Wanita Pilihan

Mentari belum sepenuhnya naik saat sepasang kekasih halal itu berjalan saling bergandengan tangan menyusuri jalanan kampung. Setelah melaksanakan sholat subuh keduanya memilih untuk jalan-jalan di daerah tempat tinggal baru mereka.

Suasana jalanan mulai tampak ramai dengan muda-mudi yang juga berjalan-jalan pagi atau bersepeda dengan teman-teman mereka.

'' Capek dek ?,'' tanya Nuril saat mereka telah cukup jauh berjalan.

'' Lumayan Bang,'' sahut Risda yang tampak berkeringat di dahinya. Nuril menghentikan langkah mengelap keringat sang istri dengan ujung lengan panjang kaosnya.

Sesuatu yang sederhana namun sukses membuat sang wanita tersipu.

'' Suit,suit,'' sekelompok pemuda yang sedang bersepeda bersuit riang saat melihat sepasang kekasih itu. Risda menutup wajah dengan dua telapak tangan, sedang Nuril menatap mereka yang masih tertawa seraya menaik turunkan kedua alisnya dengan tatapan jumawa.

Gema tawa sekelompok pemuda itu masih terdengar, sampai salah satu dari mereka yang tak fokus menabrak tanaman pembatas jalan. Riuh rendah suara tawa semakin menggema, Nuril ikut tertawa lepas melihat kesialan salah satu dari mereka.

Risda terperangah kemudian ikut tertawa. Tanpa sadar wanita itu semakin mendekat sang suami dan bersandar di dada bidang itu. Nuril meraih pundak istrinya yang masih terguncang karena tawa.

Setelah sekelompok pemuda itu tak lagi terlihat, Nuril membawa sang istri menepi dari jalan. Ada sebuah bangku panjang yang berada di bawah sebuah pohon yang tampak rindang. Ia mendudukkan sang istri di sana. Ia pun ikut duduk di samping sang istri yang tampaknya sedang menikmati semilir sejuknya udara pagi.

Suara cicit burung terdengar mengalun di udara. Hawa asri masih sangat kental terasa. Du hadapan mereka terhampar rumput hijau yang luas. Tempat itu biasa di gunakan para pemuda untuk berolahraga. Di tengah lapangan yang luas itupun ada sekelompok pemuda yang sedang bermain futsal.

Di sisi lapangan yang lain, para pemudi duduk sambil bercanda. Sepasang suami istri itu menikmati pagi sampai sang Surya mulai menampakkan diri di ufuk timur. Setelahnya baru mereka kembali ke rumah.

'' Abang atau adek dulu yang mandi ?,'' tanya Risda saat keduanya memasuki rumah. Nuril mendekatkan tubuh dan merangkul pundak istrinya seraya berbisik.

'' Mandi bareng aja yuk !," Risda langsung melepaskan tangan sang suami dari pundaknya dan memukul pelan lengan lelaki itu.

'' Awas batal entar puasanya Abang,'' ucap Risda sambil meninggalkan suaminya yang tertawa riang melihat wajah tersipu sang istri. Baginya sungguh hiburan yang menyenangkan melihat wajah menggemaskan Risda saat tersipu dan merona.

Nuril tidak mengikuti istrinya yang masuk ke arah kamar mandi. Lelaki itu pergi keluar rumah melewati pintu samping. Di samping rumah itu tumbuh dengan subur berbagai sayuran. Nuril menanam itu semua sebelum ia menikah. Dan kini bersama sang istri ia bisa menikmati hasil tanamannya.

Cabai rawit yang ia tanam mulai berbuah,ada beberapa yang tampak telah menguning bahkan ada yang sudah merah. Nuril memetik cabai yang sudah tua. Di sana juga tampak sayuran yang sudah siap panen,terong, kacang panjang, kangkung dan bayam. Semuanya telah siap untuk di panen.

'' Bang !," suara panggilan Risda membuat Nuril meninggalkan pekarangan samping rumah.

'' Ya sayang,ada apa ?,'' tanya Nuril setelah berada di dekat kamar mandi. Dengan perlahan pintu terbuka, menyembul kepala Risda dari balik daun pintu yang terbuka sedikit.

Wanita itu tersenyum canggung menatap suaminya yang berdiri menunggu.

'' Adek lupa bawa handuk Bang, tolong ambilin dong,'' ucap Risda dengan wajah memelas. Nuril tersenyum jahil, sambil melangkah mendekati pintu kamar mandi.

'' Eh, Abang mau ngapain ?,'' panik Risda melihat suaminya semakin mendekat.

Nuril tetap melangkah, dengan cepat Risda menutup pintu sambil berteriak cukup kencang menyebut sang suami.

'' Abang mah usil,'' sungut wanita itu yang disambut tawa renyah Nuril. Lelaki tersebut segera beranjak dari sana. Meletakkan cabai yang baru di petiknya di atas meja dapur. Ia segera mengambilkan handuk yang di minta sang istri.

'' Sayang,ini handuknya !," seru Nuril seraya mengetuk pintu kamar mandi. Risda kembali membuka pintu dengan cela kecil , hanya tangan wanita itu yang menjulur keluar. Bukan Nuril kalau tak menggoda sang istri, ia mengulurkan handuk yang di bawanya. Namun sesaat kemudian ia menarik tangan istrinya.

'' Bang Nuril !!,"

'' Iya sayang," sahut Nuril santai dengan senyum terkembang , namun ia melepas genggamannya pada tangan sang istri. Tak berselang lama,Risda keluar kamar mandi hanya dengan berbalut handuk. Nuril yang menunggu dengan bersandar di dinding di buat terperangah dengan pemandangan indah itu. Lelaki itu langsung memalingkan wajah,ia tak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan.

Risda yang menyadari sang suami terlihat canggung tersenyum smirk.

'' Abang ,'' panggil Risda yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.

'' Udah sana dek, pakai baju dulu,'' titah Nuril yang tak mau tergoda tubuh mulus sang istri.

'' Ih Abang mah gitu,masa gak mau lihat adek sih ?,'' sambung Risda seraya menoel dagu suaminya.

" Adek,'' geram Nuril, Risda terbahak kemudian berlari meninggalkan Nuril yang geleng-geleng kepala, ternyata istrinya mulai berani bercanda.

Usai dengan acara mandi paginya, Nuril masuk ke dalam kamar. Tak dijumpainya sang istri di sana. Ia beralih melihat kamar sebelah. Dan benar sang istri di sana. Bersujud di hadapan Allah di waktu Dhuha. Nuril menatap penuh syukur pada wanita yang telah dipinangnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!