Angel mengamati gerak-gerik Hesa yang tampak biasa saja, tidak ada tanda-tanda ia membalas perlakukan kasar Ei pada sahabatnya karena memang teman onengnya itu salah paham soal pria yang menjadi mantannya hanya karena nama panggilan mereka sama.
“Jangan ngaco deh, kebanyakan nonton film psiko sih kamu. Sebaiknya, kau minta maaf saja padanya, beres kan? Mumpung kalian dipertemukan kembali sama Yang Maha Kuasa di kelas ini,” usul Angel.
Ucapan Angel ada benarnya juga meskipun sukses bikin Ei keki. Eipun mengikuti saran temannya dan mulai mengajak bicara Hesa yang sejak tadi sibuk dengan buku-bukunya.
“Eeee … maaf soal yang tadi, aku tidak tahu kalau kau bukanlah Leo yang kumaksud. Aku memang lemah sekali dalam mengenali wajah. Makanya aku salah menggampar wajahmu, sekali lagi aku minta maaf. Aku kira kau mantannya temanku yang suka gonta ganti pasangan.” Ei mulai menjelaskan alasan kenapa ia menampar wajah si pria tampan ini dengan hati was-was.
Dimaafkan, nggak ya? Batin Ei harap-harap cemas sambil menggigit bibir bawahnya sendiri.
Hening, Hesa tidak bicara dan lebih memilih membolak-balikkan bukunya. Menatap wajah Ei pun tidak. Cowok tampan itu seolah tak peduli pada Ei yang dengan tulus meminta maaf padanya atas perbuatannya di kantin.
“Apa kau dengar aku? Kau marah padaku? Kau bisa membalasku jika itu bisa menyelesaikan urusan kita.” Eipun mencoba memahami pria yang duduk disampingnya ini meski ia dicuekin. Kesal sih, tapi mau bagaimana lagi.
Hesa menghela napas panjang dan meletakkan bukunya di atas meja. “Kau berisik sekali, kau ingin aku membalasmu?" Hesa manggut-manggut setuju. "Baik. Akan kutampar pipimu dengan tanganku.”
Akhirnya Hesa tersenyum pada Ei sambil mengepalkan satu tangan kanannya. Ia langsung mengangkat tangan tersebut tanpa ragu seolah hendak menampar Ei.
Sontak Ei terkejut bukan kepalang. “Kau mau memukul wanita?” pekiknya panik. Baru kali ini ada seorang pria secara terang-terangan ingin menyakiti wanita.
"So what? Apakah ada larangan pria memukul wanita?" Hesa sengaja memancing emosi Ei.
“Tunggu! Ini nggak bener. Secara harfiah, pria diciptakan untuk melindungi wanita, bukan menyakitinya apalagi sampai memukulnya.” Ei mulai panik sepanik-paniknya melihat wajah serius Hesa yang benar-benar ingin memukulnya sama seperti yang ia lakukan pada pria itu di kantin beberapa waktu lalu.
“Kau benar, pria memang diciptakan untuk melindungi wanita, tapi lihat siapa wanitanya dulu. Kalau bentuk wanitanya model sepertimu, nggak layak dilindungi,” ujar cowok itu sambil tersenyum sinis.
“A-apa?” Ei melongo, bisa-bisanya pria tampan ini bicara tak sopan begitu padanya.
“Lihat pipi mulusku ini!" Hesa mendekatkan pipinya di depan wajah Ei sehingga wajah gadis itu jadi merah merona. Belum lagi semua mahasiswi di kelas ini langsung histeris.
"Ada tato tanganmu, kan?" lanjut Hesa tanpa peduli pada teriakan yang ada disekitarnya. "Bagaimana kau mengembalikannya seperti semula dan rasa sakit yang kuterima?” Hesa memasang wajah sedih perih melilit hati, seolah ia sangat menderita dan teraniaya.
Aksi Hesa ini benar-benar membuat Ei sedikit tersinggung, tapi juga merasa bersalah setelah melihat cap 5 jari tangannya menempel di pipi kiri pria tampan itu.
Ucapan Hesa lumayan nyelekit juga sih. Sebagai wanita Ei merasa tidak diwanitakan oleh pria sok tampan ini. Gadis itu jadi esmosi sendiri sekarang.
“Oke! Tamparlah aku, dengan begini aku juga tidak punya beban terhadapmu. Kuharap kita tidak akan pernah bertemu lagi setelah ini. Ayo tampar!” sentak Ei yang menyodorkan pipinya tepat di depan wajah Hesa sambil memejamkan mata.
Bukannya segera menampar seperti yang Hesa katakan, cowok itu malah tersenyum dan hendak menyentuh pipi lembut Ei. Momen itu juga diabadikan banyak orang sehingga timbullah gossip baru diantara mereka berdua.
“Tunggu apalagi? Cepat tampar!” cetus Ei sudah tidak sabar karena Hesa tak kunjung juga menamparnya.
“Malas, ah … tanganku nanti kotor!” ujarnya dan seketika Ei membuka mata.
Gadis itu melihat Hesa mengibas-kibaskan tangannya seolah baru saja terkena noda. Tentu saja Ei marah semarah-marahnya. Ia hendak memaki cowok itu dengan nama seisi kebun binatang, tapi tidak jadi karena dosen yang mereka tunggu telah memasuki ruangan.
Dasar Koalang, Bekantan, Biawak patah tulang, Kadal kesemutan Kukang! Umpat Ei dalam hati saking kesalnya melihat sikap Hesa padanya.
“Kau sedang mengumpatiku?” tanya Hesa tanpa menatap wajah kesalnya Ei.
“Heh, Herodes pontuspilalutus! Kau tahu nggak? Iblis diusir dari surga itu karena apa?”
“Mana aku tahu? Kan aku belum lahir Nona nekodemustimostius!” balas Hesa karena Ei sudah memanggilnya dengan sebutan nama aneh bin nyeleneh, jadi dia ikutan juga.
Ei menarik napas dalam-dalam melihat Hesa yang benar-benar sangat menjengkelkan ini. Iapun melanjutkan teka-tekinya. “Iblis diusir dari sorga, karena kesombongannya. Lah manusia model herodes pontuspilalutus sepertimu yang belum pernah melihat surga aja sombongnya kebangetan!” ledek Ei dan langsung kena juga di hati Hesa.
Lagi-lagi, cowok itu tersenyum dan bukannya marah. Sepanjang pagi ini, Hesa terus dibuat Ei tertawa karena baru kali ini ada wanita selucu dan seoneng Ei. Mata Hesa dan Ei saling menatap satu sama lain. Satunya menatap benci, satunya menatap bahagia karena merasakan hidup menjadi berwarna setelah sepagian ini bertemu dengan Ei.
Dosen pengampu kelas Bahasa sudah datang dan memasuki kelas. Semua orang bergegas kembali ke tempat mereka masing-masing meski semua netra tetap menatap tajam Hesa dan Ei yang sedang bersitegang. Angel mencoba menenangkan sahabatnya agar tidak lepas kendali melihat sikap Hesa yang sok angkuh dengan kehadiran Ei disisinya.
Sebelum kuliah dimulai, sang Dosen yang bernama Mister Yohanes memberitahukan bahwa kuliah selanjutnya akan dihendle oleh asisten pilihannya. Pria paruh baya bergelar professor itu akan menghadiri pertemuan di Belanda dan yang akan menggantikannya adalah asistennya.
“Berani bertaruh, pasti orang yang menggantikannya adalah pria botak yang pakai kacamata setebal 20 meter. Mata kuliah ini benar-benar membuatku badmood,” bisik Ei yang sudah mulai tenang dan memilih menganggap Hesa tidak ada. Jelas ucapan Ei itu bisa didengar oleh pria yang duduk di sampingnya.
“Bagaimana kau bisa seyakin itu? Memangnya kau pernah bertemu dengan asisten yang professor itu maksud?” tanya Angel. Ia senang karena temannya ini mulai acuh pada Hesa. Setidaknya, sudah tidak ada keributan lagi.
“Belum sih, kebanyakan asisten para professor kan memang botak karena terlalu kenyang baca buku sampai otaknya ngebul. Tahu asisten dosen Kimia, kan? Diusia yang masih kepala 2 saja dia udah botak setengah.” Ei dan Angel langsung tertawa mengingat salah satu senior mereka yang dipilih menjadi asisten dosen penampilannya mirip seperti professor Aghasa di serial anime detektif Conan.
“Ehem,” Hesa pun berdeham karena dua wanita disampingnya ini berisik sekali.
“Mau apa kau?” sengal Ei. Ia masih kesal dengan sikap Hesa yang sangat merendahkannya.
“Bagaimana kalau asisten professor Yohan ini sangat tampan dan jadi idola di kampus di sini? Apa yang akan kau lakukan?” tanya Hesa.
“Kau pernah melihatnya?” Ei balik bertanya.
“Tidak, aku tidak pernah melihatnya. Kalian berdua terlalu meremehkan penampilan seorang asisten dosen, padahal belum tentu asisten itu sama seperti yang kalian pikirkan. Bagaimana kalau kita taruhan?” tantang Hesa. Kedua matanya menatap tajam wajah juteknya Ei.
“Apa imbalannya?” tanya Ei penasaran sekaligus ingin melawan cowok songong ini.
“Kalau asisten itu tampan, kau harus jadi pacarku, tapi jika dia jelek seperti yang kau pikirkan, aku akan melupakan kejadian penamparan yang kau lakukan padaku dan memaafkan perbuatanmu.”
Sebuah tantangan yang sangat aneh dan juga berat menurut Ei. Tapi berhubung Ei ini oneng dan lebih memilih teguh pada pendiriannya sendiri, iapun menerima tantangan itu tanpa pikir panjang lagi. Padahal Angel sudah memperingatkan agar Ei tak terjebak dalam jebakan batman si Hesa. Namun, yang diperingatkan tak mengindahkan juga.
“Baik, aku terima taruhan itu. Kita lihat saja siapa yang menang. Yang namanya asisten itu pasti seorang kutubuku yang kerjaannya cuma membaca buku. Bersiap-siaplah untuk tak menampakkan batang hidungmu didepanku untuk selamannya, huh!” Ei buang muka dan konsentrasi pada professornya yang sebentar lagi akan memperkenalkan asistennya di kelas ini.
BERSAMBUNG
***
Bab 6 nya sabar ya, nanti malam aku up lagi. Dilarang senyum
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Anha Thea
bsa tmbus gerbang kampus tu kaca mata asdosx.tebel bgt 20 m 🤣🤣🤣
2023-10-06
1
Agustina Dag Agustina Dag
🤭🤭pasti kalah lagi Ei😂
2023-07-29
1
bundA&M
haha aku dukung kmu ei🤭🤭
2023-05-25
1