“Kau gila! Benar-benar gila! Untung saja pria yang kau gampar itu tidak mengejar kita atau balik menamparmu! Sudah berapa kali coba? Kau salah orang? Kapan kau sembuh dari keonenganmu itu, dudull!” cetus Angel dengan napas ngos ngosan dan masih sempat mengomeli sahabatnya.
Saat ini keduanya sedang ada di dalam kelas selanjutnya dimana sudah waktunya mereka mengikuti mata kuliah umum yang sudah terjadwal setelah jam pertama terlewatkan.
Yang diomeli sedang sibuk membersihkan diri dari lumpur yang menempel dibajunya akibat terjatuh tadi. Ia juga masih meringis karena luka dilututnya terasa amat sangat perih. Ei menunjuk-nunjukkan jari telunjuknya di atas lututnya sendiri sambil mengerucutkan mulutnya karena dimarahi teman sendiri.
“Yaaa aku mana tahu kalau dia bukan mantanmu. Namanya sama loh, Leo juga,” gumamnya membela diri sambil terus menatap lurus ke bawah. Ei tidak berani menatap wajah marah Angel.
“Sudah kuduga bakal terjadi seperti ini! Jangan berlagak sok jadi pahlawan, deh. Memangnya kalau kau ngomelin si Leo asli, dia bakalan balikan lagi sama aku atau minta maaf gitu? Terus dia nurutin semua ucapanmu buat jauhin senior kita? Nggak, lah? Yang ada malah kamu bakal dicincang sama si Leo kalau sampai berani ikut campur urusan si gensgter itu! Hadeuh kenapa aku punya temen seoneng dirimu sih, Ei? Kau itu pinter loh! Tapi begoo!” cerocos Angel sambil berkacak pinggang.
Ei tak melawan ataupun protes apalagi sakit hati saat sahabatnya itu terus memarahinya. Sebab, yang dikatakan Angel memang benar. Kalau soal urusan wajah, nama dan arah, Ei memang tulalit, dan itu sudah karakternya. Tidak bisa diubah.
Mata kuliah selanjutnya hampir saja dimulai. Keduanya terpaksa duduk di kursi mereka masing-masing sambil menunggu dosen mereka datang,
“Terus gimana dong, Ngel?” tanya Ei bingung. “Masa iya aku harus minta maaf ke dia soal tamparan tadi. Aku nggak kenal dia loh, dia jurusan apa dan fakultas apa aja aku juga nggak tahu.”
“Berdoa saja, mudah-mudahan kalian nggak akan pernah bertemu lagi untuk selamanya,” ujar Angel ngasal.
Angel sudah males dengan sahabatnya yang oneng ini. Hatinya saja masih belum sembuh dari rasa sakit karena si pangeran kampus paling popular dikampusnya meninggalkannya demi wanita lain. Eh, kini malah ditambah masalah sahabatnya salah gampar wajah orang. Inilah definisi sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah patah hati dibikin kesal teman pula.
“Amin, mudah-mudahan aku tidak pernah bertemu dengannya lagi.” Ei mulai bersemangat lagi dan mengeluarkan buku-buku kuliahnya.
Baik Angel dan Ei jadi bingung karena semua teman-teman sekelasnya kali ini sedang ramai membahas sesuatu. Mereka bahkan tak berhenti bicara dan terus bergosip ria. Angel jelas penasaran dong dan mencari tahu gossip apa yang sedang mereka bicarakan. Ia khawatir gossip penamparan yang Ei lakukan terhadap pria tampan jadi viral. Tapi ternyata bukan.
Semua mahasiswi di kelas ini, sedang heboh membicarakan kedatangan pria tampan yang digadang-gadang bakal menjadi asisten dosen Sains mereka terutama untuk mata kuliah umumnya. Kebetulan mata kuliah umum yang diambil Ei dan teman-temannya ini adalah Bahasa Indonesia.
Kabar kedatangan pria tampan sang idola kampus ke kelas Sains yang kebetulan tahun ini di huni banyak kaum hawa ketimbang kaum adamnya, langsung menyebar ke seisi kampus. Bahkan mahasiswi yang tadinya sering bolos absen, mendadak menghadiri kelasnya. Yah, walau sebagian dari mereka tidak mandi dulu dan langsung saja masuk kelas hanya demi melihat cogan.
Lebih parahnya lagi, mahasiswi yang bukan jurusan Sainspun ikutan masuk kelas hanya agar bisa menyakasikan langsung seperti apa rupa idola kampus mereka setelah Leopard. Alhasil, hanya dalam waktu sekejap, ruang kelas yang tadinya longgar mendadak berubah menjadi penuh sesak dan sempit sampai udara saja terasa pengap di dalam.
“Wuah … baru kali ini aku lihat kelas Bahasa Indonesia full orang. Tapi kok cewek semua, ya? Ini kan mata kuliah bikin bosan,” gumam Ei terheran-heran melihat seisi kelasanya penuh. Padahal biasanya longgar dan hanya ada beberapa saja. maklumlah, anak Sains, nggak suka bahasa, mereka lebih suka logika dan penelitian.
Mata Ei melotot seolah ingin melompat keluar ketika pria yang pernah digamparnya hadir dikelasnya. Ini aneh, karena sebelumnya, tidak ada pria dalam kelas ini selama ia mengikuti mata kuliah ini.
“Omegot! Kok bisa dia ada di sini? Doa ku kok nggak manjur sih?” gumam Ei mencoba menutupi wajahnya dengan buku agar pria tampan yang tak lain adalah Leo KW alias Hesa, tidak melihatnya meskipun sudah terlambat. Hesa sudah melihat Ei sejak ia masuk ke dalam ruangan ini.
“Doamu itu kurang khusyuk, mana ada orang berdoa sambil petakilan begitu, kena karma kan kau,” ledek Angel. Ia sendiri juga penasaran apa yang membawa pemuda tampan itu mengikuti kelas ini. “Eh Ei … jangan-jangan … dia mau balas dendam padamu. Mungkin saja dia sedang merancang bom atom dan mau meledakkanmu karena suah berani gampar dia!” Angel malah sengaja menakut-nakuti sahabatnya dan semakin membuat kacau hati Ei.
“Kita pergi aja dari sini, yok!” ajak Ei yang langsung berdiri dari kursinya, tapi tidak jadi karena pria itu sudah berdiri di samping Ei sehingga gadis itu tidak bisa keluar dari bangkunya. Mana jalannya cuma satu dan sudah dihadang sama Hesa.
“Bisa geser ke samping? Sepertinya di sana masih ada tempat kosong?” ujarnya tenang meskipun Ei tak mau menatapnya dan terus menundukkan kepala. Semua netra di kelas ini memandang bengong Ei yang dianggap mujur karena bisa duduk bersebelahan dengan Hesa. Si pemuda tampan yang langsung dinobatkan jadi pangeran kampus ke-2 setelah si gangster nggak ada akhlak Leopard.
Bukannya takut, Ei malah jadi risih karena semua mahasiswi sedang mengabadikan sosok Hesa yang berdiri didepannya dan mau tidak mau, Ei kecipratan jepretan kamera gawai mereka. Pengap rasanya dan ingin sekali mendorong pria itu pergi dari hadapannya, tapi Ei tak bisa melakukannya karena ia sudah merasa sangat bersalah pada pria tampan ini.
Hesa masih menunggu, ia memang terniat ingin duduk di samping wanita yang sudah menamparnya tanpa sebab. Tak tahunya mereka malah bertemu kembali.
Tadinya, Ei meminta Angel supaya tidak geser agar si Hesa tak jadi duduk disampingnya, tapi ternyata sahabat Ei itu sudah geser duluan sehingga mau tidak mau, Ei harus ikutan geser juga. Pria tampan itupun duduk dengan santainya di sebelah Ei yang jantungnya sudah hampir meledak.
Seolah tidak pernah terjadi apa-apa, Hesa sangat tampak tenang-tenang saja saat semua mahasiswi mencoba melihatnya dari dekat dan mengabadikan dirinya. Cowok itu sibuk dengan buku-buku kuliahnya dan Ei sibuk menutupi wajahnya dari Hesa dengan buku besarnya yang ia pegang.
“Gimana nih, Ngel? Kok aku merasa dia bakalan bunuh aku sekarang,” bisik Ei pada temannya.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
ha ha ha 🤣🤣🤣
2023-09-19
1
Agustina Dag Agustina Dag
makanya lihat lihat dulu..main gampar aza🤣🤣
2023-07-29
1
bundA&M
hahaha malah dikerjain balik tuh ei biar jantung kmu berhenti berdetak dulu🤣
2023-05-21
1