Setelah puas berendam seperti tidak ada hari besok, Jasmine lantas kembali berpakaian dan keluar dari kamarnya, melihat ke arah Marshel yang sedang berdiri tepat di sisi kiri pintu kamar dengan badan yang tegap seolah memang sedang siap bekerja.
"Marshel, aku tidak memiliki agenda apapun, kan, pagi ini?" Jasmine bertanya seraya menyeka debu tak terlihat yang berada di sekitar bahu sempitnya itu.
Dalam diam, Marshel hanya menggeleng, seolah memberitahu bahwa memang sedang tidak ada jadwal di pagi hari, sehingga Jasmine dapat bersantai sejenak sekaligus beristirahat di tengah kepenatannya sebagai seorang artis dengan nama yang cukup besar di Amerika.
"Baguslah kalau tidak ada, aku mau bersantai sebentar sembari sarapan dan menonton acara televisi konyol." Jasmine lantas melenggang menuju dapur, mengambil semangkuk greek yoghurt beserta topingnya yang sudah disediakan oleh Anna, sang pelayan muda. "Terima kasih sudah menyiapkan greek yoghurt untuk sarapan pagiku, Anna."
"Sudah merupakan tugas saya, nona muda." Anna menyahut seraya membungkukkan badannya sedikit, memberi penghormatan kecil kepada sang nona muda yang memiliki kesabaran setipis tissue.
Jasmine hanya berdeham santai menanggapi hal itu, lalu melangkahkan kaki jenjangnya di atas kayu parkit ekstra mewah yang melapisi hampir seluruh bagian dari apartemen kelas griya tawang miliknya itu menuju ke sofa berwarna hitam yang terlihat demikian elegan dan empuk, kemudian duduk di sana sesantai mungkin.
"Ah, nyamannya."
Jasmine kemudian menyalakan televisi dan menonton acara konyol di sana seraya memakan sarapannya dalam diam, menikmati waktu santainya yang terasa demikian sedikit, hingga rasanya sangat-sangat berharga untuk dilewatkan begitu saja.
Ketika Jasmine sedang sibuk menikmati waktu santainya seraya memakan sarapan, Marshel yang sedari tadi berada di sisi sang nona muda tersebut secara tiba-tiba saja menyingkir ke sisi lain apartemen, karena ponsel lelaki tersebut berbunyi tanpa ijin. Panggilan telepon, tentu saja.
"Apa? Konferensi pers?" Marshel bertanya seraya menatap ke luar jendela apartemen. "Mengapa tiba-tiba sekali?" Lelaki itu bertanya lagi seraya memastikan jawaban macam apa yang didapatkannya dari awak pers, yang kemudian harus ia sampaikan kepada Jasmine.
Marshel terdengar terdiam sejenak, menunggu penjelasan yang akan diberikan lawan bicaranya kala itu, sebelum akhirnya menyetujui hal tersebut dan akan segera menyampaikan perihal konferensi pers itu kepada Jasmine saat itu juga, tepat setelah mematikan panggilan telepon.
Lelaki yang satu itu menghela napas panjang. "Nona muda, maaf mengganggu waktu santai anda pada saat ini, tetapi wartawan dari televisi lokal hendak mengadakan konferensi pers atas konflik internal yang sedang terjadi."
"Apa?" Jasmine langsung meletakkan mangkuk greek yoghurt miliknya, lantas menolehkan kepalanya, menatap sang bodyguard dengan tatapan tidak suka. "Yang benar saja, Marshel! Di pagi hari seperti ini? Secara tiba-tiba, pula?" Jasmine bertanya dengan nada yang sedikit meninggi.
Secara mau tidak mau, tentu saja Marshel harus menjawab pertanyaan tersebut. "Ya, pihak pers sepertinya menemukan beberapa temuan baru mengenai konflik yang sedang terjadi, sehingga sepertinya mereka merasa harus untuk memanggil dan mengundang anda ke konferensi pers."
"Pers sial_an," geram Jasmine seraya mengeratkan rahangnya, sebelum memutuskan untuk pergi ke kamar guna mengganti pakaiannya. "Panggil Simon untuk mengantarku ke stasiun televisi, cepat! Aku mau menyelesaikan ini dengan cepat agar aku bisa kembali menikmati waktu santaiku yang hanya sedikit ini!" perintah Jasmine sebelum menutup pintu kamar.
Terang saja Marshel langsung melakukan perintah itu, lelaki yang memiliki tubuh yang tinggi dan kekar serta rambut cokelat dan mata hijau itu tentu saja tidak mau bertengkar dengan sang nona muda yang suasana hatinya sedang memburuk akibat waktu santai yang diganggu begitu saja.
Marshel langsung menelepon Simon untuk menjemput mereka berdua, kemudian meminta Anna untuk menyiapkan beberapa hal yang sekiranya akan dibutuhkan oleh Jasmine ketika wanita cantik yang memiliki rambut yang memiliki warna kuning nyaris putih yang terlihat memiliki wajah mungil tersebut sedang akan melakukan konferensi pers di hadapan puluhan wartawan yang demikian menyebalkannya itu.
"Nona muda, Simon sedang dalam perjalanan dan semua hal yang anda butuhkan juga sudah saya dan Anna siapkan untuk anda." Marshel berkata dengan wajah dan nada datar seraya menyerahkan sebuah tas bermerk Gucci ke tangan Jasmine yang baru saja keluar dari kamar.
Jasmine hanya menanggapi perkataan tersebut dengan sebuah dengkusan kecil, kekesalannya tentu saja tidak akan berkurang hanya karena Marshel mengambil inisiatif untuk menyiapkan barang-barangnya kala itu.
Wanita tersebut terlihat mengenakan kemeja putih polos yang berukuran sangat besar, dipadukan dengan celana high-waist yang membuat Jasmine terlihat sangat ramping sekaligus tinggi. Wajahnya pun hanya dipulas make-up sederhana, agar sentimen masyarakat awam terhadapnya tidak semakin buruk saja ketika melihat Jasmine mengenakan make-up super menor.
Ya, bisa saja mereka akan membuat berita baru di mana Jasmine berlaku seperti seorang ***_*** murahan di dalamnya hanya karena make-up tebal yang digunakan oleh sang artis pada saat itu.
"Aku sudah siap." Jasmine menghela napas, menahan kesal yang sepertinya akan meledak sebentar lagi karena masalah yang sedang terjadi dan pihak pers yang seperti sekumpulan besar mahluk tak berotak juga tak berhati, setidaknya menurut Jasmine, karena selalu saja menganggu waktu santai wanita yang satu itu.
Marshel lagi-lagi hanya menganggukkan kepalanya pelan, wajah lelaki itu pun tetap terlihat datar seolah tidak ada perasaan ataupun sesuatu yang sedang dipikirkannya. "Baik nona muda, Simon juga sudah menunggu anda di lobby apartemen bersama mobil anda yang tidak lupa dipanaskan olehnya."
"Ingatkan aku untuk tidak termakan emosi oleh kata-kata atau pertanyaan dari para awak pers yang sangat-sangat menyebalkan itu." Jasmine kembali berkata seraya keluar dari pintu apartemennya sendiri, diikuti Marshel yang berjalan di sisinya seperti seekor anjing yang teramat setia pada tuannya itu.
Marshel kembali mengangguk. "Baik, nona muda."
Ketika kedua insan berlainan jenis kelamin tersebut sudah sampai di lantai dasar apartemen tempat tinggal Jasmine, Simon yang sedang bermain ponsel langsung mendongakkan kepalanya untuk menatap ke arah lift, bangkit lantas memasang sebuah senyum kecil hanya agar terlihat ramah kepada sang nona muda yang sedang kesal itu.
"Tidak biasanya anda sudah bepergian sepagi ini diluar agenda harian anda." Simon berkata, mencoba mencairkan suasana yang terasa sangat menekan dan menyebalkan.
Melihat perubahan mikro pada ekspresi wajah Jasmine yang sedang tidak ingin berbasa-basi sama sekali kepada siapapun, Marshel langsung melirik ke arah Simon, memberikan sebuah gestur kecil melalui tatapan mata dan pergerakan tubuh untuk menghentikan lelaki yang sudah cukup tua itu untuk sekedar berbicara yang tidak perlu.
Untung saja, Simon berhasil menangkap gestur tersebut, mengerti bahwa seseorang yang disapanya sedang tidak ingin berbasa-basi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments