Putus Nyambung

Putus Nyambung

“Aku sama Zikri itu saling mencintai sejak dulu, wajar kan, kalau kita bersama lagi?” kilahku beralasan, dengan maksud agar ia bosan dan menjauh.

“Saliya, kalau dia serius sama kamu, gak bakalan kalian itu putus nyambung melulu,” Rizal berkata sambil tersenyum tipis dan memalingkan pandangannya. Entah apa maksudnya bilang begitu. Bagiku dia itu usil. Kenapa tidak cari wanita lain yang jauh lebih baik dan lebih cantik, sih?

“Eh, kamu ini mantau perkembangan urusan pacaran orang saja, kamu berbakat jadi mata-mata, ganti pekerjaan saja sana!” Aku mengakui memang hubunganku dengan Zikri seolah berjalan di tempat, sudah dua kali aku putus nyambung dalam menjalin hubungan. Terhitung sejak kami saling menyukai saat kuliah menginjak semester tiga.

“Coba hitung udah berapa tahun hubungan kalian? Bukan berkembang itu namanya!” katanya lagi membuatku kesal.

Aku tidak membalas ucapannya dan hanya mengangkat kedua bahu.

“Pacaran itu tidak bagus untuk usia seperti kita lebih baik menikah saja, kan kalau sudah sah, enak mau ngapa-ngapain juga halal!” kata Rizal terkesan religius. Aku pikir memang pria itu sedikit berubah lebih agamis, saat zuhur dia sering terlihat pergi ke masjid di dekat kantor. Bahkan, dia memanjangkan jenggotnya sedikit tanpa disertai dengan kumis. Ucapannya lebih sopan dan lebih sering menundukkan pandangan.

Justru itu, aku merasa lebih tidak pantas kalau disukai orang seperti dia. Aku tidak tahu apa-apa soal agama, paling tahunya tentang salat, zakat dan puasa, berbakti pada orang tua, sedekah pada orang miskin, itu saja tidak lebih. Seperti sekarang saat ia masuk ke kuburan, ia melakukan hal yang tidak biasa dengan melepas sandalnya. Aku tidak tahu kenapa dia begitu.

Aku melangkah pergi meninggalkan makam ayah setelah selesai mencabuti rumput. Sejenak kumeliriknya dan ternyata dia masih melihatku. Seketika dia jadi salah tingkah dan memalingkan pandangannya lagi ke arah jalanan.

“Awas hati-hati jalannya!” katanya saat kami tiba di jalanan yang sedikit menurun, tidak ada tangga di sana dan aku hampir terpeleset.

“Aku bisa jalan sendiri!” Aku tepis tangannya yang berusaha memegangi tanganku. Jalanan sedikit licin karena semalam hujan. Aku harus berhati-hati agar adegan mesra yang Rizal inginkan tidak terjadi.

“Kamu naik apa ke sini?” tanyanya.

“Naik motor, kenapa?” aku melihat mobilnya terparkir dengan cantik, tak jauh dari tempat kami berdiri saat ini.

“Ya kalau kamu nggak bawa motor, aku mau nganterin kamu sampai rumah!”

Aku mencebik saat menunduk, sambil terus berjalan menuju motor matick kendaraan yang setia menemaniku. Lalu, menyalakan mesinnya. Anehnya Rizal mengikutiku, seperti hendak memastikan sesuatu atau tidak ada masalah.

Dia maksa banget, sih, mau nganterin aku?

Angin bertiup secara tiba-tiba, seperti sengaja menyibakkan selendang tipis yang aku gunakan untuk menutupi Rambutku setiap kali pergi ke makam ayah.

Rizal mengelurkan tangannya secara cepat dan mengenakan kembali kerudung itu di kepalaku.

“Makanya pakai kerudung itu yang benar!” katanya. Kulihat tatapannya lurus ke arah bola mataku dan pandangan kami pun bertemu.

Seketika jantungku berdegup lebih keras, aku sampai khawatir kalau dia mendengar detakannya. Wajah dan tatapan itu tidak pernah berubah sejak dia menyatakan perasaannya padaku. Aku benar-benar kaget waktu dia bicara begitu.

Kegugupanku seolah membuat lidahku tiba-tiba menjadi kelu.

“Lain kali kalau pakai kerudung itu yang benar, jangan seperti ini ... rambutmu masih kelihatan, kamu akan lebih cantik kalau memakai jilbab! Aku suka!” kata Rizal lagi.

“Jangan campuri urusanku, sudah pulang sana!”

“Kamu ngusir aku? Eh, ini kan bukan rumah, ini kuburan ... siapa saja boleh berada di sini! Aku, belum selesai berdoa di makam ayah, kamu sudah mau pergi.”

“Jadi tujuan kamu ke sini memang mau ke makam ayah?”

Rizal mengangguk.

“Yang bener? Kamu bukannya ke rumah dulu, tanya sama ibu aku ke mana, terus nyusul ke sini?”

“Nggak, aku dari rumahku langsung ke sini kok, kamu pikir gimana kita bisa ketemu?”

Tiba-tiba aku merasa tersanjung dengan ucapannya, kebetulan sekali, kan?

Sepertinya aku akan jadi tidak waras kalau terus berdekatan dengannya seperti ini. Segera kuarahkan stang motor ke jalanan dan pergi meninggalkan Rizal begitu saja.

Sampai di jalanan dan membelah angin, air mataku kembali menetes.

“Maaf Riz, bukannya aku cuek dengan kebaikan kamu selama ini, aku hanya ingin menjaga hatiku sendiri ... aku nggak mau kecewa kalau ternyata kamu hanya mempermainkan perasaanku saja. Aku ini nggak secantik perempuan lain di luar sana, Aku nggak tahu kamu tulus atau tidak, aku khawatir kalau kamu cuma mau mainin aku saja!”

Aku menepuk dada sejenak dengan tangan kiri, sementara tangan kanan tetap memegang stang motor, mungkin bisa menenangkan debug jantung yang terasa sesak.

“Maaf, sekali lagi Riz, aku sudah berpikir buruk kalau kamu sengaja menyatakan cinta itu karena ingin mengejekku atau mungkin matamu salah lihat sudah menyukai orang seperti aku, teman kantor juga banyak yang lebih cantik dan seksi, kok! Kamu bisa memilih salah satu di antaranya dan mereka pasti akan menyukaimu. Sungguh orang seperti kamu itu sulit untuk tidak membuat wanita jatuh cinta!”

Sesampainya di rumah Aku mengucapkan salam karena ibu sedang duduk di ruang tengah, sambil menonton televisi. Aku langsung pergi ke kamar dan menangis di tempat tidur dengan memeluk bantal. Hatiku dalam dilema, apakah akan menerima perasaan Zikri kembali atau tidak.

❤️❤️❤️❤️

Hai, hai! Jumpa lagi di novel baru saya, cerita ini berdasarkan kisah nyata loh, baca terus ya? Semoga saja suka dan bisa menghibur.

Baca juga karyaku yang lainnya! 😊

Terpopuler

Comments

@Pipit F 🤩

@Pipit F 🤩

zikri atau rizal?? bingung kan

2023-04-19

5

Noviana Lestari𖣤᭄

Noviana Lestari𖣤᭄

siap ka jadi penasaran ceritanya

2023-04-09

11

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

ternyata berdasarkan kisah nyata

2023-04-05

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!