Perubahan Sikap Olin

"Mama perhatikan Olin udah jarang berangkat sekolah sama kamu, Bang. Ada apa?" tanya Bee mengoles selai coklat permintaan Siena.

Bintang yang mendengar mengangkat wajahnya dari tablet yang sejak tadi mencuri perhatiannya. Ikut melihat ke arah Saga, meminta penjelasan dari anaknya itu.

Sagara yang merasa diteror oleh dua pasang mata hanya bisa menelan salivanya dengan berat. Dia baru saja bersiap untuk sarapan, tapi ternyata sudah diserbu dengan pertanyaan yang dia sendiri gak tahu jawabnya.

"Kalian bertengkar? Abang ngejahatin Olin?" desak Bee, seolah dia harus menjawab iya agar ibunya itu merasa bangga pada dirinya sendiri karena sudah berhasil menebak.

"Dih, kagak, Ma. Tanya aja sama anaknya. Noh," ucapnya menunjuk dengan mata ke arah Olin yang turun bersama si kembar. Wajah gadis itu terlihat lesu dan lemas, jelas terlihat kurang tidur.

"Kamu sakit, Lin?" tanya Bee meletakkan punggung tangannya di kening Olin setelah gadis itu duduk. Olin hanya menggeleng lemah.

Dia memang tidak sakit hanya kurang tidur. Masih terganggu dengan sikap Nay yang tidak mau bicara padanya. Jelas saat pulang sekolah, Olin dengan sengaja menghindar. Memilih pulang duluan agar Saga bisa pulang bareng Nay. Dia ingin memberi kesempatan bagi Nay untuk bisa berdua. Tampaknya Nay enjoy, memang itu yang dia inginkan.

Setelah membaca diary Nay, Olin pun mengetahui alasan gadis itu tidak menyukainya.

Tapi mau gimana lagi? Olin sangat menyukai Sagara? Cerita mengenai Sagara yang dia ketahui dari orang tuanya lah yang membuat Olin berani datang dari Prancis ke Indonesia. Meninggalkan Oma dan keluarga lainnya.

Sejak kecil hanya dengan mendengar tentang Sagara, Olin sudah jatuh cinta pada pria itu dan ingin sekali bertemu dengan Sagara.

Kematian kedua orang tuanya, menjadi puncak dari niat Olin untuk datang ke Indonesia.

Melihat kebersamaan Nay dan Saga, jelas membuat hati Olin sedih. Cintanya harus pupus sebelum berkembang, hanya demi menjaga perasaan Olin.

"Kalau kamu gak enak badan, istirahat aja di rumah. Nanti Om akan hubungi sekolah kamu, buat minta izin," pinta Bintang dengan lembut. Baginya, Olin sudah seperti putrinya sendiri.

"Gak papa, kok, Om. Aku baik-baik aja. Paling juga lemas, gak enak badan dikit karena gak begadang kemarin malam," Jawab Olin mengambil beberapa potong roti, meletakkan di atas piringnya.

"Gak enak badan, tapi makan banyak juga ya," ejek Sagara melirik piring Olin.

"Hehehe, ini demi mempertahankan kecantikan ku. Biar kamu tetap terpikat," ucap Olin menggoda Sagara. Selalu seperti itu, jurus Olin pasti bisa membuat Sagara tersipu malu dan akhirnya mengambil tasnya, lalu pamit berangkat sekolah.

"Ayo, sana, Lin. Bareng sama Saga," pinta Bee.

Tentu saja Olin semangat, segera bangkit tapi mendengar suara Nay yang menyapa Saga membuat Olin kembali menghempaskan bokongnya ke kursi.

"Ntar aja deh, Tante. Masih mau sarapan. Ini belum habis," ucap Olin menunjuk isi piringnya.

"Ya udah, kamu berangkat sama Om aja nanti," sambar Bintang. Walau tidak searah, dia tidak keberatan mengantar Olin bersama kedua putri kembarnya.

***

"Lo gak papa?" tanya Sagara mendatangi UKS di sekolahnya. Suara nya terdengar khawatir melihat Olin yang terbaring lemah di ranjang.

"Gak papa, cuma ini kenapa benjol ya?" ucapnya menyentuh sudut keningnya yang terasa sakit.

"Lo jatuh terjerembab ke tanah pas olahraga. Kalau gak fit, kenapa ikut olah raga sih? Pake ikut lari, lagi!" ujar Sagara yang kini sudah bisa merasa tenang setelah Olin sadar.

Saat gadis itu pingsan, Sagara juga sedang olahraga bersama teman-teman sekelasnya. Kebetulan mata pelajaran olahraga mereka sama, berada pada jam ketiga sebelum istirahat.

Begitu mendengar teriakannya teman sekelas Olin yang menyatakan dia pingsan, Sagara yang tengah mendengar pengarahan dari guru olahraga mengenai pertandingan basket bulan depan segera berlari menuju tempat Olin yang sudah dikerubungi oleh teman-temannya. Guru olahraga mereka sudah menunduk, bersiap untuk mengangkat tubuh Olin, tapi bergegas, Sagara mengambil alih, menggendong tubuh Olin ke UKS.

Nay melihat hal itu. Mengepal tinju sebagai ungkapan amarahnya. Dia tidak suka kalau Olin kembali mendapatkan perhatian dari Sagara. Padahal belakang ini dia sudah menghabiskan banyak waktu dengan pria itu.

"Awas kau, Lin!" umpatnya hanya bisa melihat Sagara yang berlari membawa Olin.

"Oh," jawab Olin singkat.

"Ayo kita pulang, biar gue antar," ucap Sagara ingin membantu Olin duduk.

"Loh, ini aku pingsan, dokter gak ngasih obat atau perawatan khusus? Siapa tahu aku harus disuntik atau di opname?" ucap Olin yang celingukan melihat ke semua sudut ruangan UKS, tampak kosong, hanya ada mereka berdua. Biasanya UKS selalu dihuni oleh seorang dokter yang ditugaskan di sekolah mereka.

"Kalau lo memang mau dirawat, biar gue bawa ke rumah sakit. Dokter sekolah gak ada."

"Loh, Bu Tanti?"

"Udah resign. Keterima jadi PNS! udah, kita pulang aja!"

Olin menerima uluran tangan Saga, yang membawanya turun, membantu Olin untuk berjalan. Sebenar gadis itu baik-baik saja, dia hanya coba mendramatisir keadaan supaya dia bisa menghindari pelajaran fisika habis ini. Dia gak suka pada guru baru mereka, suka jelalatan pada nya.

Tanpa sengaja, Olin melihat Nay yang memandang mereka dari seberang. Duduk bersama teman-teman sekelasnya yang masih memakai pakaian olahraga. "Kak, aku ke kelas aja ya. Ingat ada pr yang belum aku kerjakan," tukas Olin melepas pegangan Saga. Padahal baru saja dia bergembira bisa berpegangan tangan dengan Saga, lalu mereka juga akan pulang bersama, ya kalau beruntung bisa singgah beli eskrim ke Mixue.

"Loh, katanya kepalanya sakit, mau diinfus?"

"Gak jadi. Aku baru ingat, kalau aku phobia jarum suntik dadakan. Bye!"

Olin sudah bergerak cepat menuju kelasnya. Lagi-lagi harus mengalah pada Nay.

***

"Ke kantin, yuk," ajak Ana, teman sebangku Olin. Gadis itu sejak pelajaran Fisika terus grasak-grusuk.

Olin ingin menolak, tapi ajakan kedua temannya membuatnya gak enak hati.

"Ya udah, yok," balasnya. Baru akan meninggalkan kelas, teman mereka yang baru selesai rapat OSIS masuk ke dalam kelas.

Memandang Olin sedikit berbeda dari biasanya. "Ngapain Lo mandangin Olin kayak begitu? Kesambet?" ucap Nita memicingkan mata ke arah Tya dan Rere.

Jangan salah duga dulu, Olin tidak punya musuh di kelas. Dia sangat disukai karena sikap ramah dan baik hatinya. Suka membantu teman-teman nya yang kurang paham soal pelajaran. Bahkan Olin terkenal di satu sekolahan. Murid cerdas, cantik luar biasa secara gadis keturunan Indo-Prancis bermata indah.

"Ada apa, Tya?"

"Itu... tadi di rapat OSIS semua pada ngomongin Olin. Benar gak sih Lin, mereka ngatain Lo anak pembokat? Malah katanya keluarga lo ngebuang lo, karena bawa sial? Lo yang buat orang tua Lo celaka, sampai meninggal. Terus katanya, Lo numpang di rumah Danendra? setelah dipungut? Malah ada kakak kelas bilang Lo gak tahu diri, udah dipungut, di sekolahin tapi justru menggoda kak Saga?"

Sebaik-baik Olin, dia pasti punya amarah. Terlebih kalau sudah mengusik kenangan orang tuanya yang sudah meninggal.

"Siapa yang ngomong?" ucapnya dengan gigi gemeretak.

"Kak Naya."

Terpopuler

Comments

Neng Ati

Neng Ati

wah Naya kok gitu ya,kirain cm marah biasa SM Olin,awas saga jangan terlalu dekat SM Naya bahaya,hatinya iri itu

2023-04-06

0

Zul Denayu

Zul Denayu

Lanjuuttttt 💪🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

2023-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!