Bab 4

Perjalanan menuju salah satu stasiun televisi di mana konferensi pers itu akan dilakukan entah mengapa terasa singkat setengah mati di mata Jasmine, yang mungkin saja saking kesalnya sampai tidak menyadari bahwa perjalanan mereka itu sebenarnya cukup lama.

"Nona muda, kita sudah sampai." Marshel berkata seraya membukakan pintu sebelah kiri mobil Range Roover tersebut, tanpa memasang senyum barang sedikit saja kepada Jasmine yang terlihat sedang sedikit melamun.

Terang saja, sapaan yang sebenarnya tidak begitu mendadak itu membuat Jasmine sedikit terkejut, di mana wanita yang satu itu sampai sedikit tersentak mendengar panggilan Marshel. "Aa-ah, ya, maaf aku sedikit melamun tadi." 

Jasmine langsung menyambut uluran tangan Marshel, lantas menggamit tangan besar nan hangat milik sang bodyguard ke dalam tangannya sendiri, agar wanita cantik tersebut bisa turun dari mobilnya sendiri dengan aman.

Setelah turun dari mobil, Jasmine menghela napas ketika melihat kerumunan besar orang, entah itu dari pihak pers alias para wartawan, atau fansnya, atau mungkin juga campuran dengan haters sang artis. "Marshel, tolong lindungi aku dengan baik di sini."

Marshel hanya menganggukkan kepalanya, lalu berusaha membuka jalan sekaligus melindungi sang nona muda yang suasana hatinya sedang tidak terlalu bagus. 

"Dasar wanita malam! Bisanya mengganggu rumah tangga orang lain saja!!" Seseorang terdengar memaki dengan keras.

"Kewanitaanmu gatal, ya, sampai minta digaruk oleh lelaki beristri?!" 

Dan tentu saja dilanjutkan oleh orang lainnya, yang ikut-ikutan mengatakan hal konyol dan menjijikkan tersebut.

"Pantas saja mantannya banyak! Dia saja gatal setengah mati!" 

Teriakan-teriakan bernada hinaan dan makian itu seolah menjadi musik yang mengiringi setiap langkah dari Jasmine kala itu. Tentu saja itu menyebalkan, setengah mati pula, tetapi memangnya Jasmine bisa berbuat apa? Jika wanita itu berani melawan sedikit saja, maka sentimen masyarakat akan dirinya terang saja akan semakin buruk.

Pilihan terakhir ialah Jasmine hanya bisa menulikan telinganya, enggan mendengar apalagi menyimak hinaan dan makian yang dilontarkan ke arahnya itu. Toh pun, bagi Jasmine, mereka yang menghinanya tidak lebih dari seekor anjing yang haus akan validitas dari tuannya.

Kejam? Jasmine tidak peduli.

"Tidak usah pedulikan mereka, kak Jasmine! Kakak keren kok!"

Jasmine tertegun sejenak ketika mendengar perkataan semacam itu diantara makian dan cacian yang diberikan pada dirinya itu. Entahlah, ini memang bukan kali pertama bagi Jasmine untuk menerima pujian semanis itu, hanya saja ini justru kali pertama bagi Jasmine mendapatkan pujian yang terasa demikian manis seperti permen di tengah-tengah pil super pahit.

Tanpa dapat Jasmine sadari, senyum tipis mengembang di wajah manisnya, pujian kecil itu berhasil memperbaiki suasana hati Jasmine kala itu. Jasmine lantas melangkahkan kakinya, masuk ke dalam ruang pertemuan dengan aman berkat Marshel yang benar-benar melakukan pekerjaannya dengan sangat baik kala itu.

Jasmine  lantas memutuskan untuk duduk di atas kursi besi berbusa tipis, yang sebenarnya terasa sangat-sangat tidak nyaman, kemudian mendengkus pelan, berpikir bahwa pihak pers yang mengundangnya ini sengaja sekali memberikannya kursi yang tidak nyaman.

Dengan cepat, setelah semua persiapan selesai, konferensi pers pada pagi itu pun dimulai, tentu saja seorang wartawan yang sepertinya sudah cukup senior yang memulai dan memimpin pertanyaan konyol yang akan mulai dilemparkan kepada Jasmine pada saat itu.

"Jadi nona, kita semua tahu bahwa anda dan Amon itu tidak memiliki hubungan apa-apa sama sekali selain rekan kerja, lantas bisa tolong jelaskan pada kami mengapa bisa anda dan Amon terlibat dengan skandal semacam ini?"

Jasmine kembali mendengkus kecil setelah mendengar pertanyaan basa-basi sepanjang itu. Semenjak skandal konyol tersebut terjadi, sebenarnya ini adalah yang entah keberapa kalinya bagi wanita yang memiliki wajah kaukasia itu sendiri menerima pertanyaan sekonyol itu dari pihak pers yang di mata wanita tersebut, tidak lebih dari sekumpulan orang yang merasa wajib membuat berita atas seseorang tanpa mempedulikan apakah berita itu benar atau tidak.

"Sebenarnya ini ialah kali kesekian bagi saya menjawab pertanyaan sekonyol ini sebagai pertanyaan pembuka, tetapi karena harus, maka saya akan menjawabnya lagi, lagi dan lagi." Jasmine berdeham pelan, menatap lurus ke arah wartawan senior yang menanyainya itu.

"Saya dan Amon pada saat itu memang secara kebetulan sedang berada di tempat yang sama, yakni Heaven Gate, sudah tidak perlu ditanyakan itu tempat apa, dan pada saat itu, saya sedang merayakan ulang tahun dari salah satu rekan saya, Melody," jelas Jasmine panjang lebar, seraya memasang senyum miring, tipis tetapi mengejek serta menghina sedikit. "Lagipula mengapa justru saya yang disalahkan? Mengapa bukan Amon yang disalahkan karena tidak bisa menjaga pandang?"

Beberapa wartawan terdengar sedikit terkesiap, dan beberapa pula terlihat tersentak mendengar ucapan Jasmine yang terasa demikian masuk akal, serta pertanyaan yang demikian mengena di hati konyol mereka itu, membuat Jasmine merasa sedikit berbangga diri karena mulutnya itu termasuk mulut yang tajam dan tidak mengenal ampunan sama sekali nyaris kepada siapapun.

"Tetapi banyak sekali pihak yang melihat anda berciuman dengan Amon, selain itu anda juga terlihat bermanja dan bermesraan dengan aktor yang satu itu dalam kondisi mabuk parah!"

Jasmine menaikkan sebelah alisnya, menyebalkan sekali, bagaimana bisa mereka menuduh dirinya mabuk parah lalu menggoda Amon, padahal wanita itu saja tidak menyentuh alkohol barang sedikit saja.

"Pertama-tama, ya, saya memang ada sedikit berbincang-bincang kecil dengan Amon, itu pun hanya membahas seputar syuting kami yang akan datang." Wanita itu menegaskan dengan tatapan dan ucapannya sendiri, membuat Jasmine terlihat seperti wanita yang teramat sulit disentuh. "Dan yang kedua, faktanya pada saat itu saya bahkan tidak minum alkohol barang sedikit saja!"

Seorang wartawan yang terlihat masih cukup muda langsung menaikkan sebelah alisnya, menatap ke arah Jasmine dengan tatapan dingin sekaligus mengejek, seolah-olah sedang mengejek wanita yang memiliki wajah kaukasia yang memiliki mata yang memiliki warna biru laut tersebut, sebelum berdeham guna membersihkan tenggorokan, sekaligus bersiap-siap menghajar Jasmine dengan pertanyaannya itu.

Sang wartawan mengangkat tangan. "Lantas jika demikian adanya, selain kami mendapatkan temuan bahwa anda dan Amon terlihat sedang bermesraan di bar pada malam yang sama dengan hari ulang tahun dari nona Melody, lalu mengapa kami juga menemukan fakta bahwa anda dan Amon terlihat demikian sering bermesraan setelah syuting kalian berdua berakhir?"

Jasmine langsung mengerinyitkan dahinya, merasa sedikit tidak paham dan mengerti mengapa bisa dirinya dianggap sedang bermesraan setelah syuting berakhir? Apa yang dilakukan oleh Jasmine setelah syuting berakhir adalah makan berdua dengan Marshel di salah satu restoran terdekat karena dirinya merasa lapar setengah mati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!