Rencana Banyu

Anjani pulang ke rumah dengan wajah cemberut.

"Assalamu'alaikum Bu," sapa Anjani melihat ibu menyirami tanaman.

"Waalaikumsalam, bagaimana seminarnya?"

"Sukses Bu, tapi aku ketemu lagi dengan Banyu. Biasa dia bicara yang tidak enak di hati bu." Anjani mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada di teras rumah.

"Ibu juga heran dengan itu anak. Kalian baru kenal di sini, tetapi seenaknya dia bicara seperti itu."

"Apalagi ada Mas Adi." Gumam Anjani.

"Adi?" Ibu menghentikan pekerjaannya dan duduk di sampingnya "Adi masih datang untuk menemui mu. Ibu kira setelah semuanya selesai, dia tidak akan datang lagi. Anjani jauhi Adi, Adi bukan siapa-siapa kamu lagi. Ibu tidak mau nanti calon istri Adi marah dengan kamu." Jelas Ibu memegangi kedua tangan Anjani.

"Iya bu. Aku sudah berusaha untuk melupakan apa yang terjadi antara aku dan mas Adi. InsyaAllah bu." Ibu yang mendengar perkataan Anjani hanya bisa menarik napas.

Setelah dari hotel, Banyu pulang ke apartemennya. Banyu mengambil minuman alkohol yang memang dia simpan di tempat khusus.

"Aku harus menyusun rencana untuk membuat perawan tua itu bertekuk lutut di kakiku. Lihat saja jangan panggil aku Banyu Biru Al Ghafi kalau tidak aku buat perawan tua itu menjadi budak *** ku." Tawa Banyu.

"Mbak, temani aku ke rumah mas Raga." pinta Dara.

"Baiklah, tapi cuma sebentar. Mbak banyak kerjaan."

"Okey Mbak ku."

Sudah dua puluh kali handphone Banyu berbunyi dan Banyu masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Siapa yang menelepon?" tanya Wisnu penasaran. Banyu menggelengkan kepalanya, karena dia juga tidak tahu siapa yang menelepon.

Wisnu yang penasaran mengambil handphone Banyu, "Banyu, My love ini siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan mama kandungku," jawab Banyu yang masih sibuk dengan laptopnya.

"Gila kamu, kenapa tidak diangkat?" Banyu menghentikan pekerjaannya dan dia mengambil handphonenya dari Wisnu.

Sudah lebih dari tiga puluh kali mama menelepon Banyu. Banyu menelepon mama balik, karena tidak biasanya mama seperti ini.

["Assalamu'alaikum," ucap mama.]

["Waalaikumsalam," balas Banyu.]

["Apa kabar nak? Kapan pulang ke rumah? Sebentar lagi mas mu akan menikah."]

["Aku akan hadir di pernikahan Mas Raga. Tapi sekarang aku lagi sibuk mam." Banyu memberikan alasan agar mama tidak banyak bertanya.]

["Mama, lagi sakit sekarang. Pulangnya hari ini, tidak rindu dengan mama?"]

Banyu menghembuskan napasnya, apalagi setelah mendengar suara mama yang melemah. ["Baiklah, siang ini aku akan minta izin dan pulang ke rumah."] Banyu mengalah karena Banyu tidak ingin, mamanya tambah parah sakitnya.

["Baiklah, mama tunggu."]Mama tersenyum dengan mengacungkan jempol tangannya dengan Papa.

["Sudah ya, mama tutup. Jangan lupa Banyu, mama tunggu. Assalamu'alaikum."]

["Waalaikumsalam."]

Banyu mematikan handphonenya "Jadi pulang kamu hari ini?" tanya Wisnu.

"Iya, mama sakit. Terpaksa aku pulang, nanti aku minta izin dengan Bang Farel." Banyu pun melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi.

"Dara ini rumah Raga?" tanya Anjani.

"Iya, ada apa mbak?" tanya balik Dara.

"Mbak kira rumahnya seperti rumah orang kaya kebanyakkan. Tapi rumah ini sederhana, kita seperti tinggal di perdesaan. Mbak betah lama- lama disini." Dara tersenyum mendengar perkataan Anjani.

"Assalamu'alaikum, mama." Dara dan Anjani di sambut hangat oleh mama Raga.

"Waalaikumsalam, ayo masuk". Mama menelepon Dara karena hari ini calonnya Banyu akan datang.

Anjani yang mendengar ucapan mama sedikit terkejut, seharusnya keluarga Banyu yang datang ke rumah perempuan itu.

"Kamu kenapa Anjani?" tanya mama.

"Maaf ma, kalau aku terlalu ikut campur. Bukannya keluarga mama yang datang ke rumah keluarga perempuan?"

"Tidak apa-apa, sebenarnya begitu maksud mama. Tapi keluarga perempuan ini, ada urusan di sini jadi sekalian silahturahmi. Belum ketemu langsung Banyu dan calonnya. Tapi mama ingin agar Banyu berkenalan dulu dengan keluarga calonnya."

Anjani menganggukkan kepalanya mendengar ucapan mama. Anjani dan Dara membantu mama dan para pelayan untuk menyiapkan makanan.

Mama juga cerita tentang masa kecilnya Raga dan Banyu.

"Assalamu'alaikum, mama." Ujar Suara mengejutkan mereka bertiga.

Mama menoleh, di sana sudah berdiri Banyu dengan penampilan khas orang pulang kerja. "Waalaikumsalam, sudah naik sana. Mandi bau," Mama mendorong tubuh Banyu.

"Mama, aku mau melihat calon istri Mas Raga dulu." Banyu mendorong pelan tubuh mama ke samping. Tapi yang ada Anjani yang di lihat Banyu.

"Kenapa perempuan tua ini? Jadi aku tidak nafsu lagi." Gumam Banyu, tapi gumamnya Banyu terdengar mama.

''Kamu jangan bicara seperti itu. Mama tidak suka Banyu. Mama suka dengan Anjani kalau di izinkan Allah, mama ingin dia yang menjadi pasangan untuk dirimu."

Banyu yang mendengar ucapan mama sedikit kesal. "Jangan bercanda mama, aku tidak suka. Lagian wanita ini bukan tipe aku, jadi yang ada aku jijik dengan dirinya." bisik Banyu.

"Kamu ini mulutnya. Awas nanti malaikat lewat, mama tidak tanggung jawab seandainya kamu jadi bucin dengan Anjani." Mama menepuk pundak Banyu dan menjalani meninggalkan Banyu.

Keluarga perempuan yang mau di jodohkan dengan Banyu datang. Tapi Banyu tidak turun-turun ke bawah.

"Ada apa ma?" tanya Dara yang melihat calon mertuanya gelisah.

"Banyu belum turun," bisik mamanya pelan.

"Mungkin Banyu ketiduran," ucap Anjani yang duduk di samping Dara.

"Ini anak ke dua kami, Banyu Biru." Tiba-tiba suara papa mengejutkan mama. Banyu datang dengan wajah datarnya dan duduk di samping papa. "Banyu, kenalkan bapak Husein ini, pamannya Dahlan." Banyu tersenyum terpaksa. Pak Husein dan isterinya tersenyum melihat Banyu.

"Dara, ayo," ajak Anjani meninggalkan kedua keluarga tersebut ngobrol. Anjani mengajak Dara duduk di serambi belakang Banyu.

"Udaranya? Sejuk banget. Mbak betah lama- lama di sini. Dara nanti kalau kamu sudah menikah, mbak boleh main kesini?"

"Boleh, untuk mbak anjani apapun boleh." Anjani dan Dara menoleh, di pintu sudah berdiri Banyu dan Raga.

"Mas Raga, Bang Banyu," sapa Dara.

"Dek, ayo ikut mas sebentar." Ajak Raga menarik tangan Dara.

"Tapi mbak Anjani ...."

"Tidak apa-apa." Raga lewat di samping Banyu dan membisikan sesuatu. Dengan malasnya Banyu berjalan mendekat Anjani.

"Aku minta maaf dengan apa yang terjadi di lamaran Mas Raga." Banyu duduk di samping Anjani yang tidak menatap wajahnya. "Aku tahu apa yang aku katakan salah, jadi dari hati aku yang paling dalam. Maaf."

"Sudah lupakanlah," ucap Anjani tanpa menoleh.

"Baiklah kalau begitu .... "

"Tuan muda di panggil tuan besar, " kata salah satu pembantu di rumah Banyu.

"Baiklah." Banyu meninggalkan Anjani yang diam tanpa kata.

Setengah jam dari kepergian Banyu, Anjani masih menikmati indahnya pemandangan saung di belakang rumah Banyu. Tapi Anjani mendengar keributan di ruang tengah rumah.

Anjani masuk ke dalam rumah dan melihat pertengkaran Banyu dan papanya.

"Ada apa Dara?" tanya Anjani berbisik.

"Itu mbak ..."

"Dari pada aku menikah dengan anak perempuan pak Husein, lebih baik aku menikah dengan mbak Anjani." Perkataan Banyu membuat Anjani dan semua orang di sana terkejut.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!