Kebencian Anjani

"Tapi mama aku ..."

"Pak irama, ibu Ani, Anjani, dan Dara maafkan atas kebodohan anakku ini. Maklumlah dia tidak pernah naik kelas," kata mama Lita menunduk minta maaf.

Papa Raden, dan Raga menatap tajam Banyu yang diam tanpa berkutik.

"Sudah tidak apa-apa, ayo kita lanjutkan lagi." Ayah Irama menyuruh keluarga Raga untuk duduk kembali dan melanjutkan pembahasan tadi.

Setelah mendengar ucapan Banyu tadi, Anjani pergi ke kamarnya di lantai dua. Setelah sampai di sana, Anjani membaringkan tubuhnya dan tidak lupa dia mengunci pintu. Akhirnya meledak tangisan yang dia tahan tadi.

"Tahu apa dia tentang aku. Aku baru kenal dia sini. Orang berpendidikan tapi kelakuannya nol besar. Aku membencimu," ujar Anjani yang masih menangis.

Sampai keluarga calon mertua Dara pulang pun Anjani tidak keluar kamar.

"Banyu ke ruang kerja papa." Papa turun dari mobil dengan wajah yang marah.

"Ada apa pa?" tanya Banyu sampai di ruang kerja papa.

"Kamu tanya ada apa? Kamu sudah buat malu keluarga kita. Papa tidak mau tahu, kamu harus minta maaf dengan keluarga pak Irama terutama dengan Anjani." Tegas papa.

"Kenapa aku harus minta maaf? Aku tidak salah pa, lagian aku juga tidak kalau yang mau menjadi isteri mas Raga adiknya bukan wanita itu."

"Tapi kamu sudah buat malu kita Banyu!. Banyu yang papa kenal tidak akan seperti ini, semakin hari papa tidak mengenal dirimu."

"Aku bukan anak kecil lagi pa. Aku sudah besar, jadi aku ..."

"Papa tidak mau tahu, datang ke rumah Anjani dan minta maaf." Papa pergi meninggalkan Banyu.

"Dasar sial, awas saja kamu wanita pelacur." teriak Banyu dalam hati.

Banyu tidak masuk ke kamarnya, dia ke bagasi mengambil motor ninja nya.

"Mau kemana? Ini sudah malam," Tegur Raga.

"Aku mau pulang ke apartemen." jawabnya ketus.

"Jangan di ambil hati. Papa memang seperti itu, besok papa pasti akan lupa," kata Raga tanpa tahu apa yang di omongin Banyu dan papa.

"Aku tahu itu mas, tapi papa menyuruh aku untuk minta maaf dengan keluarga calon mas. Mas tahu aku tidak pernah minta maaf dengan siapa pun kecuali dengan papa, mama, dan mas."

"Tapi papa benar, kamu harus minta maaf. Bagaimana kalau mas temani?" ajak Raga

"Aku tidak mau mas, walaupun itu keluarga calon mas, Maaf mas." Banyu menghidupkan motornya dan meninggalkan masnya sendiri.

Raga menghembuskan napasnya "Cuma kata maaf, tidak akan membuat kita rendah."

Di dalam kamar mama diam sambil melihat foto-foto Banyu dari bayi sampai sekarang.

"Ada apa mama?" tanya papa melihat butiran air mata jatuh di pipi mama.

"Banyu Biru kita sudah berubah pa. Mama merasakan itu, dulu Banyu tidak pernah bicara kasar dengan siapa pun. Banyu juga tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim, tapi sekarang mama tidak pernah melihat Banyu sholat lagi. Banyu kita sudah jauh dari agama pa."

"Iya mam, papa tahu itu. Bagaimana kalau Banyu kita jodohkan dengan salah satu santri di tempat suaminya Lutfi?"

"Usul yang bagus pa. Mama setuju, semoga perempuan tersebut membuat Banyu kita kembali seperti dulu lagi." Semangat mama.

Banyu mendatangi klab malam milik Wisnu, dan dia berjalan menuju ruang pribadi tempat biasa mereka berkumpul.

"Lihat siapa yang datang," kata Panji.

"Pestanya sudah selesai," ucap Bang Farel setengah mabuk.

"Bang Farel kenapa?" tanya Banyu duduk.

"Katanya perempuan itu masih perawan. Bang Farel bayar mahal apalagi dia cantik dan masih muda. Ternyata tidak perawan lagi," jawab Wisnu masuk keruangan.

"Biasanya Bang Farel tidak masalah mau perawan atau tidak?" tanya Banyu heran.

"Entahlah kami juga tidak tahu, tapi yang parahnya sadar atau tidak. Bang Farel menyebut nama Fitri pas klimaksnya."

"Fitri? Maksud kalian mbak Fitri yang selalu mengantar makanan untuk kita?" tanya Banyu.

"Iya," jawab mereka serempak.

"Apa hubungannya dengan Bang Farel?" tanya Banyu bingung.

"Bang Farel diam-diam suka dengan Mbak Fitri. Tapi sepertinya Mbak Fitri tidak pernah mau berhubungan dengan orang lain semenjak suaminya meninggal."

"Ohh, aku kira kenapa? Cinta itu memang rumit Bang. Jadi jangan pernah pakai hati." Ucapan Banyu menghembuskan napasnya.

"Kamu ada apa? Ada masalah di acara lamaran tadi?" tanya Abhi.

"Cuma salah paham tapi ujung-ujungnya aku harus minta maaf."

"Salah paham bagaimana? Dan kenapa harus minta maaf?" tanya Wisnu.

"Aku kira wanita yang pernah aku temuin di cafe adalah calon mas Raga. Tapi rupanya bukan, adiknya yang calon mas raga."

"Wanita itu partner sexmu?" tanya Panji.

"Bukanlah, mana nafsu aku dengan dia? Tubuhnya gendut, jilbabnya panjang dan pakaiannya kuno." Banyu menceritakan ciri-ciri Anjani.

Panji menepuk pundak Banyu "Jangan seperti itu, nanti kamu jadi bucin dengannya. Secara itu perempuan kakak ipar mas Raga. Pasti setiap ada acara keluarga ketemu."

"Itu tidak akan pernah terjadi, kalau terjadi sumpah di depan kalian aku siap di kutuk jadi bucin."

"Pegang ucapan kamu Banyu." Abhi menjabat tangan Banyu.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!