Kejutan

Kejutan

“Waalaikumsalam! Sal, gimana jawaban kamu?” tanya Zikri dari telepon genggam yang menempel di telingaku.

“Ki! Kamu bilang ke Rizal kalau kita mau balikan?” Aku tanya langsung pada intinya biar semua jelas. Aku tidak ingin Zikri—yang biasa dipanggil Kiki itu, berbuat seperti itu, hanya karena merasa kalau Rizal adalah, saingannya. Ia memang pernah bilang dulu kalau tidak suka dengan Rizal, yang selalu sok perhatian padaku. Ia merasa Rizal sudah melakukan apa yang menjadi tugasnya.

Aneh sekali. Namun, semua masih bisa kumaklumi.

“Iya! Biar dia nggak ganggu kamu lagi!” katanya mantap.

“Dari mana kamu tahu dia suka ganggu aku?”

“Kamu belain dia, Sal?”

“Aku nggak bela siapa-siapa, aku, kan nanya sama kamu, dari mana kamu tahu kalau Rizal itu pengganggu? Jadi, maksudku, kamu jangan suka menyimpulkan sendiri kalau nggak tahu dia gimana, aku sama dia kerja satu kantor tapi beneran kami nggak pernah ngomong kecuali urusan kerja!”

“Nah, kan? Kamu masih saja belain dia!”

Akhirnya aku diam, malas sekali menjawab ucapan Zikri.

“Sal! Saliya! Kamu kok, diam saja? Gimana jawabannya?”

“Ya. Ayo, kali ini kita coba lagi!” akhirnya aku memberi jawaban pasti, aku akan kembali menjalani hubungan bersamanya seperti saat masa kuliah dulu.

Telepon aku akhiri, setelah Zikri berjanji akan datang lagi besok sambil membawakan kejutan hari jadian kami. Ada-ada saja, entahlah aku sekarang merasa tidak terlalu memikirkan seremoni seperti itu, lebih baik mikirin kerjaan.

Dunia kerja itu keras, banyak tuntutan dan tekanan dari sana-sini. Kalau tidak bermental kuat maka itu tidak mudah.

$$__$$__$$__$$

Keesokan harinya ketika aku mau berangkat bekerja, Zikri datang membawa buket bunga besar. Ia tersenyum lebar sambil memarkirkan motor di dekat motorku, saat ia menyerahkan buket bunga Itu.

“Nih, buat kamu, sekalian aku jemput, terus anterin kamu kerja,” katanya.

“Jadi, ini kejutannya?”

“Iya!” jawabnya, sambil mengedipkan sebelah mata, senyum manis tak lepas dari bibirnya.

“Nggak usah repot-repot buat jemput, aku, kan punya motor!”

“Ayolah! Kan, ini hari pertama kita jadian!”

Aku tidak menolak kebaikannya dan aku terima buket bunga itu. Lalu, kembali masuk ke ruang tamu. Ibu yang masih berdiri di sisi pintu untuk melepas keberangkatanku, hanya tersenyum simpul sambil melirik bunga yang kuletekkan di atas meja.

“Hati-hati di jalan!” pesannya pada kami.

Aku duduk di boncengan belakang motor sambil memakai helm. Saat itu aku berpikir kalau Zikri harusnya berhemat karena sekarang ia tidak bekerja. Jadi, tidak perlu memberikan hubungan sebesar itu. Namun, karena untuk menghargainya aku cukup mengucapkan terima kasih saja.

Zikri benar-benar mengantarku sampai di kantor, dan saat di depan pintu gerbang ia menghentikan motornya, kulihat ia menoleh ke segala arah seperti mencari seseorang.

“Nanti aku jemput lagi, ya?” katanya, “kan kamu nggak bawa motor?”

“Ya, gimana mau bawa motor ... kamu maksa mau anter jemput aku, kan?”

“Iya, biar kamu gak diambil orang!”

“Siapa yang mau ngambil orang kayak aku?”

“Awas ya Jangan mau kalau diantar Rizal!”

Menurutku, sekarang Zikri terlalu posesif ia khawatir terlalu tinggi atau kepercayaannya padaku sudah hilang. Entahlah aku tidak tahu apa yang dia pikirkan saat ini.

“Iya, iya ... jangan kuatir, tapi untuk hari ini saja ya nggak usah tiap hari!”

“Kenapa memangnya kamu takut ketahuan, ya, kalau nanti kamu diantar jemput Rizal?”

“Enggak! Kenapa kamu jadi seperti ini sih, Ki? Apa kamu nggak percaya lagi sama aku? Memang kamu pikir apa yang berubah dari aku, kenapa kamu terlalu memikirkan Rizal? Seharusnya kamu percaya sama aku, buktinya aku mau balikan lagi, jangan berprasangka buruk dengan laki-laki itu!”

“Eh kamu belain dia lagi?”

“Bukan, bukan ngebela dia, tapi aku cuman pengen minta kamu percaya sama aku kayak dulu lagi ... kita sekarang sudah sepakat mau menjalin hubungan seperti dulu, tapi kalau kamu nggak sama seperti dulu, kamu berubah, itu percuma, Ki! Ahk ... aku jadi nggak enak, udahlah sekali ini aja kamu antar jemput aku, dan kamu lebih baik cari kerjaan lain!”

“Untuk sementara waktu ini, kerjaanku antar jemput kamu apa salahnya?” kata Zikri, kulihat ia begitu keras kepala sekarang.

“Nggak perlu ...! Kamu lebih bagus mengerjakan sesuatu lebih berguna!”

“Jadi nganter jemput kamu itu bukan sesuatu yang berguna?”

Aku merasa Zikri sengaja menarik perhatian dan emosiku. Beberapa rekan kerja yang mulai berdatangan, terlihat menoleh ke arah kami. Padahal, aku bicara dengan suara rendah.

“Kan aku punya motor, Ki! Jadi, kamu nggak perlu antar jemput nggak apa-apa, aku bisa sendiri ...!”

“Ya udah! Tapi janji ya kamu harus jaga diri!”

Aku tahu maksud jaga diri yang diucapkan Zikri.

“Iya, iya!”

Aku melihat Zikri memutar motornya dan kemudian melaju ke arah jalanan, menuju rumahnya dengan kecepatan sedang. Setelah dia benar-benar tidak terlihat aku pun kembali berbalik arah menuju kantor di mana tempatku berada.

Baru saja aku menyimpan tas di atas meja Tina datang sambil menepuk bahuku, keras.

“Heh, Sal! Siapa yang nganter kamu tadi, sodara atau temannya teman? Terus, ke mana memang motormu mogok? Atau itu calon suami kamu, ojek online? Atau orang yang sengaja kamu palak buat nganter kamu?”

Tina selalu sukses membuatku kesal saja.

“Kamu ini ngomong apa sih? Pagi-pagi udah bikin masalah aja, bikin aku tambah pusing, tahu?”

Aku duduk sambil memijat pelipis. Pura-pura pusing beneran biar perempuan itu cepat pergi. Nyatanya tidak, dia justru menarik kursi lain dan duduk di seberang mejaku.

“Kok pusing? Kamu, kan nggak bawa motor sendiri, udah dianter cowok ganteng lagi!” katanya setelah duduk, mirip polisi yang menginterogasi pencuri. Aku, kan tambah kesal. Dia bilang Zikri tampan, ahk! Aku hampir tidak tahu, apa harus menangis atau tertawa.

“Aku itu sebenarnya nggak mau dianter dia tadi, tapi dia maksa!”

“Gini aja, kalau kamu pusing diantar cowok kayak dia, bilang suruh ngantar jemput aku aja besok!” Tina berkelakar.

“Ya, ya, nanti aku bilang sama dia, siapa tahu dianya mau!”

“Siapa namanya?”

❤️❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

@Pipit F 🤩

@Pipit F 🤩

kepo banget nih si Tina

2023-04-19

3

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

pacaran. diterima tapi gak tau dicintai atau tidak.

2023-04-07

15

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!