Sepasang suami istri yang baru menghuni rumah baru tersebut masih di sibukkan menata pakaian dalam lemari. Jam di ponsel Nuril menunjukkan waktu hampir Maghrib.
'' Sudah hampir Maghrib dek, kita bersiap berbuka dulu,'' ajak Nuril seraya menghentikan aktivitasnya.
" Iya bang ," sahut Risda, wanita itu beranjak dari depan lemari. Membuka kerudung instan yang dikenakan. Nuril duduk di tepi ranjang mengamati sang istri yang tampak menggulung rambutnya yang tergerai.
Nuril tak melepaskan tatapan matanya dari sang istri. Baginya pemandangan di hadapannya terlalu indah untuk diabaikan.
" Apa sih Bang,kok ngeliatin nya gitu ," protes Risda yang merasa canggung di tatap intens oleh sang suami. Nuril tersenyum tipis, tanpa melepaskan tatapannya.
" Abang sedang menikmati ciptaan Allah yang luar biasa cantiknya," ucap Nuril yang sukses membuat istrinya tersipu.
" Apa sih Bang ," ujar Risda seraya memalingkan wajah dan kemudian melangkah keluar kamar. Menyembunyikan wajahnya yang merona merah.
Nuril tersenyum lebar, kemudian beranjak dari duduknya. Mengejar langkah sang istri yang berjalan menuju tempat makan
" Istri Abang malu-malu, tambah cantik istri Abang ini," Nuril masih saja menggoda istrinya yang sedang mengeluarkan makanan yang tadi mereka bawa dari tempat orang tua Nuril.
Lelaki itu mencolek pipi istrinya sebelum akhirnya duduk di kursi yang berada di ruang makan. Ada dua kursi plastik dan meja kecil di sana. Risda semakin tersipu dan berusaha menyembunyikan wajah dari tatapan sang suami.
" Bang, Risda malu," rengek Risda yang menyadari suaminya masih mengamati dirinya. Nuril hanya tertawa senang melihat reaksi tersipu istrinya yang tampak manis bagi Nuril.
Akhirnya Nuril beranjak dari ruang makan. Mengusak rambut sang istri sebelum berlalu dari sana dan memasuki area dapur. Risda menilik suaminya,saat di pastikan lelaki itu tak lagi terlihat. Wanita itu memegangi dadanya yang terasa berdebar.
" Ya Allah, astaghfirullah," lirih Risda yang duduk sejenak di atas kursi. Wajahnya merah merona akibat perlakuan suaminya. Pernikahan mereka yang tak di dahului dengan pacaran , membuat mereka kini sedang di buai sebuah rasa yang menggetarkan hati.
Tapi sebuah ujian saat mereka melangsungkan pernikahan mendekati bulan ramadhan. Kini di saat rasa mulai hadir do antara keduanya. Menekan gejolak hasrat menjadi tantangan tersendiri untuk pasangan baru itu.
Tak berselang lama, Nuril kembali ke ruang makan dengan nampan di tangannya.
" Lho Abang kok bikin sendiri ?," tanya Risda yang melihat suaminya membawa dua gelas teh hangat dan teko kecil berisi sisa teh yang belum di tuangkan.
Nuril tersenyum dan meletakkan di atas meja.
" Gak semua hal harus kamu yang melakukan. Selama Abang bisa ,sudah seharusnya Abang membantu. Dalam rumah tangga, tidak lagi soal aku atau kamu,tapi kita. Selama kita bisa melakukan bersama kenapa tidak ?," mendengar penuturan sang suami ,Risda di buat kagum. Dalam hati ia begitu bersyukur memiliki suami yang pengertian dan menghargai dirinya.
Tak berselang lama, suara tanda waktu Maghrib tiba terdengar. Sepasang suami istri itu berucap hamdalah dan berdoa. Keduanya menikmati buka puasa hanya berdua saja.
" Kita sholat dulu dek," ajak Nuril setelah minum dan memakan beberapa kudapan.
" Iya Bang," sahut Risda, Nuril terlebih dahulu mengambil wudhu bergantian dengan sang istri. Keduanya menjalankan sholat wajib tiga rakaat berjamaah.
Usai salam, Risda mengulurkan tangannya untuk menyalami sang suami. Nuril meraih kepala istrinya dan menyematkan sebuah kecupan. Keduanya saling pandang sejenak dengan seulas senyum di bibir mereka.
Sebelum beranjak dari atas sajadah, mereka menyempatkan diri berdzikir sejenak. Mengagungkan asma Allah, dan melantunkan doa di hadapan sang pemilik kehidupan. Berharap keberkahan dalam hubungan pernikahan yang baru mereka mulai.
Usai bersimpuh di hadapan sang Ilahi, sepasang suami istri itu kembali ke meja makan. Menikmati sepiring nasi dengan lauk ikan goreng dan sayur lodeh yang di bawakan oleh ibu.
" Perabot di sini belum lengkap dek,alat masak juga baru seadanya. Besok Abang antar ke pasar untuk belanja. Nanti adek cek apa saja yang perlu di beli," ucap Nuril di sela makannya.
" Iya Bang, nanti Risda cek keperluan penting yang harus di beli terlebih dahulu apa," sahut Risda yang di sambut anggukan oleh Nuril.
Keduanya melanjutkan makan dalam diam. Selesai makan Nuril menggelar tikar di ruang tengah. Risda nampak masih membereskan bekas makan keduanya.
" Dek,duduk sini dulu," titah Nuril saat melihat istrinya keluar dari ruang makan. Wanita itu mendekati suaminya yang duduk bersila dengan mengenakan sarung dan kaos oblong berwarna putih. Risda hendak duduk di hadapan sang suami saat tangannya di raih oleh Nuril.
" Duduk di sini," ujar Nuril lembut seraya menarik istrinya duduk berdempetan di sampingnya.
Nuril merangkul pundak Risda dan mengecup pelipis wanitanya sesaat setelah sang istri duduk disampingnya. Setelahnya ia meraih tangan Risda, menggenggam telapak tangan itu dengan lembut.
" Sekarang di sini kita hanya tinggal berdua. Kita memulai rumah tangga ini bersama-sama. Abang bukan lelaki sempurna yang bisa memberikan kamu segalanya. Tapi Abang akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk kamu semampu Abang. Abang akan selalu menyediakan pundak ini untuk kamu bersandar," tutur Nuril seraya menarik kepala Risda bersandar di pundaknya. Risda menurut saja,ia mulai merasa kenyamanan di setiap sentuhan dari sang suami.
" Abang hanya manusia biasa,yang tidak bisa membaca hati dan pikiran orang lain. Seandainya ada yang mengganjal di hati kamu bicarakan. Komunikasi adalah hal penting dalam sebuah hubungan," lanjut Nuril dengan tangan mengusap lembut rambut istrinya yang kini tergerai indah. Risda mengangguk paham.
" Dan untuk masalah keuangan rumah tangga,Abang serahkan ke kamu," Nuril menjeda ucapannya, lelaki itu mengambil sesuatu yang telah berada di samping ia duduk. Sebuah dompet yang tergeletak di sana.
Nuril melepaskan rangkulannya pada sang istri. Wanita itu pun menegakkan tubuhnya kembali.
" Ini ATM milik abang, isinya tidak seberapa. Karena sebagian besar sudah Abang pergunakan untuk membeli rumah ini. Kamu pegang ini,dan ini uang cash yang Abang punya. Tidak seberapa tapi mungkin bisa untuk membeli beberapa perabot dan keperluan kita beberapa hari ke depan," sambung Nuril yang menyerahkan lembaran uang berbagai warna ke tangan sang istri.
" Bang," hanya itu kata yang terucap dari bibir wanita itu. Nuril menatap teduh istrinya dengan seulas senyum yang begitu menentramkan.
" Abang percaya, istri Abang bisa mengelolanya dengan baik," tutur Nuril, sambil membelai wajah istrinya yang terasa begitu halus. Risda terlihat berkaca-kaca, kemudian wanita itu menelusupkan wajah di dada bidang suaminya.
" Terima kasih Abang sudah memilih Risda sebagai pendamping Abang. Maaf kalau Risda belum menjadi istri yang baik," ucap Risda yang kini dalam dekapan Nuril. Lelaki itu mendaratkan kecupan berkali-kali di puncak kepala sang istri.
" Kita baru sama-sama memulai, tidak ada manusia yang sempurna. Ayo kita sama-sama belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik," lanjut Nuril yang mendapat anggukan dari istrinya.
Yah, perjalanan rumah tangga sepasang suami istri itu barulah dimulai. Masih panjang liku jalan yang harus di lewati. Dengan terus saling mengingatkan,saling percaya dan saling mengerti maka perjalanan rumah tangga akan lebih bermakna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments