Salah Data

Salah Data

“Zikri ... udah, sana kerja!” aku berkata sambil mendorong tangannya yang bertumpuk di atas meja.

“Iya, iya,” katanya sambil berdiri.

Bertepatan dengan itu, seorang rekan kerjaku menghampiri sambil menyerahkan sebuah flashdisk.

“Sal, ini laporan Minggu ini yang bagian Rizal!” kata pria itu, membuatku heran. Namun, aku hanya mengangguk sambil meraih benda kecil itu dan langsung mengeluarkan laptop dari tas-ku.

“Eh, biasanya kan Rizal ngasih sendiri, soalnya pasti harus di jelasin itu bagian review-nya, ini masih kelanjutan yang kemarin apa udah tes sample data baru?” Tina yang justru bertanya secara kritis, mewakili kebingunganku.

“Mana aku tahu, tanya aja sendiri!” jawab teman sekantor Rizal itu sambil berlalu.

“Kenapa sih, tumben dia gak mau datang ke sini, kalian marahan?” tanya Tina.

“Dih! Apaan, sih? Apa gunanya aku sama dia marahan? Nggak jelas!” aku menjawab sambil fokus pada layar laptop yang baru saja menyala.

Tina kembali meraih kursi yang tadi dia duduki, lalu duduk di sampingku.

“Coba buka file-nya, siapa tahu ada pesan-pesan tersembunyi apa gitu, atau dia justru kasih puisi cinta buat kamu!”

Aku menoleh heran, ingin rasanya aku memukul kepalanya yang berisi pikiran kacau begitu. Namun, Tina satu-satunya teman yang tidak pernah malu jalan bersamaku dan tidak memandang sebelah mata padaku.

“Kamu mau tahu?”

“Hmm.” Tina mengangguk, oleh karena itu aku serahkan flashdisk itu padanya dan biar di sendiri yang membuka file di dalamnya.

Temanku itu tampak senang, dan ia langsung pergi keejanya sendiri. Aku melihat ekspresi wajahnya setelah beberapa saat menatap layar laptopnya. Ia yang kemudian berwajah masam sambil melirikku dan cemberut.

“Kenapa?” tanyaku, karena ekspresi wajahnya lucu. Aku tidak bisa menahan tawa.

“Nggak ada apa-apanya, ini laporan lanjutan pekan kemarin!”

Setelah mendengar kata-katanya, aku benar-benar tertawa lepas. Tina seperti orang yang kehabisan makanan saat dia kelaparan. Lalu, dia mengirimkan filenya melalui email-ku.

Setelah melihat isi laporan itu aku sedikit kebingungan karena memang dari awal tajur laporan, data yang ada tidak ada ke sambungan antara laporan sebelumnya. Aku mencoba mengirim pesan pada Rizal untuk menanyakannya, tapi tidak ada balasan sampai satu jam kemudian. Bahkan, ketika aku menelepon pun tidak diangkat.

Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke ruangan lain mencari Rizal, tapi teman yang biasa satu ruangan bersamanya bilang, tidak tahu di mana pria itu. Aku pikir mungkin dia ke toilet jadi aku berjalan ke sana. Namun, setelah aku bertanya pada beberapa orang yang ada di sana pun tidak melihatnya.

Aku melangkahkan kakiku kembali ke ruanganku, dan saat aku melewati mushola kecil yang biasa digunakan pada pegawai kantor, aku berhenti. Aku mendekati tempat itu, karena terdengar suara seseorang sedang melantunkan ayat suci Alquran, dengan merdu. Tiba-tiba hatiku bergetar mendengar suara orang yang membacanya, karena tidak asing. Benar saja, ketika aku menengok ke dalam, Rizal terlihat sedang asyik membaca Alquran kecil di tangannya.

Ah ... pantas saja teleponnya tidak diangkat dan pesan pun tidak dibalas. Apa dia dari tadi ada di sini? Aku sadar pertanyaanku tidak akan mendapatkan jawaban.

Sebenarnya aku tidak enak, karena harus mengganggu, hingga aku mengetuk pintu ruangan yang terbuka itu. Seketika Rizal menoleh dan tatapan kami bertemu.

“Maaf, aku ganggu, ya?” aku bertanya sambil berdiri di depan pintu.

“Ah nggak, aku kebetulan udah selesai!” jawabnya tanpa ekspresi, dan terkesan acuh tak acuh. Ini adalah reaksi yang tidak pernah aku temui sebelumnya.

Kulihat Rizal menutup kitab suci itu dan memasukkannya ke saku kemeja seragamnya. Sebagai sesama honorer tentu kami memakai seragam kerja yang sama.

“Ada apa?” katanya sambil berdiri beranjak dari duduknya yang bersila tadi. Lalu, dia mendekat ke arahku, dan aku mundur selangkah.

“Kamu nggak salah ngirim file, kan?’

“Oh itu, nggak kok! Kenapa?

“Kok, ini draf awalnya nggak nyambung dari data kemarin?”

“Kamu lihat file yang mana? Kan udah aku tulis jelas banget keterangan sama tanggalnya!”

Ketika berbincang-bincang, aku dan Rizal sudah berjalan beriringan menuju ruangan dan berakhir di meja kerjaku. Aku duduk sambil menunjukkan file yang diberikan Tina melalui email. Sementara Rizal tetap berdiri di samping sambil menatap layar yang sengaja aku arahkan padanya.

“Kok yang ini, sih?” katanya.

Aku mendongak dan melihat pria itu mengerutkan alisnya begitu dalam.

“Lah, benar yang ini, kan?”

“Bukan! Mana flashdiskku!” Rizal terlihat kesal, bibirnya kulihat bergerak-gerak seperti menggerutu tanpa suara.

Aku segera mengambil benda yang dicarinya di meja Tina. Kulihat perempuan itu tersenyum penuh arti di bibirnya.

“Sok-sok-an nggak mau ketemu, padahal setengah mati menahan rindu!” bisiknya padaku.

“Eh, ngomong apa kamu, siapa yang rindu? File yang kamu kirimkan salah! Mana flashdisknya!”

“Emang aku sengaja! Nih!” kata Tina sambil menyerahkan benda yang kucari.

“Dasar!”

Tina terkekeh menyebalkan.

Akhirnya aku dan Rizal bekerja sama seperti biasanya, aku tidak tahu kenapa dia bersikap seolah malas bicara dan hanya menjawab seperlunya saja.

Aku pun sama, tak enak kalau harus seperti ini terus, karena aku khawatir Zikri akan tahu betapa dekatnya kami saat ini, dia pasti marah.

“Udah selesai,” kata Rizal terlihat lega, saat semua laporan berhasil kami rekap. Ia beranjak berdiri dan tersenyum puas.

“Lain kali, aku kirim file seperti tadi, ya?” katanya.

“Ya, terserah kamulah!”

“Soalnya, kamu sekarang sudah resmi sama Zikri, jadi, untuk jaga-jaga kalau ada yang bakal cemburu nanti!”

❤️❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

Pipit D 🤎🧡 TEAM GANJIIL

Pipit D 🤎🧡 TEAM GANJIIL

woahhh ada uang cemburu

2023-04-19

3

Noviana Lestari𖣤᭄

Noviana Lestari𖣤᭄

kerja satu kantor sama orang yang kita suka agak gimana gt

2023-04-09

25

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

lingkungan kerja dengan segala dramanya

2023-04-07

9

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!