Bertemu Kembali

Sudah satu minggu ini Banyu tidak pulang ke rumah. Biasanya Banyu masih pulang sekedar istirahat atau makan bareng keluarganya.

"Banyu, hari ini kita ada janji bertemu dengan klien jangan lupa." Pesan Farel.

"Iya Bang."

"Jadi untuk hari ini, kalian berdua tidak makan di kantor?" tanya Panji.

"Memangnya kenapa kamu bertanya seperti itu? Janjinya habis jam makan siang," ujar Farel.

"Aku tidak perlu minta mbak Fitri untuk membeli makanan. Aku juga mau makan di luar."

"Kalau kamu Banyu?" tanya Farel.

"Aku di sini saja, sekalian mau selesaikan laporan kemaren."

"Baiklah, aku mau kembali keruanganku." Farel pun keluar dari ruangan Banyu diikuti oleh Panji.

"Abang kenapa? Masih ke pikiran yang kemarin?" tanya Panji hati-hati.

"Aku tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Tapi waktu aku menggauli perempuan itu yang ada di pikiran aku hanya Fitri. Dan aku merasa berhubungan dengan Fitri."

"Segitu cintanya Abang dengan mbak Fitri."

"Iya Panji, aku memang sudah jatuh cinta dengan Fitri. Tapi Fitri selalu menolak kalau aku ajak jalan. Dan Fitri selalu bilang aku harus memanggilnya dengan sebutan mbak atau ibu. Memangnya dia saudara aku apa? Aku juga tidak mungkin suka dengan ibu ku sendiri." Jelas Farel panjang lebar.

"Sabar Bang." Panji menepuk pundak Farel.

"Selamat pagi Pak Farel, Pak Panji." Sapa semua karyawan yang mereka temuin.

"Pokoknya Fitri nanti malam kita jadi pergi ya," ucap Ado karyawan OB senior yang berstatus duda memang cukup dekat dengan Fitri.

"Ado." Fitri menyikut lengan Ado yang masih banyak bicara.

"Ada apa Fitri?" tanyanya heran, Ado membalikkan tubuhnya. "Pagi Pak Farel, Pak Panji," katanya ketakutan. Fitri tersenyum melihat kedua atasannya.

"Apa yang kalian lakukan disini? Tidak ada kerjaan apa?" tanya Farel dengan nada marah.

Panji tersenyum melihat tingkat Farel, karena baru inilah Panji melihat ke cemburuan seorang Farel Adityawarman.

"Maaf Pak." Fitri menarik tangan Ado untuk pergi dari hadapan Panji dan Farel.

Panji merangkul pundak Farel "Buat mbak Fitri hamil, dengan begitu Mbak Fitri akan minta pertanggung jawaban." Usul yang membuat Farel menatap Panji tajam.

"Walaupun aku suka gonta-ganti wanita, tapi aku tidak akan pernah mau melakukannya." Ujar Farel yang langsung melangkah pergi. Panji tersenyum melihat tingkah Farel yang aneh dari biasanya.

Di kampus Anjani sibuk karena hari ini Anjani mau mengadakan seminar di hotel. Dari pagi Anjani sudah menyiapkan semuanya. Anjani memang sering jadi pembicara di seminar.

Sehabis sholat Dzuhur Anjani sudah berangkat ke hotel. Di sana sudah hadir moderator nya, tapi pesertanya belum datang.

"Ibu Anjani apa kabar?" Moderator yang bernama Yudi menyalami Anjani.

"Alhamdulillah baik mas," jawab Anjani duduk dan membuka laptop yang dia bawa.

Di restoran hotel, Banyu yang sudah selesai meeting duduk bercerita dengan Farel. Tadi bos dari perusahaan A, ingin di percepat meeting nya Karena ada janji.

Di antara peserta rupanya sudah ada Adi yang datang. Dulu waktu mereka pacaran, Adi tidak pernah absen untuk hadir di acara seminar yang pembicaraannya adalah Anjani.

"Banyu, aku pulang duluan. Aku juga minta izin hari ini nenekku datang."

"Baiklah, titip salam untuk nenek. Bilang kapan nenek mau masak untuk kami lagi?"

"Tunggu kita tobat." Farel ketawa sendiri.

"Kita sudah tobat, tapi tunggu kucing bertanduk emas." Banyu ikut ketawa juga.

Selesai seminar semua pada pulang, tinggal Anjani yang masih sibuk dengan laptopnya.

"Assalamu'alaikum," ucap suara di depannya.

"Waalaikumsalam," jawab Anjani menengok orang yang memberikan dia salam. "Mas Adi, apa kabar?" tanyanya langsung.

"Alhamdulillah baik." Adi masih memperhatikan Anjani yang tersenyum. "Tadi mas ada urusan di hotel ini. Dan waktu mas mau masuk tadi, mas melihat acara seminar dan kamu yang jadi pembicaranya." Adi menjelaskan sebelum Anjani bertanya lagi.

"Jadi setelah selesai meeting tadi, mas datang ke seminar ini?" Adi menganggukkan kepalanya.

"Sudah mau pulang ke rumah atau ke kampus lagi?"

"Pulang mas."

"Mau aku antarin?"

"Aku bawa motor, motor aku sudah bisa di pakai." Adi kecewa dengan jawaban Anjani. Karena inilah kesempatan yang bagus untuk bisa bicara lagi dengan Anjani.

Anjani dan Adi jalan berdua keluar dari hotel.

"Mbak Anjani." Anjani menoleh ke belakang di sana Banyu yang berdiri memasukkan kedua tangannya di saku celana.

"Pak Banyu, kenapa bisa kenal dengan Anjani?" tanya Banyu dalam hati.

"Mas Adi, Ini Banyu. Dia calon adik iparnya Dara." Anjani memperkenalkan mereka berdua.

Banyu tidak memperdulikan ucapan Anjani, di tatapnya Adi dan Banyu secara gantian.

"Apa yang Mbak Anjani lakukan di sini?" tanya Banyu tiba-tiba.

"Aku ada seminar di sini dan Mas Adi adalah peserta seminar ku." Banyu tidak percaya, di tatapnya lagi Anjani dari atas ke bawah.

Anjani yang di tatap malah risih, "Ada apa di wajahku," Anjani memegangi pipinya.

"Ada perlu apa Pak Banyu dengan Anjani?" tanya Adi.

"Kalau ada perlu pun, tidak mungkin aku bilang." sindir Banyu.

Anjani dan Adi saling menatap "Ayo mas, aku mau pulang nanti kesorean." Anjani menarik tangan Adi.

"Aku tidak percaya, kalian tidak ada hubungan?" pertanyaan Banyu menghentikan langkah Anjani dan Adi.

"Aku dan Mas Adi pacaran, itu bukan urusan kamu. Lebih baik urus dirimu sendiri, kamu memang adik ipar Dara tapi tidak semua urusan orang di rumah kami harus kamu ketahui." Anjani menarik tangan Adi meninggalkan Banyu.

"Lihat saja, aku akan membuat kamu bertekuk lutut di kakiku, Anjani Alfatunissa." Banyu mengepalkan tangganya karena tidak suka dengan apa yang di lakukan oleh Anjani meninggalkan dia yang belum selesai bicara.

"Anjani, kamu tidak apa-apa?" tanya Adi waktu mereka tiba di tempat parkir. "Atau mau mas antar? Mas tidak tenang kalau kamu seperti ini?"

"Aku tidak apa-apa, biarin saja mas itu orang. Aku hanya tidak menyangka apa yang dia katakan. Dia sok tahu dengan hubungan kita, dia beda dari Raga atau saudara-saudaranya yang lain." Gerutu Anjani.

"Mas tahu itu, tapi kenapa dia menggangu kamu Anjani? Itu yang membuat mas bertanya-tanya."

"Aku juga tidak tahu mas, Kenal saja tidak. Aku baru kenal dengan dia dimalam acara lamaran Dara. Di sana dia sudah ngomong kasar dan membuat aku sakit mendengarnya. Aku juga tidak mau berurusan dengan dia mas."

"Ya sudah, kalau dia masih ganggu kamu. Bicara dengan mas, jangan diam saja. Walaupun hubungan kita sudah berakhir tapi bagaimanapun kita tetap berteman."

Anjani tersenyum mendengar ucapan Adi, biar bagaimanapun mereka akan tetap menjalin persahabatan. Walaupun tidak seakrab sebelum mereka menjalin hubungan percintaan.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!