Banyu pulang ke rumah orangtuanya, rumah yang akhir-akhir ini jarang dia kunjungi. Banyu masuk ke ruang tengah, di sana sudah berkumpul keluarganya. Ada orang tua Banyu papa Raden dan Mama Lita. Ada Raga, kakak pertama Banyu yang sebentar lagi mau menikah. Ada Lutfi datang dengan suaminya Aga dan anak kembarnya. Ada juga Lifan kembaran Lutfi yang juga datang dengan suaminya Dahlan dan adik gendut mereka Rehan.
"Lihat Ma, siapa yang datang? Casanova kita Banyu Biru Al Ghafi," ucap Lifan ketawa.
Banyu berjalan mendekati Lifan dan menggelitik pinggangnya.
"Ampun Bang." teriak Lifan.
"Masih mau bilang yang aneh-aneh tentang abang." Canda Banyu yang masih menggelitik pinggang Lifan.
"Bang, kapan nikah? Tidak bosan setiap hari ganti pasangan." Celetuk Lutfi.
"Belum ada yang pas," balas Banyu dan duduk di samping Raga.
"Mandi sana, malam ini kamu harus temani mas ketemu dengan calon mbak mu," ucap Raga mendorong tubuh Banyu.
"Aku capek. Aku tidak usah ikut, nanti aku langsung kenalan."
"Sudah jangan bantah ucapan mas! Pergi sana kami tunggu. Tapi kalau kamu tidak turun juga, mas akan tarik paksa kamu!" Ancam Raga.
Dengan lesu Banyu naik keatas untuk mandi. Di rumah ini ada tiga orang yang tidak akan pernah Banyu bantah perintahnya, Papa, Mama, dan Raga.
"Kamu kenapa Rehan?" tanya Lifan.
"Lapar. Aku mau makan dulu sebelum pergi, Bang Banyu pasti lama." Rehan berlari ke arah dapur tanpa peduli ledekan saudara-saudaranya.
Di kamar Banyu yang sudah siap-siap turun kebawah mendapat telepon dari Wisnu.
"Ada apa bro?" tanya Banyu langsung.
"Hari ini ada barang bagus. Kami tunggu di tempat biasa."
"Aku tidak bisa, malam ini aku harus menemani mas Raga ketemu calon isterinya. Nanti aku akan mencobanya."
"Ya sudah, tapi sepertinya Bang Farel suka dan tetap seperti biasa tidak mau mengalah." Banyu yang mendengarnya ketawa.
Banyu turun, di sana keluarganya sudah berdiri di teras dengan wajah cemberut.
"Lama banget." Gerutu Lutfi yang mengendong anaknya, suaminya mengendong anak satunya sambil mengelus punggung Lutfi.
Banyu dengan wajah tanpa dosanya langsung naik mobil.
"Mbak, boleh aku masuk."
"Masuk." Anjani yang lagi memakai jilbabnya tersenyum. "Ada apa Dara?" tanya Anjani dengan adik bungsunya.
"Maaf Mbak." Dara memeluk Anjani dan menangis.
"Ada apa ini? Kenapa kamu menangis? Minta maaf untuk apa?" tanya Anjani heran.
"Maaf, aku melangkahi mbak menikah."
Dengan menarik napas Anjani memegangi kedua pipi Dara "Mbak tidak apa-apa, sudah jangan menangis lagi. Nanti make-upnya lentur dan tidak cantik lagi. Jangan pikirkan mbak, sekarang pikirkan tentang pernikahanmu."
"Mbak!" kedua adik Anjani yang lain, Laras dan Tina masuk ke kamar dan memeluk Anjani.
"Maafkan kami semua Mbak, seharusnya kami tidak melangkahi mbak terlebih dahulu untuk menikah," kata Laras.
"Tidak apa-apa, mungkin jodoh Mbak belum datang atau masih di pinjam seorang. Mbak tidak apa-apa, jadi kalian jangan merasa bersalah. Malam ini kita harus bahagia karena sebentar lagi Dara kecil kita akan menikah."
"Walaupun aku sudah menikah, aku tetap Dara kecil di rumah ini."
"Tidak malu dengan suaminya, sudah jadi isteri tapi masih tetap jadi Dara kecil," ujar Tina duduk di ranjang.
"Biarin yang penting aku adalah adik kesayangan Mbak Anjani dan ratu di rumah ini." Dara tetap memeluk Mbaknya.
"Tapi ratu cengeng." ledek Laras.
"Mbak, lihat mereka berdua."
"Sudah, nanti Dara nangis dan matanya bengkak. Kasihan."
Ibu yang mendengar percakapan mereka ber 4 pun tak dapat menahan tangisannya.
"Ibu sayang kalian," kata ibu pelan sambil mengusap air matanya.
"Kalian sama saja, Ibu lihat mereka bertiga," ucap dan tunjuk Dara dengan ke 3 saudarinya. Ibu mengusap kepala Dara yang tertutup jilbab.
"Sudah kalian ini, Dara nanti menangis. Tahu sendiri bagaimana Dara menangis?" Bela ibu, tapi ibu berkedip. "Anak-anak siapkan Dara, keluarga Raga sudah datang." Ibu pergi meninggalkan mereka.
Banyu tidak terlalu peduli dengan acara lamaran ini, dia sibuk main game di handphonenya.
"Bang, lihat calon istri mas Raga." senggol Lutfi.
Dengan malasnya, Banyu melihat calon Raga, terkejutnya Banyu siapa calon Raga. Wanita yang baru di temui nya beberapa jam lalu.
"Cantiknya Pa, mama merasa seperti melihat anak sendiri," kata mama melihat Anjani yang membawa minuman.
Banyu melihat apa yang di lakukan mamanya "Ini perempuan calon isteri mas Raga? Bukannya dia tadi putus dengan cowoknya. Atau jangan-jangan dia sengaja buat sandiwara seakan-akan dia yang tersakiti. Dasar wanita munafik, aku harus membatalkan lamaran ini jangan sampai masku di bohongin wanita iblis ini." batin Banyu.
Raga tak henti-hentinya menatap wajah Dara yang tertunduk malu.
"Apa kabar Dara?"
"Alhamdulillah baik, mas," jawab Dara pelan.
Anjani tersenyum melihat Raga dan Dara yang malu-malu. Raga pertama kali ketemu Dara waktu Raga tanpa sengaja mampir ke toko sembako. Semenjak itu, Raga mencari informasi tentang Dara.
Hubungan Raga dan Dara tidak melalui pacaran, Raga datang ke rumah dengan orang tuanya dan mengajak Dara ta'aruf.
Para orang tua sudah menetapkan hari baik untuk Raga dan Dara, satu bulan dari hari ini.
"Kak, aku ingin bicara," ucap Banyu.
"Di rumah saja bicaranya."
"Aku sebagai adiknya Raga Al Ghafi tidak setuju dengan pernikahan ini."
ucapan tiba-tiba Banyu menghentikan pembicaraan mereka semua.
"Apa maksud kamu?" tanya papa.
"Papa, kita ini keluarga terpandang dan kenapa papa dan mama memilih menantu seperti dia?" Tunjuk Banyu ke Anjani. Anjani yang di tunjuk terkejut.
"Apa maksud kamu Banyu? Jangan bercanda." Raga memegangi tangan Banyu.
"Aku tidak bercanda mas, lagian mas tidak ada pilihan lain apa? Mas tahu apa yang di lakukan wanita ini? Demi mas dia meninggalkan pacarnya. Bagaimana jika nanti mas tidak punya apa-apa? Dia akan meninggalkan mas."
Semua orang yang ada di sana terkejut dengan ucapan Banyu. "Apa yang kamu katakan Banyu? Anjani bukan calon istri Raga, calon istri Raga adalah adiknya Dara." Mama yang dari tadi mendengar semuanya, akhirnya bicara.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments