Part 5

Amor memberikan senyum yang sangat cerah pada saat melihat Oliver lah yang datang menjemput dirinya. Sudah lama sekali ia ingin berdua dengan Oliver karena Amor ingin dekat dengan sepupunya tersebut, namun Liam sialan itu selalu melarang ia dekat dengan Oliver. Sampai sekarang pun ia tidak tahu apa alasan Liam melarangnya seperti itu. Padahal ia ingin sekali memiliki banyak teman dan juga akrab dengan sepupunya.

"Amor, bagaimana dengan sekolahmu hari ini? Apakah lancar?" tanya Oliver yang terkesan ceria.

"Lancar," balas Amar dengan cukup ceria.

"Hai cepatlah masuk sebelum Bodyguard mu sialan itu datang," ucap Oliver mendesak agar Amor segera naik ke dalam mobilnya.

Tentu saja Amor menurut begitu saja termasuk ke dalam mobil pria tersebut. Ia duduk di samping Oliver lalu menarik napas panjang karena perasannya sekarang lega sekali.

"Bagaimana? Perasaan mu jauh lebih tenang, bukan?" Amor menganggukan kepalanya sebab apa yang dikatakan oleh Oliver ada benarnya juga.

"Kau benar, hidupku jauh lebih tenang ketika hanya berdua denganmu tidak ada pria itu yang campur tangan dalam hidupku."

Oliver pun lantas mengajukan mobil mereka sebelum Liam datang. Pria tersebut seakan-akan pernah mencuri-curi pandang ke arah Amor. Sepertinya ia sangat tertarik dengan sepupunya ini. Bahkan bukan hanya sekali ia merasakan berdesir seperti ini namun setiap kali melihat wanita itu.

Tapi sangat disayangkan sekali diam sialan tersebut selalu menghalangi jalan dan niatnya. Akan tetapi ia pun tidak bisa melarang Liam melakukan hal tersebut. Itulah kenapa Oliver selalu bertanya-tanya ada apa dengan diam sebenarnya? Kenapa pria itu seolah-olah memegang kuncinya keluarga Amor.

"Apakah kita sudah sampai?" tanya Amor pada saat melihat mereka tengah berada di pelabuhan.

Oliver pun memandang ke arah Amor dan lalu kemudian menyunggingkan senyum yang sangat manis. Pria itu menarik napas panjang dan lalu kemudian menghembuskannya secara perlahan.

"Aku tahu bahwa kau sangat bosan sekali, maka dari itu aku mengajak ke tempat ini. Semoga kau menyukainya." Amor pun terlihat sangat bahagia dan ia langsung turun dari dalam mobil tanpa menunggu Oliver terlebih dahulu.

Terlihat dari wajahnya yang begitu sumringah itu berarti Amor benar-benar menyukai tempat tersebut. Sudah lama ia ingin pergi ke pelabuhan melihat orang-orang yang naik ke kapal-kapal besar serta menikmati pemandangan laut yang begitu indah.

Amor seakan terbebas dari sangkar yang terus mencengkeram dirinya. Hari ini adalah hari kebebasannya. Mungkin setelah ini ia akan berterimakasih kepada Oliver.

"Wah ini benar-benar sangat indah sekali," ucap Amri yang berteriak bahagia dan membalikkan tubuhnya. Angin yang sangat kencang membuat rambutnya diterpar dan berkibar. Seketika itu juga Oliver saat melihat Amar langsung terpana.

Amor yang melihat Oliver yang tengah termenung lantas meneriaki pria tersebut. Ia pun mengerutkan keningnya kebingungan kenapa Oliver terlihat begitu canggung dengannya padahal sebelum-sebelumnya tidak seperti ini.

"Ada apa dengan mu? Kenapa kau terlihat seperti sangat kaku sekali? Apakah kau marah kepada ku?"

Oliver sontak langsung menggelengkan kepalanya. Sama sekali ia tak menganggap seperti itu. Ia hanya sedang jatuh cinta saat ini. Walaupun Amor adalah sepupunya akan tetapi Amor hanyalah berstatus anak angkat dari pamannya itu artinya mereka tidak memiliki hubungan darah.

"Tidak apa-apa. Mari kita ke sana, sepertinya pemandangan dari situ sangat cerah sekali."

________

Liam menatap tajam ke depan. Pandangannya benar-benar sangat menusuk saat ia mendengar kabar dari telepon orang di seberang sana.

"Baiklah, aku mengerti," ucapnya dan lalu mematikan sambungan telepon tersebut.

Kemudian pria itu pun menarik napas panjang dan masuk ke dalam ruangan tempat di mana Karel dirawat. Ia menatap Karel dengan pandangan yang sukar untuk dipecahkan. Seolah adalah makna yang tersirat dari pandangannya tersebut.

Akan tetapi pria itu tetap diam dan tangannya terkepal di bawah. Ada perasaan yang sangat campur aduk dan saat ini suasana hatinya sedang tidak baik.

Liam menghampiri Karel dan lalu membenahi kondisi tuannya tersebut. Seakan ada dendam yang ada pada dirinya. Namun pria itu berusaha untuk menahannya.

"Tenanglah aku akan membalaskan semua orang yang telah menghancurkan keluarga ku, dan siapapun itu walaupun dia adalah orang terdekat ku," ucap Liam dengan saringan yang sangat mengerikan.

Laki-laki itu lantas menghela napas kasar dan kemudian membalikkan tubuhnya pergi begitu saja dari dalam ruangan itu.

Ia pun menuju ke arah parkiran dan langsung mengarah ke arah mobilnya. Ia lantas melajukan mobil tersebut ke arah pelabuhan.

Nafasnya tersengal-sengal, kenapa wanita tersebut sangat suka sekali untuk dinasehati. Ia terus membangkang padahal apa yang ia lakukan itu juga demi kebaikan wanita itu. Namun ia tetap bebal dan tak mau menuruti setiap apa yang ia katakan.

"Ada kah orang yang lebih bodoh dari dirinya? Kenapa ia selalu membuat masalah dan menggagalkan setiap rencana ku," ucap Liam yang terlihat sangat marah sekali.

Akhirnya ia pun sudah sampai di depan pelabuhan dan pria tersebut melihat Amor yang sangat akrab dengan Oliver.

Seketika napasnya memburu dan tangannya terkepal keras. Ia pun buru-buru melangkahkan kakinya ke arah wanita tersebut dan kemudian menarik tangan Amor.

Amor terkejut dengan tarikan kasar tersebut. Ia menatap ke arah Liam dengan marah dan sedetik kemudian ia pun menyentak tangan pria itu.

"Apa-apaan kau ini? Sungguh sangat tidak sopan."

"Pulang."

"Kenapa sih? Lagipula aku juga sama Oliver." Liam memandang tajam ke arah Oliver dan tentunya dibalas dengan pandangan tidak senang oleh laki-laki tersebut.

"Apa-apaan kau ini? Kau tidak bosa menarik seenaknya saja. Dia datang bersama ku," ucap Oliver dan berusaha untuk merebut Amor kembali.

Akan tetapi Liam tak mendengarkan pria tersebut dan menarik tangan Amor dengan kasar ke dalam mobil. Mereka pun menjadi perhatian banyak orang.

Amor yanga menyadari hal tersebut sangat malu sekali dja berusaha untuk lepas dari Liam.

"Liam!" ujarnya dengan keras hingga membuat orang-orang menatap ke arah mereka.

Amor menghela napas lelah dan menatap ke arah sekitar dengan perasaan yang sangat bercampur aduk.

"Kenapa kau melakukan ini? Apakah kau tidak tahu malu? Aku akan berteriak ke semua orang bahwa kau adalah penculik."

"Berteriaklah aku tidak peduli sama sekali," ucap laki-laki tersebut dan kemudian tetap memaksa agar Amor masuk ke dalam mobilnya.

Oliver yang melihat pemaksaan itu berusaha untuk menolong Amor akan tetapi ia terlambat karena Liam lebih dulu membawa Amor.

_________

TBC

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!