Pengakuan

Reza melangkah ke kamar dengan gontai.

Harusnya dia bahagia karena waktu untuk segera bersatu dengan Syafi'i akan segera tiba.

Tetapi hatinya malah kacau balau, tangisan Mama dan adiknya saat memeluk Leoni terus hadir di pelupuk mata, seperti video yang terus terputar tanpa jeda. Salah! Yang dia lakukan telah melukai hati banyak pihak, tetapi semua sudah terjadi. Bahkan Ayahnya sendiri yang mengurus perceraiannya.

Reza menemui jalan buntu. Kini yang bisa dia lakukan adalah menikmati penyesalan. Penyesalan yang sudah sangat terlambat.

Syafi'i yang selama ini terlihat mengemaskan kini dimata Reza berubah menyebalkan, tapi wanita itu terlanjur mengandung darah dagingnya.

Reza yang tidak bisa tenang, buru-buru menyambar kunci mobil. Tujuannya adalah rumah kontrakan Leoni.

****

Eza duduk dengan tenang di balkon kamar yang baru ia tempati kembali. Kopi di atas meja sudah kehilangan suhu panasnya, tetapi Eza sama sekali tidak berniat untuk segera meminum, pemuda tampan itu terus mengamati selembar foto masa lalu.

"Apa yang kau semai itulah yang akan kau tuai Leoni, kau harus menderita, karena melihatmu bahagia adalah lukaku." Gumam Eza sambil meremas selembar foto dirinya dan Leoni semasa remaja.

Foto itu Eza jatuhkan ke lantai kemudian ia injak-injak. Eza berlalu begitu saja meninggalkan kopinya yang belum sama sekali ia nikmati.

****

Reza menatap lekat pintu rumah yang ditempati oleh Leoni. Harusnya dia masih berhak untuk datang kapan saja karena Leoni masih istrinya, akan tetapi mengingat kesalahan dan juga dosanya pada Leoni Reza merasa malu. Pada akhirnya yang bisa Reza lakukan hanya memandangi rumah itu dengan nanar hingga tengah malam.

Keesokan harinya, Reza diberi tugas oleh atasannya. Tugas yang datang di waktu yang kurang tepat. Tiga bulan, Reza dan timnya di tugaskan ke luar kota selama tiga bulan.

"Kenapa bro?" teman satu tim Reza bertanya. "lagi ada masalah? Kelihatannya kamu kok nggak semangat gitu? Bukankah ini kesempatan yang langka untuk kita unjuk diri? Udah lama kita tunggu hari seperti inikan?"

"Waktunya kurang tepat. Aku sedang ada masalah rumah tangga." jujur Reza.

"Jangan di campur adukkan dong bro! Hanya karena persoalan rumah tangga jangan sampai karir kita tak berkembang, jarang-jarang bos kasih kita job seperti ini "

Reza hanya menghela napasnya dalam-dalam, biar mengeluh seperti apapun, memang tidak seharusnya dia mencampur adukkan urusan rumah dan urusan pekerjaan.

Dua hari kemudian Reza benar-benar pergi keluar kota untuk tugas. Tidak ada lagi yang mempersiapkan keperluannya, tidak ada lagi yang membekalinya dengan banyak makanan.

Sampai di mobil pun ucapan salah satu temannya mengingatnya lagi pada perhatian Leoni.

"Nggak ada titipan istri loe buat kita-kita Bro?"

Dua tahun hidup dengan Leoni. Sudah menjadi kebiasaan wanita itu jika ia hendak keluar kota Leoni akan mempersiapkan berbagai bekal untuk di nikmati selama perjalanan. Leoni selalu menanyakan jumlah temannya yang ikut tugas dan juga memastikan bekal yang di siapkan cukup untuk semuanya.

"Kangen kebab Turki ala istri Eza, eh?"

"Aku lupa bilang jika mau keluar kota, jadinya Leoni tidak sempat menyiapkan apa-apa." bohong Reza.

Lagi-lagi ada cubitan tak kasat mata ketika mengingat kebaikan Leoni. Reza hanya merasa semakin berdosa ketika mengingat Leoni, tidak ada kurangnya wanita itu. Leoni istri yang baik, tidak pernah membuat Reza merasa di repotkan, justru ialah yang terus menerus merepotkan Leoni.

****

Semburat jingga terlihat indah dari tepi pantai. Angin yang meniup pelan dengan cahaya matahari meredup adalah pemandangan yang mampu membius pandangan Leoni. Menikmati keindahan alam seperti ini memberi semangat baru dalam dirinya yang sempat pupus. Dia merasa lebih segar ketika mengingat jika betapa beruntungnya dia masih bisa melihat keindahan ini. Musibah yang dialami dan masalah yang lelah ia hadapi bukanlah sebuah kemalangan yang berarti dibandingkan dengan kesempatan hidupnya. Dia masih bisa memulai hari baru dan berdamai dengan keadaan.

"Mas Reza akan pulang hari ini. Ayo, nanti aku temani kamu antar akta cerai kalian." Ajak Eza yang sedari tadi hanya menikmati wajah berseri Leoni yang sedang menunggu matahari terbenam.

"Za, terimakasih kamu sudah membawaku ke tempat seindah ini."

Eza menatap mata jernih milik Leoni yang tampak berkaca-kaca. Dia melihat ada raut cemas dan gelisah disana. Seolah benar-benar menyesali perbuatan yang pernah menyakitinya dulu, dan Eza tidak suka itu.

Eza menyunggingkan sebuah senyuman yang cukup lebar. Ini adalah senyuman lebar pertama selama mereka kembali bertemu.

"Saat ini kebahagiaanmu adalah prioritas ku, Leoni." ucap Eza yang membuat Leoni tersipu.

"Ayo!" Eza mengenggam tangan Leoni untuk dibawa pulang. Sudah cukup kebahagiaan semu yang ia berikan untuk wanita yang dibencinya ini. Eza ingin segera pulang dan mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Tinggal satu langkah lagi, ajang balas dendam nya akan dimulai.

*****

Leoni!" Pekik Reza. Dia berlari dengan senyuman dan wajah sumringahnya. Agaknya dia memang memimpikan mendapat sambutan dari Leoni seperti yang sudah-sudah. Reza kembali merasa disayangi.

Reza hendak memeluk Leoni saat tiba-tiba tubuh Leoni di tarik kebelakang.

Melisa meraup wajah Reza dengan tangannya.

"Mau ngapain?" tanya Melisa galak pada Reza.

"Mama?" Reza melihat Leoni yang di tarik oleh adiknya.

"Ngapain kalian disini?" tanya Reza merasa ada yang aneh, karena tidak biasanya Mamanya menyambut kedatangannya dari tugas seperti ini.

"Antar Leoni nemuin kamu!" ucap Melisa.

"Kenapa musti di temani Ma?"

"Karena, kamu dan Leoni sudah bukan lagi ..."

"Maaaaaasss!!"

Reza terpaku melihat Syafi'i berdandan seperti wanita yang akan menikah.

Syafi'i yang melihat kedatangan Reza langsung menghampiri dan memeluknya tanpa rasa malu.

"Kamu mau menikah?" ucap Reza

"Kita, Mas. Bukan cuma aku." ucap Syafi'i.

"Kita?" tanya Reza.

"Ya, kita semua nungguin kedatangan kamu."

"Syafi'i, aku belum bercerai dari Leoni, kita tidak bisa menikah begitu saja"

"Niat kedatangan ku kesini untuk mengantar akta cerai kita mas."

"Apa?" sentak Reza sangking terkejutnya.

Leoni menyerahkan sebuah map kepada Reza, dengan buru-buru Reza membacanya. Seketika amarah menguasai dirinya.

"Kita tidak bisa cerai secepat ini Leoni!"

"Nyatanya bisa, jangan jadi bajingan kamu Za, masuk dan segera nikahi wanita pilihanmu ini, Ayah menanggung malu karena kamu telah mencoreng nama baik keluarga kita!"

"Ayo Leoni." ajak Eza.

"Za, jangan kamu tarik sembarangan tangan Kaka iparmu!" geram Reza.

Eza menoleh pada Reza. "Tidak lagi kak, Leoni adalah mantan istri Kaka yang akan menjadi calon istriku."

"Apa?" Semua berseru.

"Nak, apa yang kamu katakan?" Handoko menghentikan langkah Eza.

"Yah, Ma. Bukankah kalian tidak rela jika Leoni akan pergi jauh dari kalian? Eza jatuh cinta pada Leoni dan ingin mewujudkan keinginan kalian untuk tetap memiliki Leoni."

Apakah kamu sungguh-sungguh nak?" tanya Melisa.

"Ya, Ma." jawab Eza mantap.

Leoni masih tidak bergeming. Ini terlalu tiba-tiba dan sangat tak terduga. Eza ingin menikahinya? Setelah semua yang pernah ia lakukan? Apakah sikap manis Eza selama ini bukti bahwa cinta lelaki itu masih utuh miliknya?

Dengan sekali terjang, Eza jatuh tersungkur. Reza menyerang Eza dengan pukulan di rahangnya. Reza marah karena Eza berani mencintai Leoni, harusnya Eza tidak boleh memiliki perasaan seperti itu.

Terpopuler

Comments

YK

YK

dasar sapi... 🤣🤣🤣

2023-10-19

0

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Pengen kaburrr dr dunia ini....
tp... pesanaran......
hufffffff
mau nangis, author gk lihat....
😭😭😭

2023-09-14

0

M. salih

M. salih

lanjut thorrr, sdh ku kasih vote

2023-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!