Seperti hari-hari biasanya, tak perlu alarm untuk membangunkan seorang Nuril. Lelaki itu akan terjaga dengan sendiri di saat seperti malam terakhir. Lelaki itu meraih ponsel yang terletak di sisi tempat tidur. 02.30, angka yang tertera di layar ponsel saat ia menyalakannya.
Nuril menoleh ke sisi lainnya setelah mengembalikan ponsel di tempat semula. Lelaki itu tersenyum mendapati sang istri yang tidur pulas ber bantal lengannya. Tangan itu terasa kebas namun hatinya menghangat melihat wajah polos sang istri. Lelaki itu membelai perlahan wajah cantik yang masih lelap dalam tidurnya.
'' Terima kasih sudah jadi bagian hidup Abang ,dek ,'' ucap lirih Nuril , kemudian lelaki mengecup pelan kening istrinya. Dengan hati-hati Nuril memindahkan kepala istrinya ke bantal yang ada di belakang kepala Risda. Nuril bangun dari tidurnya, kemudian memijat lengannya yang terasa kebas. Setelah merasa aliran darahnya telah mengalir normal kembali, Nuril beranjak dari atas tempat tidur.
Lelaki itu meraih handuk yang tersampir di belakang daun pintu. Sebagai pengantin baru, tentu malam hari tak akan berakhir sia-sia meski harus mandi di sepertiga malam. Nuril keluar kamar meninggalkan Risda yang masih terlelap.
Tak berselang lama, tampak wanita itu mengerjapkan mata. Menyesuaikan pandangan dalam remang kamar mereka. Risda tampak meraba sisi tempat tidurnya. Tak ia dapati sang suami di sana.
'' Bang !," panggil Risda , namun tak ada sahutan. Wanita itu mencari ponsel miliknya, hampir pukul tiga dini hari. Ia bangkit dari ranjang. Pandangannya mengitari seluruh kamar tidur mereka. Tak ada sang suami di sana.
Risda bangkit dari tempat tidur,saat ia meraih handuk miliknya yang tadi bersebelahan dengan milik sang suami,Risda tersenyum kecil. Lalu wanita yang malam itu tampak berbeda dengan rambut di gerai dan daster kaos pendek tanpa lengan, keluar dari kamar. Suara guyuran di kamar mandi telah berhenti, Risda berdiri bersandar di pinggir pintu menunggu suaminya keluar.
Sesaat kemudian,lelaki dengan dada bidang keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Hanya handuk sebatas lutut yang menutup bagian bawah tubuhnya.
'' Astaghfirullah Abang,'' ucap Risda yang reflek menutup matanya dengan telapak tangan. Nuril tertawa kecil kemudian mengusap rambut istrinya.
'' Kenapa sayang ?,'' lembut suara yang mengalun dari bibir Nuril membuat desiran hangat dalam hati Risda.
'' Malu,'' ucap wanita itu. Nuril mendekatkan dirinya pada sang istri.
'' Kamu harus terbiasa sayang,ini milikmu,'' Nuril berbisik di telinga Risda, seraya meraih tangan wanita itu dan meletakkan di dadanya. Membuat wajah Risda semakin merona merah.
'' Udah ah Abang,aku mau mandi nanti keburu imsak,'' ujar Risda manja sambil menarik tangannya dari genggaman tangan sang suami.
'' Ya udah sana mandi, Abang tunggu ,kita sholat dulu sebentar sebelum sahur," sahut Nuril , Risda mengangguk kemudian melesat masuk ke kamar mandi diiringi senyum dari suaminya.
Nuril berlalu dari depan kamar mandi seraya mengguyar rambutnya yang masih basah. Lelaki itu melangkah ke area dapur,di sudut ruangan terdapat kran yang dipergunakan untuk wudhu dan keperluan memasak. Ia mengambil wudhu di sana.
Usai dengan sesuci nya ia masuk ke dalam kamar untuk mengenakan pakaian untuk sholat. Koko lengan panjang berwarna putih dan sarung yang juga berwarna putih dengan motif garis kotak berwarna hitam ia kenakan. Lalu Nuril keluar dari kamar, menuju ruangan sebelah yang di gunakan untuk tempat sholat.
Tak menunggu lama, Risda menghampirinya dengan mukena yang telah di kenakan. Nuril menyambut sang istri dengan seulas senyum. Kemudian lelaki itu berdiri dari duduknya.
Di atas hamparan sajadah, sepasang suami istri itu melaksanakan sholat malam. Bermunajat di hadapan pemilik kehidupan. Memohon ampun atas segala dosa di setiap langkah. Berserah diri pada sang Ilahi, mengangkat tangan meminta kebaikan untuk dunia dan akhirat.
Jam menunjukkan pukul empat kurang lima belas menit saat sepasang suami istri itu masuk ke ruang makan.
'' Aku angetin dulu Bang sayurnya,'' ucap Risda sembari membuka tutup saji dan mengangkat rantang berisi sayur. Ia tak memiliki bahan makanan untuk merubah menu sahur. Jadilah ia hanya menghangatkan lauk yang ada.
'' Iya dek,'' jawab singkat Nuril yang kemudian melangkah ke arah rak , untuk mengambil piring. Lelaki itu membuka penanak nasi. Asap mengepul dari sana. Nuril mengisi dua piring kosong dengan nasi. Kemudian meletakkan di atas meja.
Sesaat kemudian,Risda masuk ruang makan dengan teh hangat. Meletakkan di atas meja di hadapan sang suami yang sudah duduk manis di kursi plastik.
'' Terima kasih dek," ucap Nuril saat istrinya meletakkan gelas di hadapannya.
'' Sama-sama Abang,'' jawab Risda dengan senyum terkembang. Wanita itu berlalu dari hadapan sang suami yang menatap istrinya sampai menghilang di balik sekat ruangan.
Risda kembali dengan membawa sayur yang telah di hangatkan. Kini keduanya menikmati sahur dengan tenang. Sesekali tampak Nuril menatap istrinya diam-diam. Wanita itu berhasil mencuri hatinya dengan cepat. Paras yang cantik, sikap yang baik, tutur kata lembutnya membuat siapa saja akan mudah jatuh hati pada wanita itu.
Bersyukur, karena Allah menuliskan jodoh untuk dirinya wanita sebaik Risda. Wanita berpendidikan tinggi, namun tak memandang rendah orang lain. Risda adalah seorang wanita lulusan S1 dari keluarga menengah ke atas. Dan dirinya hanyalah lelaki dengan ijasah lulusan SMK,dari kalangan menengah ke bawah bekerja serabutan.
Awalnya ia sering mendapat pekerjaan dari keluarga Risda untuk dari membetulkan kran rusak hingga berbagai barang elektronik yang listrik yang konslet dan berbagai pekerjaan lain. Ia tidak pernah mengenal sosok Risda yang masih berada di pondok pesantren sambil kuliah. Hingga ayah Risda tiba-tiba menyatakan keinginan dirinya untuk mempersunting sang putri.
Tentu ia merasa tak percaya diri untuk meminang wanita dengan strata sosial dan pendidikan lebih tinggi. Namun lelaki yang kini menjabat sebagai Ayah mertuanya itu meyakinkan dirinya bahwa ia layak bersanding dengan sang putri.
Dan kini di hadapannya putri cantik itu telah menjadi istrinya. Dalam hatinya ia akan berjuang untuk menjadi lebih baik. Baik dalam urusan dunia maupun akhirat,ia tak akan membiarkan sang istri hidup dalam kekurangan. Ia telah mengambil tanggung jawab dari seorang ayah yang selalu membahagiakan anaknya. Dan ia akan memberi kebahagiaan itu lebih dan lebih lagi.
Meski akan ada perjuangan yang pasti tidak mudah. Tapi ia tak akan pernah menyerah. Ia yakin bahwa di setiap usaha akan ada hasil yang didapatnya. Dan akan selalu teriring doa agar semua berjalan sesuai keinginan dengan ijin dari Allah.
Risda mengangkat waja saat nasi di piringnya telah habis. Di saat itu ia bertemu tatap dengan sang suami yang menatapnya dengan tatapan lembut.
'' Kenapa ?,'' tanya Risda pada Nuril yang tak juga memalingkan wajah dari istrinya.
'' Terima kasih sudah hadir di hidupku. Temani aku berjuang untuk menjadi lelaki lebih baik,'' tutur Nuril, Risda mengangguk.
'' Pasti,aku akan selalu disisi Abang dalam segala keadaan,'' sahut Risda penuh keyakinan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments