
"Mbak awal mbak ketemu Bang Rendi itu gimana? Jantung mbak ada jedak jeduk gak?" tanya Sinta yang kini mulai bertanya dengan wajah seriusnya.
"Ha? Mbak sama Abangmu dulu gak ada pacaran dek. Kan kita langsung nikah, tapi awal Mbak ketemu Abang kamu, Mbak udah langsung suka gitu. Rasanya nyaman banget kalau sama dia mah."
Mbak Lika mulai menyadari sesuatu.
"Kenapa kamu tanya begitu? Kamu udah punya cowok yang kamu taksir?" tanya Mbak Lika pas sekali.
"Hehhe montir tampan di bengkel tadi yang ternyata pemilik bengkel. Ganteng banget mbak sumpah, Sinta gak tahu ini perasaan apa tapi rasanya campur aduk gitu lah," ujar Sinta dengan polosnya.
Maklum anak perempuan Bu Nila dan Pak Anto ini tak pernah pacaran.
"Ciee ternyata adik mbak udah gede, udah mulai naksir cowok ya," goda Mbak Lika dengan senyum manisnya.
"Mbak ih, jangan bilang gitu. Malu, ini cukup menjadi rahasia kita aja. Sinta gak mau jadi target bullyan bang Rendi," ucap Sinta dengan wajah imutnya.
"Siap, tapi nanti kalau sudah sah jadian jangan lupa traktir Mbak ya," jawab Mbak Lika dengan senyum khasnya hingga memperlihatkan lesung pipinya.
"Iya, tapi jangan yang mahal. Doain bisa berjodoh sama Mas montir ya Mbak."
"Iya adikku sayang."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
susi 2020
😘😘🥰
2023-10-03
0
susi 2020
🤩🤩
2023-10-03
0
aminah nizam
ceritanya simpel suka
2023-05-24
0